💕MYD #14

4K 659 23
                                    

"Alhamdulillah.."

Aku meluruskan kaki setelah selesai merapikan baju-bajumu dan membereskan kamar. Setelah beberapa saat di rumah aku memutuskan untuk balik Jogja, sayang juga kalau ninggalin ngaji lama-lama. Kalau dirumah bawaannya males, pengen rebahan aja.

Rencana awal sih aku mau di rumah lebih lama dan balik Jogja jika sudah mepet masuk kuliah, banyak hal yang sudah direncanakan, mau ngelancarin nyetir mobil, mau renovasi kamar, mau puasin main sama adik-adik, mau manja sama bunda, mau belajar masak sama Tante Ralin.

Dan alhamdulillah gak ada yang terlaksana, gara-gara aku kurang kerjaan terlalu sibuk memikirkan perasaan Dito padaku.

Ngomongin Dito, aku jadi inget mau ngembaliin jam tangan keramat miliknya. Aku rasa aku gak bisa lagi di titipin itu, Alhamdulillah aku sudah lebih baik, malu sebenernya mengingat kejadian sore itu tapi ada perasaan lega juga.  Akhirnya aku sadar bahwa memang Dito hanya sebatas kakak untukku.

Perhatiannya dan sikapnya selama ini aku yang salah mengartikan, aku yang terlalu berharap tinggi makanya disaat kenyataan tak sesuai harapan aku terlalu kecewa. Aku sudah menerima kenyataan ini, tapi kasih aku waktu untuk bisa menyembuhkan hatiku.

"Kakak tolongin ini, pakai jilbabnya mau kaya Kakak!"

Alea masuk ke kamarku membawa jilbab model pashmina milik bunda.

"Pakai jilbab kamu seperti biasanya aja Ale, enak kan tinggal pakai!"

"Kata bunda boleh kok, tapi minta tolong Kakak soalnya bunda lagi sibuk!"

Akhirnya aku yang mengalah, Alea anaknya kerasa kepala kalau udah pengen gini ya pasti kekeh.

"Baju kamu warnanya kuning Ale, kenapa pakai jilbab merah sekalian aja celananya hijau biar kaya lampu lalu lintas?"

"Gak apa-apa Kak, biar berwarna gak kaya kakak jilbabnya warna gelaaaaap terus!"

Astaghfirullah, adiknya siapa sih ini? Berani banget ngatain kakaknya!

Walaupun sambil senam mulut tanganku dengan terampil memakaikan jilbabnya Alea.

"Dah, cantik!"

"Terimakasih! Kakak gak ikut?"

"Enggak, kakak di rumah aja!"

Alea langsung berlari keluar, anak itu selalu antusias jika diajak ke acara nikahan. Abi dan bunda akan pergi kondangan bersama keluarga besar ahmad ke daerah Salatiga.

Aku mendengar sedikit ribut-ribut di bawah, bunda biasanya emang gitu kalau ada acara suka heboh sendiri persiapanya.

Aku turun ketika sudah pada berangkat, sepi banget. Ya jelas sepi, semua ikut berangkat termasuk Alfa dan Dito. Sekarang tau kan kenapa aku memutuskan tidak ikut?

Sejak tragedi pengakuan cintaku waktu itu, belum bisa dibilang hubungan ku dan Dito membaik, sebenarnya Dito sudah bersikap seperti biasa bahkan seperti tidak pernah terjadi apa-apa, Benar-benar ya perasaanku cuma dianggap angin lalu sama dia!

Udah Sean! Salah kamu itu, gak usah salahin orang lain. Sekarang fokus saja pada kuliah dan ngajiku. Soal jodoh serahkan pada Allah saja.

Iya baiklah! Walaupun lumayan berat tapi pasti akan aku coba.

Aku berjalan ke seluruh rumah, mencari sesuatu yang sekiranya bisa aku pakai untuk mempercepat waktu kosong ini. Aku ke dapur dan menemukan Mak Kani yang sedang asyik cuci piring sambil dangdutan, pengen ikut tapi lagi mager.

Akhirnya aku keluar dan melihat Pak Toro yang masih sibuk menyiram tanaman. Tiba-tiba aku mendapatkan ide cemerlang.

"Pak Torooo..!"

6. Marry Your DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang