"Kamu makan dulu ya Dek!"
"Nggih Tante!"
Aku iyain aja, enggak enak soalnya. Tante Ulfa selalu cerewet kalau aku telat makan. Padahal tadi sore aku sudah makan lumayan banyak, efek ngobrol sama Delta dan Mas Satria.Aku ikut menyusun barang-barang bawaan Tante Ulfa di mobil. Malam ini beliau dan Om Rizki mau ke Semarang, berkunjung ke pesantren Al-Anwar di sana sedang ada acara. Sebenarnya pengen ikut sih, tapi baru aja kembali kesini masa mau ke Semarang lagi, mana cukup waktu buat lupain Dito? Keburu ketemu lagi sebelum lupa.
"Hati-hati Tante, salam buat keluarga Semarang ya!"
"Insyaallah ya!" Jawab beliau sebelum masuk mobil.
Setelah mobilnya menjauh aku masuk bersama Tiara, salah satu santri sini yang lumayan akrab denganku. Langkah kami terhenti karena Mas Yoga memanggil.
"Sean, kita perlu bicara!"
Aku menatap Mas Yoga dari atas sampai bawah. "Kamu kenapa Mas? Tumben serius gitu?"
Agak ragu sih lihat dia dengan tampang serius, biasanya juga bobrok banget kalau di rumah, kecuali di kampus ya!
Aku menarik Tiara untuk ikut aku.
"Sean, masa aku suruh nungguin kalian ngobrol? Gak enak aku sama Gus Yoga!"
"Mending kamu apa setan yang ikut kami ngobrol?"
Gadis asli Kalimantan itu akhirnya tertawa sambil mencubit lenganku. "Memang paling bisa ya kamu bikin orang nurut!"
Akhirnya Tiara ikut denganku, agar tidak bosan aku pinjam dia hpku untuk main game atau apalah terserah, memang dasar santri yang gak pernah pegang hp, wajahnya langsung sumringah waktu bisa main hpku.
"Kebetulan sih Mas, aku juga pengan ngomong!"
"Aku dulu apa kamu dulu nih?" Tanya Mas Yoga.
"Aku lah!" Jawab ku mantap.
"Hahha, iya! Gak usah sambil ngegas gitu!"
Aku berdiri dan mulai mondar-mandir di depan Mas Yoga juga Tiara yang asyik main hp.
"Kayaknya rencana Mas Yoga harus di hentikan deh! Aku udah mulai bosen Mas ngadepin fans-fans kamu itu! Mudhorotnya banyak Mas. Lagian kamu udah dapat jadwal maju sidang kan?"
Mas Yoga sedikit kaget dengan ucapannku. "bertolak belakang sih sama yang pengen aku sampaikan."
"memang Mas Yoga pengan ngomong apa?"
"Tadi sore kamu makan sama siapa?" Dia malah balik tanya.
Aku menghentikan langkah. "Maksud Mas Yoga?"
"Ya aku tanya tadi pulang kuliah kamu pergi makan sama siapa?"
"Sama teman, kok Mas Yoga tahu?"
Mas Yoga menarik nafas ya lalu berdiri membelakangiku sambil melihat halaman pesantren yang di tumbuhi tanaman hijau.
"Kamu jangan sembarangan pergi sama orang, di sini kamu gak banyak kenalan. Kalau pengen makan di luar atau jalan bilang sama aku."
Aku mengerutkan kening, kenapa Mas Yoga jadi tiba-tiba peduli dengan urusanku begini sekarang?
"Aku kenal baik kok sama temanku itu, keluarga Semarang juga udah kenal. Kenapa tiba-tiba jadi kepo gitu Mas?"
"khawatir Kali sama kamu, masa pacarnya jalan sama cowok lain gak khawatir." Ucapnya penuh dengan ejekan, dia pergi sambil tertawa receh sekali.
Jadi ini rencanaku untuk 'putus' dari dia gak terlaksana? Nasib oh nasib.
"Ra! Ayo udah selesai!"
![](https://img.wattpad.com/cover/234293353-288-k237409.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
6. Marry Your Daughter
RandomKetika hati telah tertaut tapi waktu belum mengizinkan hanya satu yang bisa di lakukan.. Mendekatkan diri pada Sang Pemilik Hati... Kisah seorang pemuda bernama Dito yang berusaha kuat membuang rasa untuk adik angkatnya karena merasa tak pantas. Dia...