2 - Reno

1.8K 361 65
                                    

"Ma, please.. udah jutaan kali Mama ngomong soal ini. Kenapa nggak Kak Irene aja coba? Reno masih banyak kerjaan, Ma. Habis ini ada training buat recruitment staff sambil makan siang, kemungkinan juga Reno paling nginep nih di kantor. Tolong ngertiin Reno sedikit dong, Ma."

"Iya, Reno tahu. Tapi nggak sekarang dulu, Mama sayang.."

"Oke, nanti malem Reno telepon lagi, ya. Mama jangan lupa makan. Assalamu'alaikum."

Usai membina cakap dengan ibunda di rumah, segera Reno mendaratkan ponsel ke atas sofa ruangan cukup keras. Hela napas gusar mengisi gundah gulana, seolah membangkitkan kekesalan yang semula telah terkubur rapat.

Gila, pikir Reno, sudah menjalin hubungan bersama Sissy hingga hampir lima tahun, namun tiada restu diberikan papa dan mama. Malah semakin gencar saja si bungsu ingin dijodohkan dengan calon pilihan mereka.

Alasannya, keluarga Sissy bukan berlatar belakang dari pengusaha, melainkan pejabat pemerintahan. Tentu Papa Reno ogah, jika sewaktu-waktu terseret kasus pidana korupsi, penyuapan, atau semacamnya, beliau enggan disorot. Bisa terancam nilai saham dan obligasi perusahaan.

Kacau. Lelaki itu butuh penyegaran ekstra.

Menyambar ponsel yang terlempar tak bersalah tadi, tangan Reno menarik pegangan rolling door kasar.

"Mbak, kalau ada yang cari saya, bilang aja saya lagi keluar cari angin. Tolong jangan ada yang ganggu dulu."

Sekretaris wanita berusia 34 tahun itu mengangguk takut. Biar pun sang atasan berusia sepuluh tahun lebih muda, aura amarah kali ini tak main-main.

Senggol sedikit, habislah potong gaji.

Tidak jauh Reno melangkah, hanya ke convenience store di lobby utara gedung, sekedar membeli sekaleng soda dingin dan makanan ringan.

Melihat deretan snack berupa keripik kentang dan biskuit, sudut bibir Reno sedikit terangkat ke atas, membayangkan Sissy pasti senang jika dibelikan juga. Hingga sekantung besar tortilla chips diambil, dimasukkan ke dalam keranjang belanja.

Tak ada salahnya mampir ke rumah Sissy sebentar setelah jam pulang kerja, bukan?

"Mas, rokoknya jatuh."

Seseorang menegur Reno di balik punggung, menyerahkan sekotak Clas Mild.

Buru-buru Reno meraba kantung celana belakang. Oh, kosong.. pantas.

"Terima kasih, Mas." Reno mengujar sopan, mengambil kotak rokok dari tangan si penemu.

"Sama-sama."

Aneh.

Penampilan necis tapi membawa sebungkus Yupi rasa stroberi ke kasir? Untung Reno tidak kelepasan tertawa.

Demi membunuh rasa bosan mengantri, Reno membuka group chat geng teman katering semasa sekolah dahulu.

Pocky Squad (6)

Arif
Kemaren sore fatal cong
Sepatu gua digigit tikus lagi

Galih
Makanya ji kalo laper tuh cari nasi

Fauzi
SEJAK KAPAN GUA JADI MICKEY?? -_-

Dek Acha
Beli sepatu bagus di mana sih?
Sepatu acha sobek juga
Masa' kudu beli sepatu ballet?

Wiliem Cong
Apaan sih cha
Sepatu boot aja sih sekalian

Arif
Emang lu mo nge-ballet di mana cha?

Dek Acha
Lah nggak tahu bang arip
Acha kan nggak bisa nari ballet
Emang cara nari ballet gimana sih?

Daripada tertular virus ngawur, Reno kembali mengantongi ponsel, meletakkan beberapa barang di atas meja kasir agar dapat dipindai.

"Totalnya 35.000, Mas."

Baru saja Reno membuka dompet, seseorang memberikan kartu debit di samping kiri.

"Bayar sekalian sama punya saya aja, Mbak."

Mbak kasir tersenyum menurut. Orang itu bersikap biasa. Sepasang mata Reno hampir meloncat keluar.

Apa-apaan ini?

"Bang, eh.. Pak, aduh.. ehm, Mas." Bingung Reno mau memanggil dengan sebutan apa. "Saya ada duit sendiri, ngapain dibayarin? Ntar saya ganti, ya. Saya ada uang pas kok."

Tiada respon bersahut, curigalah si mas direktur operasional program intelijen. Sampai transaksi selesai, Reno berani menggamit lengan orang itu keluar dari toko, menyeretnya ke pinggir lift.

"Tolong, siapa pun lo.. jangan sekali-sekali bikin gue emosi. Gue nggak butuh bantuan bayaran dari lo atas belanjaan pribadi gue."

Selembar uang 50.000 ditarik Reno dari dalam saku kemeja, ditunjukkan pada orang itu, diletakkan dalam genggaman tangan.

"Lo ambil semua, dan jangan coba-coba berlaku kayak gitu lagi."

Kedua kali dibuat tercengang. Uang di tangan si penerima kembali dimasukkan ke dalam saku kemeja Reno.

"Ini bukan masalah uang, Ren. Kamu bakal selalu butuh bantuan, apapun bentuknya, walau kamu merasa mampu... tapi pasti ada masa di mana semua hal kecil itu amat berharga dan nggak akan pernah kamu lepas."

Tegang tubuh Reno berdiri, menatap lamat-lamat sosok berwibawa yang menutur lembut nan tegas barusan.

"L-lo tahu nama gue?"

Mampus. Kenapa gue mendadak susah ngomong gini?

"Kalau saya nggak tahu, saya nggak mungkin jauh-jauh ke sini ketemu kamu." Tangannya menjulur ke depan, meminta untuk dijabat. "Kamu bisa panggil saya Mas Ghanin."

"Mas Ghanin ini.."

"Saya orang kepercayaan Nona Nadia Muliardi. Dan saya diminta beliau untuk bertemu kamu."

Kayak kenal sama tuh nama belakang. Aromanya ngeselin, bikin pengen ngejotos aja. Siapa, ya?

Ya Allah, hamba kok malah jadi amnesia sekarang?

"Nadia Muliardi itu..."

Alahh.. kebanyakan nanya lo, Ren!

"Kalau kamu kenal Tuan Dohen Muliardi, Nona Nadia adalah adiknya."

BAH. KAMPANG.

DIE LAGI??

"Tunggu!" Waspada Reno mundur perlahan, bersikap kuda-kuda. "Ada hubungan apa adek si buaya amazon sama lo ke sini ketemu gue?? Belom puas ngajak ribut?!"

Senyum meneduhkan bak mata air Gunung Salak menghipnotis tatapan nyalang Reno, mengendurkan syaraf begitu sosok bernama Ghanin menepuk bahu lawan bicaranya kuat.

"Ini bakal jauh banget dari dugaan kamu.. tapi maaf, saya nggak bisa banyak jelasin sekarang."

"Saya harap, kamu mau datang ke rumah rehabilitasi tempat Shafira dan Leon dirawat lima tahun lalu. Sabtu besok, jam sepuluh pagi."

Ghanin lantas pergi berlalu, menyisakan tanda tanya besar, melebarkan penasaran setinggi langit bagi Reno sendiri.

Kehidupan damai? Entahlah. Reno benar-benar lupa mengenai makna kedamaian jika kembali dihadapkan pada kondisi serupa, di saat dirinya masih menjadi remaja tanggung.

Tak mau membuang waktu, lelaki itu segera berlari keluar gedung, meminta petugas valet parking mengambil mobilnya agar bisa dikendarai ke mana saja.

Reno
Gengs
Jam maksi kumpul di kantin RS oji
Darurat militer

Galih
Widih ada apaan nih?
Traktir soto kudus jangan lupa ren 👍


***BERSAMBUNG***

NAWASENA [Telah Terbit] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang