40 - Batas Fajar

907 199 219
                                    

"Bang Ojiii.. nggak bisa boboookkk.."

Suara rengekan Galih sedikit menginterupsi Fauzi di tengah konsentrasinya membaca buku ilmu biologi oral.

Paparan sinar lampu tidur yang mengenai muka Galih, membuat Fauzi tidak tega melanjutkan aktivitas rutinnya sebelum tidur.

"Lah, lu kata gua kagak? Main HP gih, ngapain kek biar ngantuk."

"Pengennya bisa baca buku setebel bantal kayak lu, Ji, tapi otak gue nggak bakal sampe buat bedain mana gigi asli sama palsu."

Kekeh kecil Fauzi menular, Galih jadi ikut menyeringai lebar. Menyibak selimut hingga setengah badan, Galih duduk menyandarkan diri pada headboard ranjang, menatap wajah damai Arif, William, dan Harsya terlelap dalam kamar tamu rumah Adrian.

Terkecuali Reno, masih asyik memainkan game dengan silent mode di ujung sana.

"Ya nggak usah baca buku gue juga kali, main medsos kan bisa." Suruh Fauzi.

"Boseeennn.." tanggap Galih.

"Ikut main game sama Reno sono."

"OGAH! Gue lagi duet bareng Ayang Cici!" Tukas Reno, semakin memajukan bibir depan Galih. "Bikin minum anget aja, Gal. Gue nitip Milo panas."

Wah, Fauzi langsung waspada begitu mata Galih membelalak kaget.

"Setan udik berani nyuruh-nyuruh gua, hah?"

"Sekalian elah, Gaaaall. Gua lagi tanggung nih!"

"Push rank masih memble aja belagu, Ren.. Ren.. kurang baik apa gua sama lu coba? Milo lu pake tambahan gula, nggak?"

"Pake dong, Mamaaa!"

"Bodo! Ganteng model Andrew Garfield gini lu samain Tante Mitha! Diputusin Sissy baru mampus!"

Lantas Galih menarik tangan Fauzi, meminta ditemani ke area dapur, meninggalkan tawa asyik Reno bisa kembali menerbitkan waktu berkualitas bersama Sissy.

Anggaplah sekaligus menawar rasa lelah sembari mengawasi ketiga teman lainnya.

Sementara di dapur...

Ternyata Ghanin dan Nadia tampak terlibat dalam pembicaraan serius, duduk berdampingan di meja makan pukul 02.40 pagi ini.

Lekas Fauzi membekap mulut Galih, menyeretnya bersembunyi di balik lemari perabot kerajinan keramik.

"Sebenernya, aku udah dapet bantuan dari orang tua anak-anak sih. Visa mereka paling lambat keluar Senin depan, tiket perjalanan, akomodasi, lain-lain juga baru kelar diurus sama orang-orang suruhan kamu hari ini."

Suara Ghanin terdengar serak mendalam, menumbuhkan setitik iri bagi Fauzi. Kapan dirinya mampu dewasa secepat itu?

"Mas yakin semua bakal berhasil?"

"Yakin dong. Anak-anak udah latihan keras, kalo sampe pertunjukan nanti bisa membawa klien penting Hikaru setuju tanda tangan kontrak besar, jangankan Patty sama kamu, Irene dan anak-anak pasti selamat. Otomatis si pemilik okiya itu bakal cabut tuntutan buat kakakmu atas kasus penipuan trafficking ini."

Fauzi dan Galih saling mencubit pinggang, lengan, serta pipi masing-masing. Ingin berteriak, jelas tidak mungkin.

Mereka kira, Dohen berhasil ditahan karena keonaran di rumah Galih.

Di luar itu, pasal berlapis justru kini menjeratnya.

Entah harus senang atau prihatin, keduanya sulit berekspresi.

NAWASENA [Telah Terbit] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang