"Pesen apa Nida?" Tanya Delta padaku.
Aku menggeser menu pada Tiara, menyuruh dia untuk memilih lebih dulu karena aku sedang sibuk membalas pesan dari Mas Yoga yang katanya akan menyusul. Saat ini aku dan Tiara lagi-lagi sedang ikut jalan bareng dengan Delta, Juan dan Riani. Entah sejak kapan tepatnya kita mulai sering jalan bareng kalau sedang libur.
Hampir setiap weekend kalau aku sedang luang, aku menerima ajakan jalan mereka. Kadang sama Tiara kadang juga cuma sendiri tergantung kesempatan. Dua minggu yang lalu, aku dan Tiara ikut mereka jalan ke Pantai, seneng ternyata bisa jalan-jalan bareng teman, cuma satu hal yang bikin agak canggung, Mas Yoga juga sering ikut.
Apalagi sekarang dia sudah lebih bebas, bulan lalu dia sudah maju pendadaran, alhamdulillah lulus dan tinggal menunggu wisuda. Tentu saja aku ikut bahagia karena dia lulus dengan nilai baik, tapi satu hal yang lebih membahagiakan adalah aku akan segera bebas dari status palsu itu. Gak sabar banget nunggu dia lulus.
Waktu 6 bulan ternyata singkat saat kita menjalaninya dengan hal-hal positif, enggak terasa sebentar lagi aku semester 5 dan itu artinya sebentar lagi aku harus lebih rajin lagi. Aku juga sangat berterimkasih pada Delta yang sudah mengajarkanku banyak hal. Dia yang perlahan bisa membuatku lebih menikmati hidup bersosial. Delta juga yang membuat aku sudah lumayan lancar naik mobil di jalan raya, dia sering menyuruhku menyetir walaupun Juan dan Riani sering protes, tapi alhamdulillah saat ini sudah lancar.
Satu hal lagi yang entah harus aku syukuri atau sesali, tapi aku lebih memilih mensyukurinya. Selama 6 bulan ini aku sibuk dan fokus pada hal lain sehingga membuatku sedikit teralihkan dari Dito. Satu semester ini aku baru pulang dua kali ke Semarang, yang pertama tidak bertemu Dito karena dia juga sibuk kuliah, yang kedua baru aku bertemu dengannya. Dia pun sama, tidak pernah ke Jogja lagi,menghubungiku pun jarang-jarang. Mungkin kuliahnya padat banget.
Aku enggak tahu persis bagaimana perasaanku saat ini, tapi yang jelas tidak semenyedihkan dulu, aku cenderung lebih santai saat bertemu atau teleponan dengan dia, intinya ikuti alur saja seperti air mengalir. Benar kata Delta, bahagia itu bukan paksaan, kita sendiri yang menentukan dan bahagia itu tidak harus dengan pasangan. Aku pernah memaksa target bahagiaku adalah bisa bersama Dito dan hasilnya aku sering nangis dan sekarang, alhamdulillah aku bisa lebih loooss tapi gak dol.
"Kalian ini sebenarnya punya hubungan apa sih?" Juan menyuarakan rasa penasarannya ketika melihat aku dan Delta.
"TTM.. Teman terus menikah." Jawab Delta dengan gaya cueknya, aku hanya memukul lengannya dengan tas, sudah terlalu hafal dengan banyolannya.
"Gue sebenarnya juga penasaran, panggilannya aja beda dari yang lain. Yang satu panggilnya El, yang satu panggilnya Nida. Btw Nama panjang lo siapa sih Sean? Gue kadang kepleset mau panggilnya, susah bener namanya." Tambah Riani.
"Afsheen Humaira Mubarak."
"Lah!! Delta bisa panggil Nida dari mana?" Tanya Riani makin penasaran.
"Haha, jangankan kamu Ri. Aku saja bingung, Delta dapat nama itu dari mana." Sebenarnya aku juga penasaran kenapa Delta bisa punya ide panggil aku Nida, entah dari mana inspirasinya. Malas mau nanya lagi karena pernah nanya sekali malah jawabannya ngaco.
"Pilih dipanggil Nida atau Sayang?"
Inget banget sama ekspresi songongnya waktu ngomong gitu. Daripada kesel sendiri lebih baik biarkan dia berbuat sesuka hati.
"Nama panggilan sayang dari gue itu, Nida. Diambil dari nama panjangnya Sean. Seanida."
Astaghfirullah.. Kalau abi dengar bisa disentil ini anak.
Dasar Delta selalu aja bikin heboh, Juan dan yang lain tidak berhenti tertawa sedangkan Delta dengan muka tengilnya malah asyik makan. Kacau ini anak!
KAMU SEDANG MEMBACA
6. Marry Your Daughter
RandomKetika hati telah tertaut tapi waktu belum mengizinkan hanya satu yang bisa di lakukan.. Mendekatkan diri pada Sang Pemilik Hati... Kisah seorang pemuda bernama Dito yang berusaha kuat membuang rasa untuk adik angkatnya karena merasa tak pantas. Dia...