Salah satu masa sulit kuliah adalah menjadi maba, banyak hal yang membingungkan dan terasa asing. Apalagi jika kuliahnya seorang diri, tidak ada teman seangkatan yang masuk di kampus yang sama.
Terlebih lagi jika kampusnya lumayan besar dengan jumlah maba segini banyaknya, rasanya sejak tadi aku hanya seperti orang linglung. Di suruh kesana ya kesana, kesini ya ikut aja. Mendadak nyaliku menciut berinteraksi dengan segini banyaknya orang yang belum aku kenal satupun. Saat-saat seperti ini aku sangat mengharap ada Dito di sini.
Ternyata aku belum semandiri yang ku kira. Aku memang sudah terbiasa jauh dari orang tua sejak kecil tapi kan interaksiku hanya sebatas dengan penghuni pesantren, keluar pun jarang paling hanya ke pasar atau toko itupun juga dengan teman sepesantren, jarang dan hampir gak pernah berinteraksi dengan orang luar.
Aku melirik jam tangan hitam yang melingkar di tangan kiriku, satu jam lagi kegiatan orientasi ini akan berakhir, rasanya lama sekali aku ingin segera pulang. Belum punya kenalan di lingkungan baru itu rasanya gak nyaman banget.
"Oke, untuk semuanya! Ini hari terakhir kita orientasi, terimakasih satu minggu ini karena telah mengikuti kegiatan dengan disiplin. Masih ada satu hari untuk mempersiapkan kuliah kalian yang sebenarnya. Kakak harap kalian bersungguh-sungguh menjalani hari-hari kedepannya karena jika kalian hari ini sudah duduk di sini berarti ada ribuan orang yang telah kalian singkirkan. Bisa di mengerti?"
Seluruh maba yang sudah sangat lelah kompak menjawab ketua BEM yang sedang memberikan sambutan. Ada banyak jenis mimik wajah di sini, ada yang masih semangat, ada yang sudah sangat lelah, ada yang sama sekali tidak peduli.
Acara selanjutnya ada acara yang aku sendiri gak tau apa tujuannya. Pemilihan kakak tingkat terbaik dan maba terbaik, mungkin untuk salam perkenalan dan menghilangkan kesan ospek yang menyeramkan yang jauh dari perploncoan.
Ada beberapa maba yang di panggil secara acak kedepan untuk menyampaikan siapa kakak tingkat terfavorit versi mereka. Untung saja bukan aku karena bisa saja pingsan aku kalau di suruh tampil di depan banyak orang seperti ini.
Dan tujuan beberapa maba cewek yang di panggil tadi adalah pada seorang kakak tingkat yang sejak awal memang menjadi bahan pembicaraan di kalangan maba, namanya Yoga. Dia memang terlihat menarik mungkin secara fisik, tidak banyak omong tapi tegas tatapannya tajam.
Kalau aku belum bisa bilang menarik karena bagiku cowok menarik itu harus punya tiga point, agamanya baik, attitudenya bagus, otaknya bisa bekerja alias pintar. Eh tambahin satu deh good looking. Tapi bagiku ketika sudah punya ketiga point pertama otomatis sudah menarik untuk dilihat.
Mau tau siapa pria yang selama ini menarik di mataku? Namanya Alfarizky.. yes! Abiku! Cinta pertamaku. Kalau yang kedua, ya adalah gak usah di sebutkan, orangnya juga gak ada di sini.
"Sean! Giliran yang di tunggun ini!" Ucap salah seorang temanku, baru saja aku kenalan namanya Marantika.
"Oh ya? Acara apa?"
"Maba favoritnya kakak tingkat!" Jelasnya dengan wajah antusias.
Fokusku kembali ke depan, sebenarnya rasanya sudah sangat lelah, ingin segera pulang.
Ada satu maba cantik yang sejak tadi mendapat penobatan maba terfavorit dari kakak tingkat, sebenarnya tujuan diadakan ini buat apa ya? Aku masih bingung, mereka menilai 'favorit' itu darimananya? Sedangkan kita baru aja kenal.
"Sean!!"
Tika memegang tanganku, dia dan beberapa maba di sampingku sudah pada berisik karena saat ini Yoga yang memegang mic, menyampaikan siapa maba yang menjadi favoritnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
6. Marry Your Daughter
RandomKetika hati telah tertaut tapi waktu belum mengizinkan hanya satu yang bisa di lakukan.. Mendekatkan diri pada Sang Pemilik Hati... Kisah seorang pemuda bernama Dito yang berusaha kuat membuang rasa untuk adik angkatnya karena merasa tak pantas. Dia...