_Anandito _
Bunda Syifa
Sean udah perjalanan pulang, Dit!Aku meletakkan hp ke meja lagi sambil menimbang harus pergi sekarang atau nanti. Sudah 3tahun berlalu, apa Sean masih tidak mau bertemu denganku?
Baru beberapa menit bunda kirim pesan, sudah terdengar mobil masuk ke halaman rumah. Aku mengintip dan ternyata benar, mobil Sean.
Aku bergegas membawa gelas kopiku ke dapur, sekarang juga aku putuskan untuk bertemu dengannya setelah sekian lama hanya bisa menatapnya dari kejauhan.
Dari pintu dapur aku masih bisa melihat ke arah ruang tamu. Sean masuk dengan penampilan yang sedikit berantakan. Tanpa aku sadari kedua sudut bibirku terangkat, Sean belum berubah.
Dia berjalan tanpa alas kaki, rok batiknya diangkat tinggi, untung saja dia masih punya akhlak untuk selalu memakai celana panjang.
Dan Sean tetaplah Sean, orang yang ketika sedang lelah bisa langsung tidur di mana saja, bahkan pernah bonceng motor pun bisa tertidur.
Aku masih menunggu Sean yang sepertinya terlelap, biarlah aku melihatnya sebentar dari jarak dekat untuk mengobati rasa rindu. Nanti aku akan pulang ketika dia sudah di kamarnya.
Tapi aku sedikit kelabakan ketika Sean tiba-tiba bangun dan berjalan mengarah ke dapur. Aku langsung gugup sendiri, aku berpura-pura membuat minuman saja.
Bunyi langkah kaki Sean semakin terdengar dekat seirama dengan degup jantung ku yang sudah berpacu lebih cepat.
Masa bodoh, aku masukin garam kedalam kopiku karena yang saat ini di depanku adalah bumbu dapur sedangkan gula dan lainnya ada di meja, yang penting aktingku natural. Berdoa saja aku tidak lupa meminumnya.
Dari pantulan pintu kulkas, aku bisa melihat Sean terpaku melihatku. Aku masih bertahan untuk tidak berbalik, kasih kesempatan dia kalau mau pergi. Tapi nyatanya dia tidak bergerak dari tempatnya.
Aku nanti kalau berbalik harus ngapain?
Say hello?
Minta maaf?
Atau....
Bilang rindu?
Yang terakhir jelas tidak mungkin, bisa-bisa langsung dilempar dengan sepatunya yang runcing itu.
Tanpa dikomando badanku berbalik dengan sendirinya, dan ketika aku menatap tepat di mata itu rasanya aku ikut hanyut dalam keindahanya.
Masyaallah..
Mata itu tetap yang terindah..
"Maaf Sei, aku kesini saat ada kamu. Aku kira kamu belum mau pulang."
Dan dari ribuan kata yang sudah aku pendam selama 3 tahun hanya kalimat itu yang terucap. Aku langsung pulang tanpa menunggu jawaban Sean. Aku khawatir dia belum bisa menerima kehadiranku lagi.
"kenapa, Dit?"
Aku hanya menampilkan deretan gigi ketika Mas Ryan bertanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
6. Marry Your Daughter
DiversosKetika hati telah tertaut tapi waktu belum mengizinkan hanya satu yang bisa di lakukan.. Mendekatkan diri pada Sang Pemilik Hati... Kisah seorang pemuda bernama Dito yang berusaha kuat membuang rasa untuk adik angkatnya karena merasa tak pantas. Dia...