"Ikuti gerakan gue. Yang salah, harus mau gue dandanin pake kebaya. Siap?"
Adrian berkacak pinggang, menaikkan alis, bertanya tegas kepada Arif, Reno, Fauzi, Galih, William, dan Harsya yang berbaris versi berseragam olahraga pagi pukul setengah enam kini.
"Siap, Kaaakk!" Mereka menyahut antusias.
"Bagus."
Tape dinyalakan Adrian, suasana lapangan sederhana tempat taman perumahan kediaman Adrian mendadak dipenuhi oleh kumpulan orang tua pecinta gerak badan pagi hari. Melongo, Galih menyenggol lengan Reno.
"Berasa pimpin senam di rumah nenek gue."
"Pasang muka bodo amat, Gal, hati-hati dijodohin sama cucu mereka ntar."
Nada lagu SKJ '88 familiar menggema. Arif pasrah. Fauzi semangat. William dan Reno bingung, tak pernah sekali pun tahu ada senam irama macam ini. Harsya percaya diri. Galih bersyukur dalam hati sempat memoleskan gel rambut sebelum berangkat.
Soal SKJ, Galih jagonya.
Tidak hanya kumpulan lansia dan orang dewasa menjelang masa pensiun, keempat pemuda lain termasuk Adrian cukup hafal akan sekian banyak gerakan. Sementara Reno dan William sok meniru, jikalau benar bakal dipakaikan kebaya, toh takkan mengurangi kadar maskulin mereka.
Sampai di mana seorang Arif memiliki ide licik difotokopi Fauzi, Harsya, dan Galih, berteriak kepada Reno serta William...
"DUKUN PELET! DUKUN PELET! BAPAK LOOO!"
"BANGSAT! BAPAK GUA CAKEP-CAKEP NGAPA LO KATAIN, HAH?" Seru Reno kaget, William pun tercengang. Masyarakat malah tertawa menikmati.
Adrian? Terkikik geli dan terus bergerak lincah.
"Emang begitu lagunya, samson! Ntar gantian lu cengin kita!" Galih membalas riang. Lama tidak melakukan senam berkelompok, senyumnya tampak bahagia.
Mood Reno kembali melunak, sampai ketika Adrian mendemokan lambaian tangan menyerupai ombak, cowok itu turut menikmati. Bertanya-tanya mengapa baru kali ini ada senam se-menyenangkan ini.
Kembali pada paruh kedua.
"DUKUN PELET! DUKUN PELET! BAPAK LOOO!" William dan Reno tak mau kalah, berteriak tepat di kuping Harsya, Fauzi, dan Arif.
"Dasar bocah crazy rich, baru ngerti lagu lama aja langsung norak." Kekeh kecil Galih, ngeri kena tabok kalau ketahuan.
Secolek jari mampir di lengan Galih, seorang ibu berambut pendek bergelombang tersenyum padanya.
Wih, emak-emak aja demen sama gue. Untung mami si Jana kagak, bisa gawat ibu sama anak kalo sampe kemakan pesona Don Juan De Pratama.
Terserah, Penulis tak peduli kata hatimu, Nak. Masalahnya ibu itu mengatakan...
"Adek ini yang suka potong rumput di rumah Dek Dian, kan? Ibu suka lihat Adek pake kaos ini kalo lagi kerja tiap Ibu lewat mau ke pasar."
Tawa ngakak tak terelakan terjalin antara Fauzi, Reno, Arif, Harsya, William, ketiga ajudan mereka, plus Adrian sendiri. Entah di mana kaus Nike yang Galih banggakan, berubah menjadi kaus longgar lambang partai yang sering memuncaki peringkat di setiap pemilihan umum, sengaja spesial dipinjamkan papi.
"Bukan, Bu! Ini anaknya bapak kapolsek! Lagi mau nyalon jadi kang nyiram kembang di gedung DPR!"
Teganya, Arif.
"Dian, sering-seringlah kau ajak adik-adik kau senam bareng kita di sini, bosan 'kali lihat tampang kau terus jadi jones tak berkesudahan. Kujodohkan kau dengan Sri malah tak mau, kalah kece kau dari adik-adik manis ini!"
Bapak berkumis tebal berteriak dari ujung kiri, menggelisahkan Adrian.
Bagian jomblo ngenes-nya sejak dulu memang belum mau ia lepas, tepatnya setelah lulus kuliah, berhubung terpisahkan oleh jalur tajam bernama long distance relationship.
"Makasih, Pak, kita emang semanis madu." Jawab Harsya enteng.
Sontak peserta lansia mengerubuti anak lelaki kesayangan Pak Burhan dan Ibu Safa tersebut, mencubit-cubit pipinya yang mulai melebar.
Kontan lainnya tak terima. Enak saja, mereka juga mau diberi bonus permen Milkita seperti Harsya, apalagi rasa melon. Ah, cemburu menguras hati.
"Sabar, guys, ntar sampe rumah puas-puasin manja sama cewek masing-masing." - Reno.
"Kecuali gue yang masih OTW ngarep." - William.
"Sama. Dielus ibu sendiri aja udah Alhamdulillah." - Arif.
Kelar senam dan pendinginan, terjadilah perlombaan dadakan tanpa mereka sangka. Kedatangan Setya dan Reyhan menyiapkan deretan kerupuk tergantung tali jemuran, sukses membelalakkan netra mereka berenam.
Tangan Ali menuang isi botol kecap manis ke sekujur kerupuk, semakin mengherankan dugaan. Apa pula ini? Tugas mau ke Gion saja harus berhadapan dengan hal seperti ini?
"FYI, Tuan Muda Hikaru doyan makan kerupuk dikecapin. Mulai sekarang, kalian harus belajar ngertiin apa yang dia suka dan nggak, supaya dia mau kita ajak kerjasama tolongin Patricia. Paham?"
"Ngaco lu, Kak, sumpah.." desis Fauzi. "Gue nggak suka kerupuk putih! Alergi!"
"HAH? ADA GITU ORANG KAYA ALERGI KERUPUK?? Bahahahahah!" Harsya ngakak, mengeplak-ngeplak lengan Fauzi. "Bang, nih makanan nggak bakal bikin lu mati. Nikmat yang ada, you can't live without this when you eat nasi goreng and the gank! Hahahah!"
Lantas sepasang tangan Fauzi dipegang erat oleh William ke belakang.
"Wil, lepasin, nggak? Nggak gua traktir es tung-tung, mau??"
"Eits, es tung-tung nggak boleh absen. Tapi Bang Oji wajib ikutan main! GAIS! PAKSA BANG OJI HABISIN TUH KERUPUK!"
Mendengar komando William, takdir Fauzi menerima keadaan secara terpaksa harus ditelan begitu Reno dan Galih mendorong tubuhnya, Arif mengarahkan gantungan kerupuk ke mulut Fauzi, Harsya mencekokinya.
Mereka tertawa puas. Sementara Setya duduk di pojok lapangan, sibuk berdoa semoga tidak dipecat.
"Maaf, Mas Fauzi. Saya juga dicegah untuk jangan tolong Mas."
Benar, karena tubuhnya pun ikut diikat Reyhan dan Ali menggunakan tali rafia berhias permen Hot Hot Pop, sebagai hadiah untuk anak-anak itu apabila mampu menghabiskan kerupuk berlumur kecap manis itu.
Kita lihat bagaimana usaha keras Fauzi menolak cobaan dari teman-teman dekatnya.
"BHAAKK!! Udah, anjeerrr! Lepasin gueee! Ampoonnn!! Mamaaa! Papaaa! Eliii!!"
"Hehehehee.. makan lagi, sayang.. sesuap lagi, pesawatnya mau mendarat, aaa~"
Arif memasukkan lagi potongan kerupuk ke dalam mulut belepotan Fauzi, Harsya membantu memegangi pipi, memastikan kakak kelasnya berhasil mengunyah dan menelan makanan pendamping itu.
Geleng-geleng kepala Adrian mendokumentasikan momen, ditemani bapak-bapak, ibu-ibu, kakek, nenek, dan warga sekitar seperti satpam serta babysitter yang menyuapi sarapan anak majikannya.
Sungguh hiburan tak ternilai bagi mereka.
***BERSAMBUNG***
![](https://img.wattpad.com/cover/229937944-288-k572273.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
NAWASENA [Telah Terbit] ✔️
Fanfiction(Buku Ke-2 AKARSANA) (Telah dibukukan oleh Redaksi Athena) . . Arif, Galih, Fauzi, Reno, William, dan Harsya kembali mengemban misi menyelamatkan seorang penyanyi opera di sebuah kelompok pertunjukan ternama, dari sebuah organisasi perbudakan hibura...