💕MYD #8

4.4K 659 47
                                    

"Laqad sami'alaahu qoulalladziina aamanuuu..."

"Alladziina Qaaluuu..." Bunda mengoreksi hafalanku.

Aku memejamkan mata dan mulai mengumpulkan konsentrasi lagi, ini sudah ketiga kalinya aku lupa ayat.

"Laqad sami'alaahu qoulalladziina Qaaluuu aidza..." 

Aku berhenti membaca saat bunda memegang pundakku, salah lagi bacaanku. Astagfirullah..

"Sudah istirahat dulu, nanti dilanjut habis isya lagi."

"Maaf Bund!" Ujarku penuh penyesalan karena murojaah kali ini benar-benar kacau. 

Bunda tersenyum sambil melepas mukenanya. "Hafalan kamu itu kontrak kamu sama Allah, kalau lupa berarti minta maafnya sama Allah dan segera perbaiki, Bunda cuma wajib ingatin kamu."

Astaghfirullah!! Sean mohon ampun ya Allah..

Aku membuka kembali halaman ayat yang sejak tadi aku lupa, mencoba mengulangnya beberapa kali berharap Allah kasih kemudahan aku untuk mengingat.

Bunda kembali datang ke tempat sholat dengan membawa segelas air untukku.

"Kamu kenapa sih? Bunda perhatikan sejak pulang dari rumah teman kamu tadi murung terus?"

"Capek aja kok, Sean gak apa-apa!"

Bunda malah mencibirku sambil menarik pelan hidungku. "Bunda itu orang tua, pernah mengalami seumur kamu! Pengalamannya gak perlu diragukan lagi, apalagi pengalaman pahit!"

"Haha, pengalaman tiap hari dimarahi abi ya?"

Perempuan yang masih tetap cantik di usianya yang tak muda lagi ini ikut tertawa. "Kalau dimarahi abi kamu itu bukan pengalaman pahit tapi sejarah kehidupan kamu."

"Hahhaha, berawal dari marah-marah lalu jatuh cinta sampai halal ya Bund? Abi memang Konyol banget!"

"Ada lagi yang lebih konyol, dulu waktu bunda emosinya naik turun karena ngidam hamil kamu, masa bunda dibawa ke dokter jiwa dikira bunda depresi!"

Aku hanya bisa melongo mendengar cerita bunda, sebenarnya abi itu dokter bukan sih?

"Bunda keselnya gak sembuh-sembuh waktu itu, pokoknya abi kamu itu aneh banget. susah ditebak, dulu bunda gak nyangka kalau abi cinta sama bunda soalnya kerjaanya maraaaah terus, tiap hari bunda dijutekin, kalau ada yang gak bener dikit aja kerjaannya, langsung deh tanduknya keluar!"

"Nah! Laki-laki memang gitu kan Bund? Sean tuh juga kesel banget sama Dito, dia mirip tuh sama abi. Masa sekarang ini dia kalau sama orang lain ramah banget tapi giliran sama Sean jutek banget. Sean kan jadi bingung sebenarnya Dit--"

Seketika aku terdiam menatap bunda yang sudah tersenyum meledek. Dasar Sean! Gak bisa dipancing dikit, langsung aja nerocos. Mulai sekarang aku harus ekstra hati-hati kalau sama Bunda, sukanya kasih jebakan. 

"Jadi sejak tadi gak fokus ngaji itu karena Dito?"

"Enggak lah Bundaaa!!"

Bunda tidak menjawab, beliau hanya diam tapi tatapanya tepat di mataku. Akhirnya aku menyerah dan menceritakan semua kegelisahanku selama ini, dan juga kejadian tadi pagi ketika Dito secara jelas menegaskan bahwa hubungan kita tidak akan pernah lebih dari kakak-adik. 

Sejak saat itu aku benar-benar merasa hatiku kacau, walaupun ada rasa leganya juga. Setidaknya sekarang aku tahu perasaan Dito dan aku tau bahwa aku itu hanya seorang adik dimata Dito. 

Tapi aku hanya manusia biasa, aku butuh waktu untuk menyembuhkan patah hati ini, menatanya kembali seperti sebelum ada Dito dihatiku. Dan yang paling berat adalah berusaha kembali menatap Dito sebagai kakak angkatku.

6. Marry Your DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang