Area stadion Gelora Bung Karno, Senayan, tak pernah absen ramai dikunjungi masyarakat Jabodetabek untuk beraktivitas menyehatkan tubuh atau sekedar berjalan-jalan menghirup udara pagi.
Namun bagi geng Akarsana, tak ada lagi alasan bangun siang pada Sabtu subuh kali ini.
Adalah Adrian, tersenyum berdiri menghadap Arif, Galih, Fauzi, Reno, William, dan Harsya. Jarum jam menunjuk angka lima, mengantarkan hawa sejuk, burung mencuit berterbangan, siap mendampingi aktivitas pertama mereka sebagai bagian dari kelompok seni pertunjukan bernama Puspa Satria.
"Selamat pagi, Anak-Anak!"
"Pagi, Kak Diiaaann!" Mereka menyambut semangat.
Setelan Polo shirt kuning, celana training panjang, plus running shoes Adidas yang Adrian kenakan tampak segar sesuai ucapannya.
"Kita santai aja, ngomong boleh 'lo gue' asal tetep sopan satu sama lain. Yang nggak kuat boleh minum, tapi pastiin sejam sebelumnya kalian udah makan. Siapa yang belom sempet makan?"
Mereka berenam saling melirik. Dirasa sudah mengisi energi lebih dulu, Adrian melanjutkan.
"Jadi, sebelum gue putusin peran kalian apa, reading naskah, sama penataan produksi, lo semua wajib latihan olah dasar. Apaan aja? Ada jiwa, raga, sama rasa, supaya kalian nggak gampang grogi, dan penonton bisa ngerti sama pembawaan penampilan kalian di atas panggung nanti. Siap?"
"Siap, Kak!" Sahut mereka serentak.
"Bagus. Begitu peluit gue bunyiin, kalian lari keliling stadion ini satu putaran. Fokus, jangan ngobrol, bercanda, dan mikir aneh-aneh, atur keluar masuk jalan napas, usahain udara seger pagi ini kalian resapi dalam hati. Bisa?"
"Bisa, Kak!"
"Wil, tolong pimpin stretching."
Lelaki bermarga Zhong senang sekali disuruh Adrian maju ke depan, menginstruksikan kakak-kakak kelas, teman sebaya, berikut Adrian untuk melenturkan persendian kaku selama sepuluh menit, berbekal pengetahuan pelajaran olahraga semasa sekolah.
Hingga mulut Galih menganga kala Fauzi membuka jaket, memperlihatkan lengan berotot hasil workout bersama papa ketika ada waktu luang di rumah.
"Nggak dingin emang make kaos lengan buntung gitu?" Reno meregangkan kaki ke belakang mengikuti William, tak habis kagum atas proporsi tubuh Fauzi yang tetap terjaga sejak SMA.
"Kagak. Santai. Lebih dingin pas di Bristol ketemu lu, Ren, sampe empat lapis baju malah." Kekeh Fauzi.
Harsya akui, baru pertama kali mereka pergi berolahraga. Kalau dilihat-lihat selain Fauzi, ekspresi muka Harsya lantas sumringah memandang Galih, Arif, Reno, dan William cukup bersemangat mengikuti misi kedua ini.
Galih yang sengaja menyuruh Reno melakukan sikap lilin, dengan sepasang kaki menegak ditahan oleh tangan Arif, mulutnya dibekap Fauzi agar tidak berteriak kesakitan karena kaku. Boro-boro mencegah, William dan Adrian asyik membicarakan jajanan enak di sekitar sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAWASENA [Telah Terbit] ✔️
Hayran Kurgu(Buku Ke-2 AKARSANA) (Telah dibukukan oleh Redaksi Athena) . . Arif, Galih, Fauzi, Reno, William, dan Harsya kembali mengemban misi menyelamatkan seorang penyanyi opera di sebuah kelompok pertunjukan ternama, dari sebuah organisasi perbudakan hibura...