💕 MYD #33

4.8K 681 100
                                    

_Anandito_

"Innalillahi wainnailaihiroji'uun!"

Aku hanya bisa menatap sendu, melepas kepergian kesayanganku Sekaligus merasa bersalah karena selama ini aku sibuk dengan urusanku sendiri dan belum sempat mencurahkan segala kasih sayangku.

Ikan koi ku yang malang!!

"Boleh digoreng gak itu ikannya Mas?"

"Jangan dong Bik, mau Dito kubur ini."

Bik Darsih malah tertawa melihat aku yang sedang bersedih hati.

Aku masih menatap 2 ikan kesayanganku yang mati, minggu kemarin kebetulan adalah minggu ke 6 kurikulum kuliahku, dan sesuai jadwal setiap minggu 6 diadakan ujian blok. Dan sudah pasti aku sibuk banget, baru hari ini dapat libur 3 hari sebelum berjuang di blok selanjutnya.

Niat hati mau memanjakan mereka, eh malah sudah pada mati, mau aku lakukan resusitasi jantung nanti aku dikira gak waras, padahal karena aku sayang banget sama mereka.

Menyesal banget ini karena sibuk kuliah sampai gak sempat merawat mereka, padahal mereka sudah aku rawat seperti anak sendiri.

Aku membawa kedua ikanku ke taman depan lalu aku kuburkan mereka, terus aku kasih bunga diatas gundukan tanahnya. Istirahat yang tenang ya ikan-ikanku.

Semoga gak ada yang lihat kelakuanku, nanti disangkanya aku udah beneran gila.

Perhatianku teralih ketika mendengar gelak tawa yang lumayan keras dari seberang rumah. Aku melihat pemandangan depan rumah dari sela-sela pagar.

Sudut bibirku ikut terangkat ketika melihat Sean tertawa lepas. Aku mengamatinya yang sedang asyik bercanda dengan Delta dan dua temannya. Mereka kesini dalam rangka apa?

Tidak lama kemudian ketiganya meninggalkan rumah abi dan tinggal Sean sendiri di depan rumah. Ekspresinya sangat kontras dengan sebelumnya, saat ini wajahnya terlihat murung.

Ingin rasanya aku segera menghampirinya tapi kayaknya suasana rumah sana sedang tidak kondusif. Mungkin masih masalah demo kemarin, kalau gitu biar Sean sendiri yang selesaikan, aku sudah melakukan bagianku, aku akan menemuinya disaat dia membutuhkan.

Sepanjang siang sampai sore itu aku lebih banyak melakukan aktifitas di depan rumah, entah baca atau makan, niatku agar bisa melihat kondisi depan rumah, siapa tahu ada suara pecahan kaca atau apa gitu gara-gara abi marah besar.

Haha gak mungkin lah, Dit! Semarah-marahnya abi gak mungkin sampai banting-banting barang, bentak aja gak pernah. gaya marah abi itu hanya dengan memperlihatkan sorot matanya yang tajam, ekspresi mengintimidasi dan pertanyaan yang bertubi-tubi tapi anehnya malah terasa lebih menyeramkan, dan beneran membuat tak berkutik.

Sehabis sholat ashar aku menyiapkan makan dan obat untuk Simbah Malik yang sedang tidak enak badan, dan ketika aku berjalan ke depan, aku melihat Sean naik sepeda keluar halaman, melihat ekspresi murung dan pandangan matanya yang kosong sepertinya urusannya dengan abi belum selesai.

Aku memutuskan untuk mengeluarkan sepedaku juga dan mengikutinya. Aku sengaja menjaga jarak darinya untuk memberi waktu untuknya merenung tapi kok khawatir juga dia merenungnya sambil naik sepeda gitu. Beruntung dia membelokan sepedanya masuk ke lapangan komplek.

Sean turun dan duduk di pinggir lapangan, pandangannya lurus ke arah anak-anak yang sedang main bola tapi aku yakin pikirannya tidak disini. Aku turun, membeli minum dan menghampirinya.

"Minum dulu!"

Sesuai dugaanku dia sedang melamun buktinya kaget banget ketika aku kasih minum

"Ngapain kamu di sini, melamun sendirian?"

6. Marry Your DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang