"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam. Ya Allah, Ziziii.. anak Mama akhirnya pulang juga!"
Masih bercelemek, Mama Fauzi buru-buru mematikan kompor, meladeni cium tangan Fauzi yang ditemui di dapur. Lengkap sudah kebahagiaan Mama Fauzi. Suami pulang cepat, Fauzi ingat rumah setelah menginap tiga hari di tempat magang kerja. Walau setelah ini, harus rela dihajar tenggat waktu pengerjaan laporan tiga minggu lagi.
"Mama masak apa?"
"Ada pokoknya. Gih mandi, ganti baju. Eli mana?"
"Di ruang tamu, Ma."
"Ya udah, suruh dia mandi di kamar tamu. Pinjemin baju Mama aja, Zi."
"Siap, Ma."
Setiap rumah Keluarga Birawan didatangi calon menantu idaman, Mama Fauzi langsung bersemangat menyiapkan segala keperluan, sampai kalah telaten dibanding kekasih sendiri. Bahkan di rumah ini, Berlian benar dianggap perhiasan berharga tak tergantikan. Betapa riang benak Fauzi setiap mendapati hal itu terjadi.
Mampir ke ruang tamu, Berlian dikejutkan dengan cara Fauzi menarik tangannya menuju kamar tamu.
"Kita disuruh mandi dulu sama Mama. Handuk, baju ganti, sabun, lain-lain udah kusiapin di dalem lemari, kamu tinggal pake aja. Habis itu kita makan bareng, oke?"
"Terima kasih, Zi, keluargamu baik banget."
Berlian tersenyum manis, tak sadar bahwa Fauzi sedikit tersihir akan tindakan tersebut sehingga sebelum Berlian menekan kenop pintu, tangan Fauzi beralih menarik bahu si gadis, melarutkan dalam romantisme singkat melalui kecupan manis di bibir mereka.
"Nanti kalau udah halal, mandi bareng ya, sayang?"
Pipi Berlian memanas, memukul bahu Fauzi keras. "HEH! Belom lulus udah mesam-mesom aja!"
"Jangan kasar-kasar sih, Yang.. pengen banget dikasarin.." bibir Fauzi mengerucut manja.
"TANTEEE!! FAUZI MAU-HMMPPHH!"
Niat Berlian mengadu berhenti ketika Fauzi kembali menghentikan dengan caranya, memojokkan Berlian di balik pintu kamar, mengusapkan hasrat lebih lama meski menghapuskan pulas tipis lip gloss si gadis muda.
Namun yang terjadi bukanlah melonggarkan jalan napas, melainkan keduanya semakin erat memeluk satu sama lain, enggan berpisah.
"I miss you, El.."
"Me too." Kata Berlian lirih, menyisir anak rambut Fauzi ke belakang telinga. "Maaf, kita sama-sama sibuk sampe baru bisa kamu jemput pulang hari ini."
"No need to say sorry, darl. I'm more than happy when we're getting closer now. Like I won't lose you even just for a sec."
"So do I, Mr. Birawan."
Fauzi hendak mendekat lagi, kali ini ia sedikit agresif dengan membelai pinggang Berlian dari belakang, membuat suara lenguh singkat yang berhasil menaikkan adrenalin nafsunya. Berani membuka dua kancing kemeja teratas Berlian, menggapai rahang dan menggigit sedikit, suara bass terdengar interupsi.
"Nggak ada jatah makan malem kalau kamu bikin sampe berbekas."
Wahyu Birawan bersedekap memandang adegan muda mudi dimabuk asmara, sementara mama terkikik senang karena sebuah candid polaroid di tangan telah tercetak.
Warna air muka Berlian tak jauh berbeda dari kepiting rebus, segera menyambar handuk dan berlari masuk mengunci kamar mandi. Tinggallah Fauzi menatap horor sepasang orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAWASENA [Telah Terbit] ✔️
Fanfiction(Buku Ke-2 AKARSANA) (Telah dibukukan oleh Redaksi Athena) . . Arif, Galih, Fauzi, Reno, William, dan Harsya kembali mengemban misi menyelamatkan seorang penyanyi opera di sebuah kelompok pertunjukan ternama, dari sebuah organisasi perbudakan hibura...