💕MYD #28

4.2K 667 59
                                    

_Anandito_

Mata...

organ sensorik utama yang bereaksi dengan cahaya dan memberi informasi visual ke otak, sehingga otak bisa menyimpulkan tentang keindahan dan lainnya.

Lain halnya bagiku, mata adalah kelemahanku. Bukan setiap mata yang memandangku, tapi hanya sepasang mata. Sepasang mata yang sudah menjadi favoritku sejak kecil. Sepasang Mata indah yang selalu menjadi sumber kebahagiaanku. Sepasang Mata teduh yang selalu bisa menghapus setiap kesedihanku, sekaligus juga sepasang mata tajam yang bisa mengunciku dalam tatapannya.

Sepasang mata itu yang tidak pernah memandangku rendah, sepasang mata itu yang selalu bisa meyakinkanku bahwa aku bisa melewati semua kesulitanku. Sepasang mata itu yang selalu memberi kekuatan bagiku untuk melewati semua ujian hidup hingga detik ini.

Dari mata turun ke hati...

Ya, aku setuju. Karena jika sepasang mata itu memancarkan kebahagiaan, tanpa di minta hatiku akan ikut bahagia dan jika mata itu berair karena sedih, maka dengan otomatis pula hatiku ikut bersedih.

Salah satu keinginan terbesar dalam hidupku adalah memiliki sepasang mata itu beserta dengan pemiliknya. Menatap sepasang mata itu sebelum aku terpejam menutup hari dan kembali menatapnya ketika aku membuka mata mengawali hariku.

Tapi... Apakah mungkin?

Rasanya.. Sepasang mata itu terlalu indah untuk aku miliki...

Aku takut tidak mampu menjaga keindahan mata itu dan malah membuatnya bersedih...

Cukup seperti ini, cukup dengan aku memandangnya dari persembunyianku..

Cukup dengan aku mengaguminya dalam doaku..

Bahkan, aku terlalu malu memohon pada Tuhan agar mempunyai hak sepenuhnya atas pemilik mata indah itu..

Saat ini Sepasang mata indah itu sedang bersedih ditambah suara isakan yang begitu menyayat hatiku.

"Maaf Dit.. Maaf."

Sekuat tenaga aku tahan agar tubuhku tidak bergerak, karena jika aku sudah menatap sepasang mata itu maka aku akan kalah, kelemahanku ada di sana.

Sepasang mata favoritku sedang bersedih dan itu karena aku. Biarlah seperti ini, biar aku terlihat jahat di depannya, karena aku memang tidak baik untuknya.

"Marahi aku Dit daripada kamu diam saja!! Aku lebih suka kamu marah, banyak omong daripada kamu diamkan aku seperti ini!"

Satu menit.. Dua menit berlalu dan aku masih berusaha keras menahan untuk tidak menatapnya.

"Maaf Dit!! Aku minta maaf...hiks.. Hiks."

Entah sudah berapa kali dia minta maaf tapi aku tetap pada pendirian. Bukan tentang kesalahannya hari ini yang cukup parah, aku memang sedikit kecewa padanya, tapi bukan hal sulit bagiku untuk memaafkannya.

Aku sudah di Jogja sejak semalam Mas Yoga menghubungiku. Pulang kuliah aku langsung pamit sama abi dan bunda, aku tahu hari ini perkuliahan bakal libur karena teman-teman kampusku juga turun untuk demo.

Mas Yoga sudah meyakinkanku bahwa Sean tidak akan bisa ikut demo. Tapi aku tetap ingin memastikannya sendiri. Aku harus memastikan anak yang abi dan bunda sayangi itu baik-baik saja.  Mereka adalah keluargaku yang paling berharga.

Bruuuk..

Aku langsung berdiri dan berbalik, Astaghfirullah...

Aku melompati papan yang tadi aku duduki dan langsung mendekati Sean yang sudah tidak sadarkan diri.

6. Marry Your DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang