Dirasa acara menginap berenam di studio latihan milik Adrian termasuk aman bagi anak-anak, tentu Ibu Arif mengizinkan. Ia lalu menyimpan lauk makan malam ke dalam kulkas sembari tersenyum menatap Mama Fauzi dan Ibu Harsya yang duduk menunggu di ruang tamu.
"Sepi banget, In. Kalo Arif ada kerjaan di luar kota, kamu tidur sendirian dong?" Mama Fauzi berdiri, melihat-lihat deretan bingkai foto keluarga terpajang rapi.
"Udah biasa gue. Malah gua bingung kenapa lu pada kemari, berasa nyewa satpam."
"Nggak apa-apa sih, santai sama kita-kita ini. Mumpung suami nginep rame-rame di rumah Naren, ya mending kita ke sini temenin kamu. Kalo Mitha nggak urus Irene yang lagi sakit, Sarah tinggalin rapat dadakan arisan, Lila belom bawa adek Galih, pasti bakal party all night long deh."
Jawaban Mama Fauzi terdengar benar tak terbantahkan. Sampai Ibu Arif meletakkan dua gelas teh manis panas, kesukaan mereka, ke atas meja sambil mendengus pasrah.
"Lu tahu, nggak? Gua tuh pengen banget si Arif nikah sebenernya, tapi dia kebanyakan alesan."
"Maksudnya?" Ibu Harsya sedikit tertarik. "Kamu restuin Arif sama Nadia gitu?"
"Muke gile si Ipeh! Ya kali, tuh bocah dua aja gua lihat kagak ada kemajuan!"
Sabar saja Ibu Harsya tertawa, tak peduli Ibu Arif membuat nama panggilan akrab seenak lidah bergoyang.
"Emang kamu mau gimana coba soal Arif? Sini cerita. Aku sama Riana jadi ikut kepo."
Mengesampingkan konflik antara Shakila, Arsa, dan Luna lewat sinetron Istri Kedua di televisi, Ibu Arif lantas mengambil remote, mengecilkan volume suara. Padahal sebelumnya, mereka bertiga kompak menghujat karakter tokoh yang diperankan Donny Michael itu.
Mari kita persingkat obrolan trio ibunda ini dengan sebutan nama Indah (Ibu Arif), Riana (Mama Fauzi), dan Safa (Ibu Harsya).
"Gue jujur terserah Arif mau nikah sama siapa aja, asal cewek tulen, seiman, kagak usah neko-neko dah. Mau dia kerja di perusahaan atau jualan, jadi ibu rumah tangga, masih kuliah. Gua mah apa aja ayo, tapi kenapa sih tuh anak keras kepala banget? Persis bapaknya!"
"Lu tahu dia bilang apa sama emaknya? Dia mau kumpulin duit buat gua pergi haji sama umroh, terus bulan depan kredit motor kan OTW lunas, eehh.. dia ngusul mau kredit mobil, cong! Biar gua nggak usah capek-capek bawa belanjaan bahan nasi uduk pake motor, angkot, atau taksi lagi! Coba lu bayangin perasaan gua! Nangis, nggak, lu semisal Oji sama Acha bilang begitu?"
"Lho, bagus kali. Kan tandanya Arif sayang sama kamu." Riana halus merespon.
"Dia nggak sayang sama jantung gua, Ri."
Riana dan Safa terbahak-bahak heran. Kelucuan Indah selama ini selalu dipertanyakan, apa benar istri Dimas sekonyol itu? Dan kini, mereka menemukan sisi humoris penuh haru sang wanita kuat.
"Gue tuh pengen dia bahagia sama pilihannya sendiri. Kasihan, udah bapak sama adeknya nggak ada, lulus SMK bela-belain langsung kerja, gua suruh kuliah bilang males terus bocahnya, padahal gua yakin noh.. dia pasti pengen banget bisa nyusul Galih."
"Oh ya? Emang Galih udah tahu mau lanjut kuliah di mana?"
Seingat Safa, Galih pernah bercerita tentang keinginannya kuliah di Jepang. Bahkan menurut Lila, Galih tertarik mendaftarkan diri ke Kochi University, karena ada sanak saudara papi yang juga tinggal dekat sana.
"Kayaknya Galih beneran jadi ke Kochi," Riana menanggapi. "Lagian kamu udah ada dana buat biayain Arif, In? Bisa aja kan dia nggak mau repotin kamu, makanya tahan diri dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
NAWASENA [Telah Terbit] ✔️
Fanfic(Buku Ke-2 AKARSANA) (Telah dibukukan oleh Redaksi Athena) . . Arif, Galih, Fauzi, Reno, William, dan Harsya kembali mengemban misi menyelamatkan seorang penyanyi opera di sebuah kelompok pertunjukan ternama, dari sebuah organisasi perbudakan hibura...