"Seulgi-aah" Irene terisak"Kau kenapa?"
"Seulgi-ah... Aku tidak tahan lagi" Tangisnya pecah
"Kau dimana?"
****
Irene meneguk minum yang di bawa Seulgi. Sementara Seulgi menepuk lembut punggung belakang Irene. Sisa isak itu masih ada. Tubuh Irene masih gemetar meski tidak separah tadi.
"Tenanglah, Rene"
"Seul, kurasa aku tidak bisa lagi"
"Rene? Ada apa? Kau sudah bertemy dengan Park Sooyoung?"
Tak ada jawaban dari Irene. Seulgi lalu membawa Irene pulang ke apartment.
"Telpon aku jika terjadi sesuatu ya?"
Irene mengangguk pelan. Tangannya memegang ponsel yang sempat diletakkan Seulgi sebelum pamit pergi.
Tidak lama, satu panggilan masuk. Kim Seokjin, tentu saja laki-laki itu."Irene-ssi? Kau baik-baik saja? Kudengar tadi kau menangis saat menelpon Seulgi" nada itu terdengar tulus mengkhawatirkan Irene.
"Aku sudah baik-baik saja" Jawab Irene sekenanya.
"Rene-" Nada itu terdengar putus asa.
"Hem?" kembali Irene menjawab sekenanya.
"Kuharap kau bahagia" ucapan Seokjin terdengar serius saat mwngatakan hal itu. sementara Irene masih belum mengatakan apapun.
"Seokjin-sii? Menurutmu kebahagiaan itu seperti apa?" tatapan Irene lurus memandang depan.
Seokjin menarik nafas.
"Rene, kau pasti tau, konsep dasar bahagia terlalu abstrak untuk dideskripsikan. Kau bisa menangis tapi ternyata tangis itu adalah kebahagian, dan kau bisa tertawa padahal itu bukan karena kau sedang bahagia atau merasa bahagia. Rene, dengarkan aku. Bagaimana kau bahagia adalah tergantung konsep apa yang kau ciptakan. Rene, tertawalah, menangislah, jika kau kesal kau harus ungkapkan kekesalanmu, jika seseorang menganggu pikiranmu kau bisa ungkapkan keluhanmu. Sudah cukup untuk merasa bersalah, sudah cukup menerima segala derita, Rene, kau sudah berada di puncak, jangan biarkan kerikil kecil menganggu jalanmu. Kau hanya perlu mengatakan segala yang kau rasa, jangan membunuh dirimu sendiri, Rene-ah" jelas Seokjin.
Irene terdiam cukup lama. Baginya ucapan Seokjin adalah obat dari segala luka dan sakitnya.
"Menurutmu aku pantas?" suara Irene bergetar
"Tidak ada alasan menolakmu, Rene" Jawab Seokjin
Air mata jatuh di pipi Irene. Seokjin benar. Yang dilakukannya selama ini adalah bentuk membunuh dirinya sendiri. Dia telah pergi jauh namun sayangnya dia melangkah tanpa membawa dirinya sendiri.
"Trimakasih, Seokjin-ah"
"Rene, istirahatlah"
Irene menutup mata. Berharap segera di jemput mimpi indah yang akan mengantarkan setumpuk bahagia untuknya.
****
Seulgi mengetuk pintu apartment Irene. Mendapati sahabatnya datang malam-malam.
"kau tidur? Maaf jika menganggumu!" Seulgi merasa menyesal datang saat sekarang
"Tidak apa-apa. Aku sudah tidur sejak pukul 7 tadi. Kau sudah makan?" Irene mengamati wajah Seulgi yang terlihat lelah.
Benar saja, Seulgi segera mencampakkan tubuhnya ke atas ranjang Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKY
RomanceDan dalam diam, masih kuamati semburat jingga di wajah indahmu, aku yang ingin menang atas dirimu, aku yang ingin menang atas cintamu.