Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya. (HR. Bukhari)
"Nah, anak-anakku semua yang Umi cintai, dari hadits tersebut, belajar alquran itu salah satu yang paling penting dalam hidup kita. Allah menunjukkan perintah-Nya dan Larangan-Nya dalam alquran. Sekarang karena ini kelas Tahfidz, Umi mau tanya. Lebih baik mencintai atau menghafal alquran lebih dulu?"
Dalam Kelas ngaji di asrama putri malam ini hanya terdengar kasak-kusuk dari santri, tidak ada yang secara jelas menjawab.
"Mencintai lebih dulu Umi!" Aku mencoba menjawab, sedangkan Umi Arni salah satu Ustadzah pengajar di pesantren ini tersenyum dan mulai menjelaskan.
"Betul jawaban Mbak Sean. Sebelum kita berniat menghafal Al-Qur’an, akan lebih baik terlebih dahulu kita menanamkan rasa cinta terhadap Al-Qur’an. Sebab, menghafal Al-Qur’an tanpa disertai rasa cinta tidak akan memberi faedah dan manfaat. Bahkan, mungkin jika kita memaksa menghafal Al-Qur’an tanpa menanamkan rasa cinta terlebih dahulu, justru akan memberi dampak negatif. Ketika kita sudah mencintai maka kita akan ada rasa memiliki, rasa ingin menjaga selalu. Nah ketika kita mencintai Al-Qur’an disertai menghafal, perlahan insyaallah akan tumbuh perilaku, akhlak, dan sifat mulia dalam diri kita, karena merasa memiliki maka dengan mudah kita akan menjadikan alquran sebagai pedoman perilaku kita."
"Insyaallah anak-anak Umi semua kelak akan menjadi para penghafal yang mencintai al quran, menjadikan alquran sebagai satu-satunya pedoman menjalani hidup. Umi pesan ya sama anak-anak semua, Alhamdulillah kita diberi kenikmatan sama Allah bisa menghafal alquran, ada yang baru mulai, ada yang baru dapat setengah, ada yang sudah khatam, semuanya tetap semangat ya. Pesan Umi jangan pernah berhenti murojaah ya! Jangan takut tidak lancar tapi takutlah kalau tidak nderes!"
Aku selalu suka saat ada kelas dengan Umi Arni, beliaunya lembut banget dan setiap nasehatnya selalu ngena di hati.
"Umi, bagaimana tanggapan Umi kalau ada seorang hafidz atau hafidzah tapi pacaran?"
Umi Arni kembali tersenyum mendengar pertanyaan dari Isna salah satu santri pengurus di komplek putri.
Saat ini aku sedang berusaha tidak suudzon padanya, selama ini aku tidak menutup mata dengan sikap tidak sukanya padaku. Kebetulan dia juga tercatat sebagai salah satu mahasiswi di kampusku dan Mas Yoga. Aku yakin dia sudah tahu gosip itu. Tapi sayangnya dia tidak tahu bahwa Gus kesayangannya itu cuma pura-pura jadi pacarku.
Aku hanya bisa menghela nafas pasrah. Sudah bosan menghadapi yang seperti ini, tapi salahku juga sih terlalu ceroboh ikut rencana konyol Mas Yoga.
"Hanya ada dua Kemungkinan.." Umi Arni menggantung jawabannya, beliau tersenyum dulu sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh santri di kelas ini. Seolah mengingatkan para santri bahwa hal ini adalah sangat serius.
"kemungkinan pertama, dia akan menjauhi pacarnya karena berkah hafalan alquranya, atau yang kedua dia akan kehilangan hafalannya karena perbuatannya itu! Naudzubillah ya anak-anak untuk yang kedua. Umi harap kita semua bisa terus menjaga diri."
Dan benar seperti dugaanku, Isna tersenyum miring sambil melirik ku. Tapi sama sekali aku gak peduli, aku malah lebih fokus ke penjelasan Umi Arni.
Ya Allah ampun hamba dan jauhkan hamba dari perbuatan yang bisa menghilangkan hafalan hamba.
Aku segera meninggalkan kelas begitu Umi Arni keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
6. Marry Your Daughter
AcakKetika hati telah tertaut tapi waktu belum mengizinkan hanya satu yang bisa di lakukan.. Mendekatkan diri pada Sang Pemilik Hati... Kisah seorang pemuda bernama Dito yang berusaha kuat membuang rasa untuk adik angkatnya karena merasa tak pantas. Dia...