Part 1

227 59 0
                                    

Aku mempelajari sesuatu setelah aku hidup dengan jalan yang berbeda dan di luar dugaan. Aku mendapatkan banyak hal gila di masa lampau saat usiaku 14 tahun. Di masa itu banyak hal yang menimpaku, tapi aku mempelajari beberapa hal. Aku mempelajari bahwa kita terkadang harus mempercayai dan mengenal secara dalam sahabat kita sendiri, terkadang... para orang terdekat kita mempunyai rahasia gelap yang tidak diketahui orang lain, dan mereka menyimpannya sendiri, menyalahkan diri mereka, dan mereka tidak bisa menceritakan kepada orang lain karena berbagai alasan. Dan yang bisa kupelajari dari hubungan pertemananku dengan para sahabatku, dan seorang roh anak yang merasakan hal yang sama denganku adalah, untuk mengerti seseorang, terkadang kita harus berenang di air yang sama yang menenggelamkan mereka. Mereka itu memiliki konflik yang berbeda tetapi punya beberapa kesamaan juga. Itulah yang membuat kami bisa dekat dan menyatukan kami.

Tapi di sisi lain, kita juga harus berhati-hari juga agar tidak ditusuk dari belakang oleh sahabat palsu kita.

Hal lainnya adalah menjadi berbeda bukan kesalahan. Mereka sendiri yang akan salah, karena telah menyia-nyiakan anak yang berbeda. Orang orang, selalu saja minta dimengerti. Tapi, mereka hanya menyuruh tanpa menjelaskan apapun kepada kita yang tidak tahu apa-apa. Mereka selalu menuntut ini dan itu. Padahal, mereka sendiri tidak mau mengerti dan mendengar kita dengan baik. Mereka selalu dengan cepat mengambil kesimpulan, tanpa percaya, dan bahkan mereka tidak menanyakan kebenarannya kepada kita. Menjadi berbeda itu spesial. Jika kamu mendapatkan banyak musibah di kehidupanmu yang lama karena hal spesial yang ada di dirimu, mungkin hal spesial itu akan berguna di masa depan nanti. Masih ada kesempatan untuk itu.

Hal yang paling menyakitkan bagiku seumur hidupku adalah ketika kita tidak diinginkan dengan orang yang kita harapkan. Contohnya orangtua. Terlalu banyak berharap kepada mereka, pasti akan tersakiti karena kecewa semuanya tak berjalan seperti yang kita harapkan. Setiap anak tidak memilih dilahirkan tapi itu kewajibannya orang tua untuk merawat anaknya. Sudah menjadi kewajiban orang tua yang sudah membawa anak ke dunia itu untuk memperlakukan setiap anak dengan baik.

Setiap kali aku hampir saja memaafkan orangtuaku. Aku punya ribuan alasan lagi untuk membenci mereka. Mereka sendiri yang membuatku membenci mereka. Padahal aku hampir lupa kenapa aku membenci mereka... Lalu dia mengingatkanku lagi kenapa aku membenci mereka. Aku tidak tahu jika Tuhan ada atau tidak. Tapi jika dia ada. Aku menyalahkannya atas hal buruk yang terjadi padaku. Hal buruk itu adalah karena aku diberi orangtua yang sakit jiwa, sehingga mereka membuatku sakit jiwa juga. Aku tidak pernah merasa aman dan aku tidak tahu harus pergi ke mana lagi. Aku tidak punya rumah. Karena tidak ada tempat yang bisa kusebut rumah. Aku tidak tempat mana yang aman untuk berlindung. Aku tidak memiliki keluarga ataupun orangtua yang baik yang peduli denganku. Tidak ada. Hanya aku dan diriku sendiri.

Aku selalu dituntut untuk minta maaf padanya, diperlakukan seolah-olah akulah yang paling bersalah kepada mereka, padahal mereka tidak mau melihat diri mereka sendiri. Semua perlakuan jahat mereka kepadaku. Mendengar permintaan maaf kepada mereka pun tidak pernah. Mereka tidak akan pernah mau melakukannya.

Mungkin, yang aku butuhkan saat itu hanyalah mereka mencoba menerimaku. Tapi, mereka selalu berharap, dan membuat aku menjadi orang lain. Itu membuatku semakin merusak diriku sendiri. Semua akan mudah jika mereka mencoba menerimaku sejak awal.

Semakin menyakitkan lagi, jika orangtuamu tidak menyayangimu seperti anak lain hanya karena kau berbeda. Pastinya kita selalu berharap, punya keluarga bahagia seperti anak lain. Seperti, wah... enak sekali ya... jika aku memiliki keluarga yang harmonis seperti anak lain. Coba aja kalo aku punya orangtua seperti ini dan itu. Jika kita di posisiku atau posisi anak-anak yang sama denganku. Kalian tidak tahu betapa irinya kita ketika kita pergi ke taman bermain anak-anak, kemudian melihat orang tua mereka menyayangi mereka, punya kehidupan bahagia. Melihat anak-anak itu tertawa bahagia dengan orangtua mereka... rasanya menyakitkan. Rasanya hidup mereka seperti mimpi, dibandingkan hidup mereka yang tragis. Tapi menghapus ingatan buruk tidak akan mengubah kenyataan.

The Cursed ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang