Last

380 55 2
                                    








"Lo serius minta gue ketemu Papa lo?" Tanya Jevan kini lelaki itu menatap intens manik kecoklatan milik Wendy.

"Jadi lo gamau? Kalo gamau yau-"

"Bukannya gitu, lo udah mikirin mateng-mateng kan buat kembali sama gue?"

"Gue cuma mau ini lebih mudah buat kita berdua, buat J juga. Gue mau lo belajar bertanggung jawab sama apa yang lo perbuat. Mungkin selama ini lo ga sadar, tapi lo tuh egois Jev, lo sosok yang ambisius, egois dan kekanakkan. Dan gue gamau J punya sosok ayah yang kaya gitu," Wendy menjawab sambil membalas tatapan dari manik sipit milik Jevan.

"Gue sadar Dy selama ini gue salah dan kalo emang harus bertanggung jawab itu juga yang gue mau. oke, soal Papa lo, kapan dia ada di rumah?"

"Lo serius, kan, Jev?"

"Yaampun, kapan si Dy gue main-main sama lo? Sekalipun gue harus mati di tangan Papa lo gue rela," Jevan mengambil tangan Wendy dan menggenggamnya erat, "gue udah pernah janji kan, buat bawa lo ke altar apapun yang terjadi. Gue percaya jalan yang rumit ini kita laluin karna kita berjodoh, Dy."

Bagai sihir yang menghapus keraguan, kata-kata Jevan terdengar sungguh meyakinkan, tatapan matanya, pemilihan kata serta ekspresinya, tidak ada celah untuk melihat kebohongan, semuanya terlihat muncul dari lubuk hatinya.

"Papa, pulang dari Jerman besok lusa, lo bisa dateng ke rumah," tutur Wendy sembari memalingkan wajahnya.

Mendengar ungkapan Wendy membuat lelaki di hadapannya hampir berteriak senang, "makasih udah percaya sama gue, Dy. Makasih banyak," Jevan hendak memeluk Wendy namun tentu saja Wendy menolaknya mentah-mentah.

"Jangan berani-beraninya," sinis Wendy membuat Jevan mengurungkan niatnya.

"Oh My God gue seneng banget."

"Jangan lebay."

"Bodo!"





*****





"Gue, boleh turun dulu ga? Pengen ketemu J," Tanya Jevan ketika sampai di pekarangan rumah Olivia. Memang sejak memutuskan untuk bercerai, Wendy tinggal bersama sang ibu dan rumah yang dahulu Wendy dan Rayen tempati di kosongkan.

Wendy mengangguk lalu keluar dari mobil tanpa melirik lagi kr arah Jevan yang tengah tersenyum bahagia. Sudah sekitar tiga hari sejak terakhir kali ia bertemu dengan sang putra, rasanya sungguh membuatnya rindu.

"Siang, Tante," ucap Jevan ketika memasuki rumah Olivia sementara Wendy telah masuk terlebih dahulu ke dalam kamarnya.

"Eh, Jevan. Ayo duduk, Nak," ujar Olivia membuat lelaki jangkung itu segera duduk di sofa ruang tamu, "mau ketemu J yah?" Tanyanya.

"Iya, Tante. Kangen," Jevan tersenyum ramah kepada "calon mertuanya".

"Padahal baru tiga hari ga ketemu, lo bucin banget si," timpal Wendy yang keluar dari kamarnya sembari menggendong J yang tengah sibuk mengucek matanya, bocah itu baru saja bangun dari tidur, "sayang, liat, itu siapa?" Tunjuk Wendy kepada Jevan yang tengah tersenyum dengan mata yang berbinar.

"Dadwy," ucapnya dengan pelafalan yang lucu.

"Do you wanna hug Daddy?" Tanya Wendy sembari menciumi pipi gembul J.

"Yehhh," J menjawab dengan semangat membuat Jevan yang melihatnya segera berdiri lalu membawa J ke dalam gendongannya, menciumi bocah itu dengan gemas hingga J tertawa kegelian.

Lemonade (Jae x Wendy) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang