💕MYD #6

4.7K 690 44
                                    

Siang ini keluarga bani Ahmad berkumpul di rumah Simbah Malik. Alhamdulillah acara berjalan lancar sejak pagi tadi. Beberapa sudah pamit pulang karena ada urusan. Dan sebagian masih banyak yang di sini termasuk keluarga Om Nazril.

"kamu ngapain sih Dit sejak tadi mondar-mandir?" Tanya abi.

Aku juga penasaran dengannya, sejak tadi keluar masuk seperti sedang menunggu orang.

"Nunggu teman Bi, mau datang tapi kok belum sampai!"

Oh! Menunggu temannya.

Aku mencoba tidak ingin penasaran siapa yang sedang dia tunggu, tapi ya susah. Beberapa saat kemudian Dito terlihat menerima telepon dan setelahnya langsung berlari keluar rumah.

"Kalau penasaran itu di tanya! Jangan cuma perang batin!"

Aku menoleh dan ternyata Om Nazril yang berbicara, pantes nusuk banget omongannya.

"Siapa juga yang penasaran sama temannya Dito!"

Om Nazril malah tertawa puas sekali membuat yang di sini menoleh ke arah kami. Apa aku salah ngomong?

"Kamu mirip deh sama mamanya Rey! Kalau ada apa-apa sukanya perang batin sendiri! Gini ya Sean, gak semua yang kita lihat itu sesuai apa yang kita pikirkan. Maka dari itu ada perintah tabayun!"

"Begitu kah?"

"Ealah.. Malah ngeledek Omnya yang ganteng ini!" 

"Haha biasa aja Om, iya.. Iya. Makasih wejangannya Om!"

Om Nazril berlalu mencari belahan jiwanya dan aku lebih memilih menghabiskan makanku.

Dito masuk bersama seorang wanita, manis banget menurutku. Siapa dia? Teman kuliahnya Dito?

Eh ternyata berdua tamunya, di belakang wanita itu ada seorang lelaki yang mirip sama si wanita. Kakaknya mungkin.

"Mbah, kenalin. Ini Mbak Mutia dan ini suaminya Mas Satria!"

Aku menajamkan telinga ketika Dito mengenalkan temannya pada Simbah dan yang lain. Suami istri ternyata, aku kira kakak adik.

Dito terlihat antusias mengenalkan temannya pada keluarga di sini. Aku suka nyesek sendiri ketika melihat Dito berinteraksi dengan orang lain, dia akan menjadi Dito yang super ramah dan asyik tapi akan jauh berbeda ketika denganku. Dia akan berubah menjadi pria yang cenderung dingin dan pendiam, mirip abi pokoknya.

"Nah kalau yang ini namanya Sean, Mbak!"

"Hai!" Sapa Mbak yang tadi dengan senyum manisnya.

Aku hanya mengangguk lalu saling memperkenalkan diri. Beberapa saat mereka duduk bersamaku dan sedikit basa-basi tapi aku lebih memilih menjadi pendengar.

"Sean kuliah di Jogja Mbak!" Ucap Dito sambil mencomot kerupuk yang ada di piringku.

"Oh jadi ini yang--"

"Eh, Mbak Mutia sama Mas Satria ke ruang tamu Yuk! Biar lebih enak ngobrolnya." Dito memotong ucapan Mbak Mutia dan mengajak mereka berdua ke ruang tamu.

Walaupun penasaran dengan ucapan Mbak Mutia tadi aku mencoba tidak peduli, beberapa saat kemudian setelah mengambilkan minum untuk tamunya Dito kembali menghampiriku. Semua keluarga yang masih di sini menemani tamu Dito mengobrol.

"Udah makannya?" Tanyanya.

"Udah, kamu mau makan? Mau aku ambilin Dit?"

"Nanti aja, bareng sama tamuku."

"Oh. Ya udah!"

Aku membawa piring kotorku ke dapur sambil terus beristighfar.  Kenapa sih? Apa yang salah dengan hatiku, kenapa tiba-tiba jadi semakin sesak aja.

6. Marry Your DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang