37 - Fragile Petals

957 196 333
                                    

(Backsong) *La Luna - Selepas Kau Pergi* 🎶

-----*****-----

Galih's point of view


Kubagi tugas melipat kain selendang, stagen, serta perlengkapan make up usai latihan berlangsung selama empat jam.

Bayangkan, sepulang kantor kami belakan diri datang mengasah keterampilan baru hingga pukul sebelas malam. Apa nggak pengen makan mie ayam tiga mangkuk?

"Gal," Arif memanggilku pelan, supaya Reno, Harsya, dan William tidak terbangun dari acara tertidur di pojok ruangan.

"Apa?"

"Lo jadi dateng ke acara resepsi nikah Utari?"

Kotak bedak tabur tak jadi kuletakkan di samping botol toner, kutatap Arif nyaris tak percaya. Bahaya, sudah seminggu telinga ini jarang dibersihkan, mungkin Arif sedang membicarakan teman sekolah.

"Lu ngomongin siapa? Temen se-angkatan, adek, atau kakak kelas?"

"Lho, masa' lupa sama nama mantan pacar sendiri?"

"Sebentar. "

Kuhampiri Arif di depan pintu, menutup tirai tempat beberapa kostum dirapikan.

"Dari mana lo kenal Utari?"

Tersenyum Arif menepuk bahuku.

"Nggak usah kaget gitu. Mami lu udah cerita semua ke gue, tentang kalian yang pernah pacaran."

"Terus, ngapain lo nyebut nama dia? Apa urusannya sama gue kalo Utari mau nikah?"

Perasaanku seringkali memburuk setiap bayangan mengenai gadis ekspresif itu mampir, entah sekedar menyapa atau lebih, tidak pernah mau kutanggapi pula.

Untuk apa?

Manusia terlahir datang dan pergi, menyisakan kenangan berupa luka atau bahagia, bukan hak kita memilih.

Soal mantan kekasih, berlebihan jika kubahas ketika tahun ketujuh berhasil kulewati, tersembunyikan oleh ragam rencana angan tulus bersama Melati Gladista Renjana.

"Dia dateng pagi ini, jenguk nyokap lo sama Glad, sama kasih undangan pernikahan. Tante Lila sengaja pengen gue sampein ini ke elu, soalnya beliau nggak tega lihat lu selalu kecapekan tiap sampe rumah."

"Om sama tante lagi sibuk kerja, urus kebutuhan rumah, adek lu, belom lagi tetek bengek lain. Mungkin lu butuh temen berbagi, silakan, gue terima kok. Kayak lu nggak tahu gue gimana selama kita sobatan aja."

Pikirku, Fauzi cukup sibuk mengurus bimbingan semester akhir, sehingga sudah tiga hari ini bolos latihan. Kasihan, anak-anak pun sekarang sibuk saling memeluk sebagai pengganti guling.

Reno tepar dihajar meeting dua divisi, Harsya habis menyiapkan perlengkapan ospek yang wajib dipakai saat orientasi mahasiswa minggu depan, apalagi William. Sibuk jadi anggota panitia homecoming party, hobinya telepon teman-teman kampus menggunakan bahasa Inggris beraksen negeri kangguru.

Mana daku tega curahan hati ini membebani mereka?

"Kak Dian pergi, Rif?"

"Ada Mas Ghanin di rumah, jadi dia pulang duluan. Gue harap sih ada informasi baru soal keadaan Mbak Patty. Kasihan Kak Irene suka murung di kamar, cuma Reno sama Choco yang bisa bujuk dia buat mau makan."

NAWASENA [Telah Terbit] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang