Dari jarak sedekat itu rasanya mustahil bagi jantung seorang Wendy untuk bisa tetap tenang. Matanya bergetar ia berusaha untuk tidak melakukan kontak mata. Tetapi, aroma tubuh Jevan membuat pipinya tanpa sadar memerah.
"Kenapa muka lo merah? Are you blushing?"
"Duduk di sana." Titah Wendy sembari berjalan menjauh. Ia tidak ingin berlama-lama di dekat lelaki itu dan malah membuat pipinya lebih merah lagi.
*****
Kini, Jevan terduduk di kursi dengan kepala sedikit mendongak ke atas. Aneh sekali, padahal tidak biasanya ia ingin memperhatikan wanita seperti itu, tapi secara naluriah Jevan dengan spontanitas menatap wanita yang tengah sibuk dengan Hairdryer dan sisirnya.
Tangan mungil gadis itu sibuk mengurus poni Jevan yang basah, menatanya dengan rapih seperti petunjuk dari Elgi. Akan tetapi Wendy sama sekali tidak melihat ke arah mata Jevan, gadis itu dengan sebisanya menghindari kontak mata di antara mereka.
"Loh, kok jadi Cece yang urusin rambut Jevan?" Tiba-tiba suara Kakang mengintrupsi, ia baru saja datang dengan beberapa cup kopi yang ia beli dari Velvet.
"Dewi lagi libur, Kang, bokapnya sakit jadi dia balik dulu ke Surabaya," jawab Elgi yang sekarang telah berganti mendandani kekasihnya.
"Sini, Ce, biar gue aja yang ngeringin," baru saja Kakang ingin mengambil hairdryer dari tangan Wendy tiba-tiba saja Jevan menepisnya hingga Kakang mengaduh.
"Jangan pegang rambut gue, gue ga suka rambut gue di pegang-pegang sama cowo," ujarnya membuat manager Enam Hari itu memutar bola mata malas.
"Lo pikir Dewi cewe, ada aja-aja lo," Kakang mencibir dan segera duduk di sofa yang berisi Sansan dan Difta yang telah siap dengan Make Upnya.
Memang Dewi adalah seorang Lelaki, sosok yang bernama asli Dwi Panca itu malah mendapatkan nama Dewi dari orang-orang di perusahaan karna tingkahnya yang agak mirip perempuan. Tapi jangan salah Dewi adalah salah satu hairstylist paling profesional di sana. Beberapa artis terkenal di perusahaan bahkan hanya ingin rambutnya di sentuh oleh lelaki itu.
Mendengar cibiran dari Kakang, Jevan malah bersikap masa bodoh dan melanjutkan fokusnya memperhatikan jemari Wendy yang menyentuh setiap helai rambutnya.
Jika di lihat sedekat itu Jevan merasa gadis itu memang mirip dengan seseorang yang di kenalnya di masa lalu.
*******
"Ayo siap-siap, lima belas menit lagi kita berangkat," intruksi Kakang yang saat ini tengah mengecek semua persiapan untuk artisnya.
Semua anggota bergegas termasuk Jevan. Ingin hati mengajak gadis itu ikut ke tempatnya akan konser tetapi segera ia urungkan karna ia tidak sengaja mendengar Wendy masih memiliki satu pekerjaan tersisa. Sementara Elgi sudah selesai dengan pekerjaannya dan bebas untuk ikut bersama Bijar.
Sebetulnya Wendy bisa saja ikut bersama Enam Hari dan timnya jika saja pekerjaannya telah selesai. Namun sayangnya gadis itu masih memiliki satu hal yang belum ia kerjakan yaitu melakukan styling kepada salah satu model laki-laki.
Cape banget rasanya hari ini, jantung gue ga biasanya kaya gini. Ahh engga engga! Lo cuma terbawa suasana aja Dy. Santai aja oke. Wendy bicara dalam hati sambil sesekali memukul kepalanya. Bisa-bisanya ia memikirkan lelaki kurang ajar itu.
"Dy, lo di cariin Managernya Kak Raka tuh," suara salah satu staff membuat Wendy yang daritadi bergelut dengan pikirannya itu terhenyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lemonade (Jae x Wendy) Completed
FanfictionKayanya gue emang sial ketemu sama lo! - Wendy Tan Gue juga sial ketemu lo - Jevan Ardianto Park Blue Chicken 2020