💕MYD #13

4.3K 672 51
                                    

"Kamu gak ikut jemput Simbah?"

"Enggak Bund, Sean nunggu di rumah aja nyiapin keperluan Simbah."

"Ya sudah, biar dibantu sama Alea!"

Aku membuatkan mata, Di bantu sama Alea? Bonus Rey juga? Oh tidak!! Terimakasih.

"Haha, kenapa ekspresinya gitu, Kak? Seneng dong ada yang bantuin!"

Tanganku reflek mendorong lengan Alfa, tapi karena postur tubuhku kalah sama dia jelas tidak begitu berpengaruh, kecuali aku menggunakan kekuatan super.

Setelah dua hari dirawat, Alhamdulillah sabtu sore ini Simbah Malik sudah lebih sehat dan diperbolehkan pulang. Rencananya bunda sama Alfa akan ke rumah sakit ikut membantu menyiapkaan kepulangan Simbah, karena tinggal Dito yang ada di sana.

Aku masih dalam mode silent dengan Dito, aku akan ke rumah sakit ketika Dito kuliah dan sebelum dia pulang aku pasti sudah kabur pulang duluan.

Maklum, anak Simbah Malik cuma dua, ibunya Dito dan Bude Ratna. Budenya Dito itu adalah seorang anggota DPRD, suaminya juga pejabat makanya sangat sibuk dan jarang bisa ke rumah Simbah. Dua sepupu Dito juga tidak tinggal di sini, keduanya kuliah di luar negeri. Sedangkan orangtua Dito sendiri sudah tidak ada, jadilah hanya Dito yang pokok mengurus Simbah.

Kasihan sebenarnya melihat simbah, di saat begini tapi kurang perhatian anak. Dito juga kasihan sih, ditengah kesibukannya masih harus mengurus Simbah, di umurnya yang masih muda seperti ini dia Sudah menjadi pokok keluarga. Makanya dengan senang hati bunda dan abi selalu membantu sebisanya. Bahkan sejak awal sudah menganggap seperti orang tua sendiri.

Gak heran juga sih kalau Dito sangat mengidolakan abiku, sayangnya gak berlaku untukku.

"DORRRR!!!!"

"Astaghfirullah.. Kalian ngapain sih?"

Aku masih menetralkan degup jantung karena kaget dengan teriakan dua bocah di depanku ini.
Keduanya sama-sama tertawa melihat aku yang udah mengeluarkan kata-kata mutiara.

"Jadi kerumah Simbah enggak Kak?"

Seketika aku terduduk lemas membayangkan berada satu ruangan dengan dua bocah ini dalam waktu lama.

"Kok malah duduk sih Kak,  ayo!!"

Aku hanya pasrah ketika Alea dan Rey menarik kedua tanganku. Setelah memastikan jalan kiri kanan sepi, aku menuntun dua bocil ini menyeberang ke rumah Dito. Padahal ini jalan komplek selalu sepi bukan jalan raya, ngapain juga aku pakai pegang erat tangan mereka?

Begitu sampai dirumah Dito aku lihat Simbah putri masih sholat dan Bik Darsih yang biasa bantuin di sini sedang asyik di dapur. Sedangkan dua bocil tadi sudah berlari ke halaman belakang, menggunakan segala macam barang yang ada di sana untuk main.

"Sean bantuin Bik!"

"Gak usah Mbak terimakasih, ini juga bibik cuma tinggal manasin aja."

"Bukan bibik yang masak ini semua?"

Bik Darsih mematikan kompor lalu ikut duduk bersamaku. Beliau tersenyum dan bercerita dengan semangat.

"Tadi Mas Dito pulang sebentar ngambil berkas apa gitu, ada temannya juga Mbak. Dan ini semua makananya yang bawain temennya itu."

"siapa Bik?"

"Bibik gak sempat nanya, tapi cantik banget lho Mbak."

Cantik??

"Perempuan berarti Bik?"

"Haha, ya iya Mbak,  masa laki-laki cantik. Tapi kesininya gak barengan sih. Mbaknya itu datang setelah Mas Dito udah di rumah. Kalau bibik gak salah dengar, Mas Dito manggilnya 'Vi' gitu!"

6. Marry Your DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang