Paginya,
Young Hyun mendapati Ki Hyun belum bangun dari tidurnya. Kebetulan pintu kamar adiknya itu tidak terkunci. Jadi, ia memastikan langkah kakinya tidak gaduh saat memasuki ruangan Ki Hyun beristirahat. Ia duduk setenang mungkin di samping adiknya yang tidur memeluk boneka hiu. Tangannya terangkat, mengusap rambut coklat kemerahan sang adik.
"Dek" panggilnya pelan.
"Heung" Ki Hyun menggeliat, mencoba untuk membuka kedua matanya.
Young Hyun menangkup wajah Ki Hyun, lantas mengunyel ngunyel kedua pipinya yang seperti bakpao.
"Berangkat jam berapa nanti nduk?" tanya Young Hyun.
"Abis makan siang aku ke salon, jam 3an Hyung Won jemput" sahut Ki Hyun akhirnya melek juga.
"Okey, ayook bangun. Abis ini kita sarapan, mas uda buat bubur kacang ijo" begitu nama makanan di sebut, Ki Hyun langsung bangun.
"Serius mas? Kapan belanjanya? Ya ampun, aku kangennnnnnnnn" Ki Hyun terlebih dahulu melipat selimut, lalu merapikan letak bantal sebelum mengekor di belakang Young Hyun untuk sarapan.
***
Hyung Won bangun dalam keadaan malas, semalam akhirnya dia ngundang Joo Heon buat nemenin minum bir. Jadi, kepalanya masih agak pusing. Menilik notif chat masuk, mau tak mau pria itu tertawa. Di sana nama kontak dengan huruf Q telah meninggalkan sederet pesan untuknya. Mulai dari bahasa paling kalem sampai ke kalimat penuh dengan huruf capslock di tambah emot beraneka ragam karena Hyung Won mengabaikan panggilannya kurang lebih 7 kali.
Perasaannya membaik, ia hanya membalas pesan Ki Hyun dengan ucapan selamat pagi. Sudah waktunya membangunkan Joo Heon, ia butuh sarapan dan berniat menyuruh sahabatnya itu untuk membuat suatu kreasi dari bahan yang ada di kulkas.
***
Ki Hyun mengetuk – ngetukkan ujung kukunya ke meja. Tidak ada pemberitahuan jika Hyung Won tidak ingin menghadiri undangan pernikahan. Tapi, ia juga tak kunjung muncul. Masih ada waktu lima menit lagi sih. Tetap saja, tepat waktu kan lebih baik. Ia menopang pipi gembilnya menggunakan tangan kanan. Lalu memutar balikkan posisi handphonenya dengan bosan.
Tuk! Tuk!
"Kkamjagiya, iii yaish" Ki Hyun hampir saja mengumpat, ketika melihat si pengetuk jendela kaca tepat di samping Ki Hyun berada. Ada perasaan lega begitu melihat senyuman terukir di wajah Hyung Won saat mereka bertemu di pelataran kafe.
"Kok nggak di pake?" tanya Hyung Won ngeliatin sepasang alas kaki cantik di tangan kiri Ki Hyun.
"Gue nggak bisa pake high heels lama – lama. Nanti aja di pake kalo uda sampe. Wah, you brave enough to show up in the last minute" goda Ki Hyun.
"Someone said to me to be brave" Hyung Won ngebuka pintu mobilnya, Ki Hyun nggak bisa nahan ketawa karena itu adalah kata - kata yang kemarin dia ucapin ke Hyung Won.
"Kaki lo sakit kalo pake heels lama lama? Wajar kali. Cewek cewek di luaran sana pasti ngerasain hal yang sama" kata Hyung Won mulai tancap gas.
"Gue beda Won. Kalo di liat seksama. Lo bakalan nemuin bekas jaitan agak panjang di punggung kaki kiri gue. Trus bentuknya agak nggak cantik karena harus di tambal pake daging yang di ambil dari area lain buat nutupin bagian yang ilang. Bye bye heels, wedges, dan lainnya. Lo tau apa yang lebih parah? Gue harus ngucapin selamat tinggal sama cita - cita gue buat jadi balerina" Ki Hyun ngebuka jendela mobilnya. Dia nggak pengen Hyung Won ngeliat ekspresi emosionalnya saat ngebahas insiden menyakitkan itu.
"Hah? Gimana ceritanya?" Hyung Won noleh ke arah Ki Hyun.
"Kejadiannya kelas 5 SD. Gue dulu sering di palak, di ganggu hampir tiap hari. Kenapa? Ya karena gue diem aja. Nggak pernah komplain walopun uda di isengin berkali kali. Suatu saat, kakak kembar gue, Aruna. Mergokin gue lagi di palak. Dia nggak terima, dia bales anak anak itu saking gregetannya. Dia juga marahin gue karena diem aja, emang pada dasarnya gue pendiem sih. Trus Aruna yang talkative banget"
"Jangan - jangan yang gue temuin di SMP sampe sekarang itu Aruna ya?" Sahut Hyung Won mencoba tuk mencairkan suasana.
"Belom selese ih. Mau denger lanjutannya nggak?" Bales Ki Hyun galak.
"Go on. I am listening"
"Aruna minta bocah itu buat balikkin jajanan sama duit gue. Karena nggak mau, dia ngedorong Aruna. Eh kakak gue bangun lagi. Jadi rebutan duit deh, gue akhirnya bantuin Aruna. Mungkin dia tau nggak bakalan menang. Jadi, dia minta temen temennya bantuin. Alhasil kita di dorong, sialnya ada truk kontainer dari arah kiri. Aruna berhasil nyorongin badan gue ke sisi jalan. Tapi, tangannya belum lepas dari kaki kiri gue. I can't tell. Cause everything happened so fast. Then, i lost Aruna forever. After my mother passed away 6 month before"
Hyung Won masih ngedengerin, kebetulan jalanan lancar dan mereka nggak kena lampu merah.
"Gue yang diem jadi makin pendiem. Bahkan itu berlangsung sampe tiga bulan lamanya. Tiap kali ngeliat kaki kiri gue. Masih suka keingetan ada tangan Aruna di sana. Gue suka ngelamun, kata Mas Lintang tatapannya jadi kosong. Sering nangis nggak jelas. Sampe akhirnya di bulan keempat gue berubah drastis. Jadi riang, cerewet dan hiperaktif. Sebulan berlangsung bapak ngira ada yang salah sama sama gue. Akhirnya gue di bawa ke psikiater. My dad though i got Dissociative Identity Disorder. Split personality karena kehilangan Aruna"
Hyung Won noleh ke arah Ki Hyun yang tampak ketawa kecil.
"Jadi apa alasan lo berubah?" Tanya Hyung Won.
Flashback in a dream
"Aruna"
"Kirana. Aku uda ketemu sama ibu"
"Kenapa ibu nggak di ajak?"
"Kalo uda waktunya nanti ketemu. Kirana, kata ibu be strong"
"Apa artinya?"
"Kata ibu, Kirana harus kuat. Bapak sama Mas Lintang sedih liat kamu nangis terus"
"Ya kan nangisin Aruna. Hih"
"Maaf"
Kirana kecil tak sanggup lagi menahan air matanya. Sang kakak segera membawa si adik ke dalam pelukannya.
"Sekarang kalo kamu nangis, aku nggak bisa peluk. Kan aku jauh" Aruna men tap tap punggung Kirana pelan.
"Trus gimana?"
"Minta peluk bapak sama Mas Lintang lah. Sampe kita ketemu lagi nanti. Nangis seperlunya aja ya. Kalo nggak penting nggak usah nangis"
Kirana mengangguk, Aruna menarik ujung kaosnya untuk mengusap hidung Kirana yang basah.
"Jangan diem aja. Teriak kalo perlu. Biar mereka pada takut sama kamu. Ngerti?" Aruna menggandeng tangan Kirana, mengajaknya berjalan bersama.
Kirana kembali mengangguk.
"Nanti kalo bangun, kasi bapak sama Mas Lintang peluk cium ya dari aku ya Ki" Aruna menoleh, menghentikan langkah kakinya.
"Aku nggak?"
Aruna tertawa, mereka berbagi pelukan sekali lagi. Jika Kirana mengecup kedua pipi Aruna. Kakaknya itu hanya mengecup dahi Kirana.
"Dadah adek" kata Aruna pelan, senyuman manis menghiasi wajahnya.
Lalu, suara ayah membangunkannya dari perpisahan singkat dengan kakak kembarnya.
Back In Time
Hyung Won memarkirkan mobilnya sesuai arahan vallet parking gedung. Lantas dia ngalihin pandangannya ke Ki Hyun. Mastiin kalo cewek itu baik baik aja. Tangannya terulur buat ngebelai kepala belakang Kirana Yoo. Sementara si penulis menghela nafas, mencoba untuk nggak nangis atau nanti make up nya jadi hancur karena air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends Special Edition (Hyung Won - Ki Hyun)
FanfictionPerjanjian pra nikah kedua insan itu sangat sederhana, sederhana sekali malah. Hanya satu kalimat, yaitu : ~Nggak boleh saling jatuh cinta! Inget, kita ini nikah hanya karena utang budi~ Ki Hyun be like : "Gue nggak bakalan jatuh cinta sama lo!" Hyu...