"GALIH! ARIF! TOLONG AKU! TOLONG BUKA PINTUNYA!"
***
My Future 💕
Jangan begadang ya zi
Aku tidur duluan ♡Tersenyum Fauzi menerima pesan balasan Berlian pukul 23.40, duduk ditemani William dan Harsya yang asyik push rank, sebelum Arif datang dan meminta semua orang pergi ke pulau kapuk.
"Lama bener Arif sama Galih. Beli kopi di Jonggol apa, ya?" Bisik Fauzi heran, lantas melangkah mendatangi Reno, tampak duduk serius menatap layar laptop yang menyala.
"Eh, Zi. Sini duduk." Reno bergeser ke kanan begitu Fauzi mengangguk kecil. "Udahan chat sama Berlian?"
"Iya, kasihan biar dia istirahat. Lo ngapain? Kerja?"
"Sebenernya, gua lagi ngetes aplikasi yang gua pasang tadi buat Galih. Cuma dari tadi nih titik fokus ijo samar melulu, bikin curiga aja."
Penasaran, Fauzi memajukan tubuh, mengikuti jari telunjuk Reno mengarah ke garis skala berbentuk segitiga, terdapat titik hijau di tengahnya.
"Emang ada arti tertentu kalo kayak gitu?"
"Ada sensor keberadaan orang selain Galih sama Arif, yang nggak terdaftar di data pribadi sini lewat sidik jari. Ini sebabnya, gue mau kita berenam punya pengamanan berlapis, supaya tahu kita pergi ke mana, sama siapa aja, kalo kenapa-napa bisa minta bantuan."
"Posesif parah lu, Ren. Jangan bilang lo pake itu buat Sissy juga?"
"Iyalah, lo kira gue tahu dari mana kalo dia sempet ketemu sama mantan ketua student council sekolah tiap kita latihan rame-rame?" Decih bangga Reno menguar, Fauzi terkekeh maklum.
"Terus, ketahuan dong Kak Irene pernah jalan bareng Bang Reyhan?"
"Heran gue, Zi. Kak Irene sering nonaktifin radar dari papa sama gue tiap Jumat malem. Curiga mereka teleponan."
Keduanya tertawa, memperhatikan pergerakan titik sensor tersebut benar mengarah ke utara, tepat di lokasi mereka saat ini menginap.
"Si Galih bawa cewek baru kali. Siapa namanya? Utari?"
"Mantan pacar itu mah, woy. Mana berani dia ngegebet mangsa lain? Mau digibeng Eli sama Sissy?"
"Hahahah! Lo emang suka bener, Ren!" Fauzi tergelak renyah. "Kira-kira siapa dong menurut lo?"
Terdiam Reno menyandarkan punggung ke sofa, menerka-nerka dari sekian banyak kejadian, hingga tabel di samping penayangan radar tampak menampilkan sebaris kode angka 4995.
Beranjak jemari Reno lekas menekan touch screen ponsel, menghubungi seorang staf Reno yang mengisi absen night shift hari ini.
"Halo, maaf ganggu. Bisa kamu cek data barcode yang saya terima dari pusat? Sudah saya kirimkan lewat WA."
"Sebentar, Pak Reno. Saya scanning dulu."
"Tolong secepetnya, ya."
Melihat tingkah Reno terburu-buru bicara dan belum menjawab pertanyaannya, membuat Fauzi sedikit memahami situasi kurang beres tengah tercium.
"Coba Bapak ketik password pintu ruang audio visual I di kantor, kemudian klik dua kali."
"Ada kejanggalan, nggak, sih?" Bisik Reno cemas. "Saya udah ketikin dua kali, masih nggak mau juga."
"Serius, Pak? Singkatan nama Bapak juga sudah diketikkan setelah nomor?"
"Yassalaaamm! Ngomong yang lengkap kek, Saipul! Ahelahh.. potong gaji, mau??" Sentak sang direktur program intelijen, Fauzi pun menepuk-nepuk punggungnya sabar.
![](https://img.wattpad.com/cover/229937944-288-k572273.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
NAWASENA [Telah Terbit] ✔️
Fanfic(Buku Ke-2 AKARSANA) (Telah dibukukan oleh Redaksi Athena) . . Arif, Galih, Fauzi, Reno, William, dan Harsya kembali mengemban misi menyelamatkan seorang penyanyi opera di sebuah kelompok pertunjukan ternama, dari sebuah organisasi perbudakan hibura...