*Harsya's Point of View*
Hidup itu bagai sirup cocopandan.
Dia terkurung sendiri dalam botol, tidak dapat berbaur dengan lainnya saat dituangkan ke dalam gelas. Namun, begitu sendok mengadunya bersama air putih, es batu, dan komponen lain seperti buah-buahan atau es kelapa muda, ternyata malah berguna melepaskan dahaga.
Kehidupanku memang manis, sayangnya tidak dibarengi manfaat jika aku tidak pernah menjumpai William, Bang Arif, Bang Reno, Bang Galih, dan Bang Fauzi.
Sewaktu kita maju dan bersatu, di situlah aku merasa tidak hanya menyegarkan sekeliling mereka...
...semoga kasih pun mampu memaduku juga Tante Shafira menjadi satu.
***
*Reno's Point of View*
Jika penyesalan selalu berada di akhir cerita, apakah cuma aku satu-satunya yang mendaftar lebih awal ke halaman depan buku sejarah menyedihkan ini?
Bedanya, perasaan itu menyusut begitu sorot mata nyalang Arif menghadap sedan Mercy hitam mewah berhenti menghadang kami, Fauzi dan Galih yang terus merapalkan doa Ayat Kursi, kutatap genggaman tangan William pada kalung salib yang setia menghiasi lehernya, tidak ketinggalan sosok tegap Harsya berusaha memimpin barisan.
Kuharap papa dapat menangkap sinyal yang kukirim melalui jam tangan terbaik hasil ciptaannya tahun ini.
Semoga mama dan Kak Irene senantiasa selamat dalam lindungan Allah.
Kalau Reno harus terluka karena ini semua...
...ketahuilah, Pa, Ma, Kak...
Reno sayang kalian semua.
***
"Ini.. kita di mana?"
Baru beristirahat dua jam di sebuah hotel, Fina mengikuti langkah keenam orang penting keluar kamar masing-masing, setelah ibu Arif memintanya bersiap.
Kini Fina ditemani oleh Wahyu sebagai pilot, Naren, dan Chandra dalam helikopter pribadi milik Keluarga Zhong. Sementara satu kendaraan yang sama di belakang mereka, terdapat Burhan, Indah, dan Tama yang mengambil alih kemudi.
Ali, Setya, serta Reyhan memutuskan mengambil jalan darat, demi memudahkan misi penyelamatan menjemput pihak berwajib setempat, tidak lupa wakil dari KJRI.
Rupanya, Dohen dan Hikaru telah tercantum dalam daftar pencarian orang oleh Interpol selama lima tahun, sejak keberhasilan penggagalan pernikahan paksa terhadap Jana dilakukan.
"Selamat datang lagi di Jepang, Fin." Kelakar Naren. "Kita sedang menuju highway tempat calon pacarmu dan teman-temannya sedang mempertaruhkan nyawa, kurang lebih 10 km dari Itami Airport."
"Om," panggil Fina. "Saya belum jadi pacar William. Saya tahu perasaan William, tapi saya masih belum bisa mengerti semuanya."
"Kamu nggak perlu ngerti banget, Fin, pelan-pelan William pasti bakal cerita sampe kamu menerima bahkan yang di luar nalar sekalipun. Yang perlu kamu tahu sebenernya cuma satu, ketulusan dia untuk kamu."
Asyik, bapak dua anak ini mencoba menenangkan hati si gadis Jogja.
"Lambemu, Chan... emang lu bisa apa pas Reno ditampar Sissy??" Sindir Wahyu.
![](https://img.wattpad.com/cover/229937944-288-k572273.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
NAWASENA [Telah Terbit] ✔️
Fanfic(Buku Ke-2 AKARSANA) (Telah dibukukan oleh Redaksi Athena) . . Arif, Galih, Fauzi, Reno, William, dan Harsya kembali mengemban misi menyelamatkan seorang penyanyi opera di sebuah kelompok pertunjukan ternama, dari sebuah organisasi perbudakan hibura...