BWY;38

78 3 0
                                    

LavenderWriters Project III Present

Better With You © Group 4

Part 38 — Created by gloriarafael

▪︎▪︎▪

Malam tiba tetapi sekolah masih saja ramai akan siswa yang tengah mengikuti berbagai macam kelas tambahan. Bukan ingin mengejar prestasi, tetapi kelas ini diadakan untuk memberikan kesempatan kedua bagi siswa yang sering bolos hingga ketinggalan materi. Oleh karena itu Vanca dan Alea masih di sekolah sekarang.

Akibat jenuh, Vanca memutuskan untuk pergi ke toilet. Saat hampir masuk ke dalamnya, ia menemukan seorang yang sangat familiar tengah bertelepon, Erin. Vanca memutuskan untuk menguping saja.

"Apa?! Mama nikah lagi?!" pekik Erin pada lawan bicaranya di telepon.

Vanca terkejut dan merasa kasihan. Vanca memang tidak memiliki ibu sejak kecil, tetapi ia paham bagaimana hancurnya Erin.

"Jadi sekarang Mama udah gak ada di rumah?" tanya Erin sambil meremas rambutnya. Suaranya bergetar ingin menangis.

"Hah? Pa-papa? Papa pindah ke luar negeri?! Nasib aku gimana, Bi?!" tanya Erin tak percaya.

Entah apa yang dikatakan asisten rumah tangganya itu, yang jelas Erin langsung mematikan ponselnya dan melemparnya asal.

Air mata Erin perlahan turun. Erin mengacak-acak rambutnya dan terduduk di sudut toilet. Rambutnya menutupi wajahnya yang tengah menangis. Tubuhnya bergetar hebat dengan isakan tangis yang mulai terdengar jelas.

Dari balik pintu, Vanca berusaha menahan diri. Ia ingin sekali memeluk Erin, karena bagaimanapun ia memandang Erin sebagai teman.

Vanca memutuskan untuk menemui Erin tetapi sesuatu menghentikannya. Alea menahan tangan Vanca dan menatapnya sambil menggeleng.

Alea langsung menarik Vanca pergi hingga mereka berhenti di pinggir lapangan.

"Jadi bokapnya gak di Indonesia lagi, kan? Ini kesempatan baik buat Audrey nangkap Erin," ujar Alea.

Vanca mengerutkan dahinya,"kok lo manfaatin situasi sih? Erin itu lagi sedih Le! Dia butuh kita, kita ini temannya!" ujar Vanca kesal.

"Van! Lo gak inget Audrey?! Kita pernah ada gak buat Audrey disaat dia ada di posisi itu?! Ada? Enggak, kan! Lo sadar, ga? Disaat Audrey di posisi itu, kita malah hilang bahkan berfikir buruk soal dia padahal Audrey anggap kita itu beneran sahabat. Beda dengan Erin yang hanya menganggap kita sebagai pengikut dia. Bukan soal siapa teman kita Van, tapi soal siapa yang menganggap kita teman!! Jadi mungkin sekarang saatnya kita tebus kesalahan kita ke Audrey."

Vanca terdiam mendengar penuturan Alea. Ucapan Alea seakan menamparnya. Ia menyadari bahwa selama ini yang ia anggap teman malah menganggapnya beda. Justru yang ia abaikan menganggapnya sahabat.

Disaat seperti ini, yang dinamakan karma sedang bertindak. Erin, Vanca dan Alea mulai merasakan apa yang Audrey rasakan. Memang hidup bagaikan roda, kadang di atas dan kadang di bawah intinya tidak bisa diam di satu posisi. 

"Le, apa kita sejahat itu biarin dia rasain sakit sendirian?" tanya Vanca pelan.

"Terkadang manusia harus merasakan sakit, karena rasa sakit itu yang akan mendewasakannya. Ini terbaik buat Erin, biar dia sadar dan berubah Van," ucap Alea lembut.

.
.
.

Setelah semua berlalu dengan cepat, kini waktu sudah berada di akhir pekan. Malam ini sedikit berbeda, karena Sean mengajak Audrey makan malam bersama keluarganya.

04;Better With You✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang