45. Are you that

494 38 4
                                    

Shofia menatap Nesya yang tertawa terbahak-bahak setelah bercerita tentang kakaknya bahkan Miran juga ikut mentertawakan apa yang Nesya cerita.

"Sudah?". Tanya Shofia.

"Belum". Ucap mereka kompak

"Dasar...".

"Gue penasaran sama kakak Lo. Dia segitu sukanya sama cewek itu. Sampai ngelantur tidurnya bahkan apa tadi ia mau nikahin tu cewek.". Tanya Miran lagi.

Sedangkan Shofia merasa ngeri sendiri. Daniel kakak Nesya sedang menyusun rencana untuk melamar seorang gadis kata Nesya. Bahkan kakaknya itu sedangkan kerasukan mendengar sang cewek tersebut sedang memikirkan cowok lain.

"Gue penasaran siapa cewek yang beruntung itu. Tapi gue juga kesel tu cewek bodoh banget sia-sia in kakak Lo nes". Ucap Miran.

Dan fix. 

Shofia meradang, tak tau kah mereka  kalau Daniel tersebut sedang mengincarnya, bahkan waktu itu dengan kurang ajarnya dia mencium pipi Shofia.

"Gue sih udah lihat bayangan sih,siapa yang akan jadi calon kakak ipar gue". Kata Nesya.

"Serius?". Kepo Miran.

"Iya. Tapi gue mau lihat tanggal mainnya aja". Nesya melirik sekilas ke arah Shofia.

"Lah Lo gitu".

Sedangkan Shofia harus bersabar . Semoga yang di katakan Nesya tak benar jujur ia takut kalau kembali ber urusan dengan kakaknya Nesya.

......

Shofia memandang para perawat yang sedang berlalu lalang. Kakinya melangkah menuju suatu ruangan yang membuat matanya selalu ingin menangis.

"Dek Fia. Sudah datang kenapa nggak masuk?". Tanya seorang perawat yang sedang membawa kursi roda kosong.

"Hm mbak Yuli . Apa kabar nya. Ini juga mau masuk mbak".

"Baik. Sehat de. Ya udah masuk aja tadi perawatan habis rapiin ibu. Dan juga dokter Jimmy sama istrinya habis dari sini juga "kata perawat itu.

"Tante Eve?"

"Iya. Kayaknya mereka lagi tugas. Nanti kelarnya 1 jam lagi. Kalau begitu saya permisi". Pamitnya

Shofia melempar senyum kepada perawat itu.

Shofia sedang berada di rumah sakit tempat sang ibu di rawat lebih tiga bulan sang ibu betah memejamkan mata nya. Jika di pilih biarlah ibu nya sadar. Walau kadang tak mengenalnya dari pada seperti ini.
Hatinya ngilu.
Shofia duduk di kursi sebelah tempat tidur ibunya. Membelai tangan yang kurus itu. Air matanya tak terbendung bahkan menetes di telapak tangan ibunya.

"Ibu Sow mau ujian nasional Lo. Dan bentar lagi mau kuliah. Sow nggak kuliah jauh kok kayak kak Je. Aku sekolah di tempat kak bos aja. Ibu tau aku kangen sama ibu. Aku senang ibu tertawa atapun hanya menatap kosong pada ku. Aku benci ibu diam seperti ini. Kenapa ibu nggak bangun bangun juga. Apa disana bagus ya. Apakah di sana nggak ada orang yang jahatin ibu kayak pria pengecut itu Bu.
Ibu aku tau . Gara-gara dia ibu seperti ini Bu. Dan aku janji akan membalas dendam ku padanya Bu. Tapi aku perlu bantuan ibu. Cukup ibu sadar ya. Dan itu mampu membuat ku bisa menghancurkan kebahagiaan nya Bu.
Ibu tau bahkan aku sering berkelahi dengan anaknya Bu. Dan ibu tau tadi aku injak Sepatu nya Bu. Hehehe ibu jangan marahnya kalau aku jail gini. Aku  eneg lihat dia Bu. ......"
Dan sesi curhat panjang itu membuat Shofia tertidur di samping ibunya.

Shofia bangun dengan pandangan langsung kaget. Sebab ia merasa tadi berada di samping ibunya . Sekarang kenapa bisa di sofa empuk gini.

"Sudah bangun sayang?". Suara lembut itu membuat fia tersenyum senang lalu memeluk erat wanita itu
"Kangen tan. Tante lama banget pulang dari Singapura nya. Tante bertelur ya disana?". Ucap Shofia

"Emang Tante ayam, bertelur?".

"Hehe mangkanya, aku kangen tan". Ujarnya Shofia dengan nada manjanya.

Sang wanita itu membelai rambut fia dengan haru. putri cantik kakaknya sudah makin besar saja.

"Iya sama, sayang. Jadi  kamu apakabar. Kenapa pesan Tante jarang di balas hm?".  Shofia hanya tersenyum lalu menyusupkan kepalanya ke dada sang Tante.

"Huhu. Enaknya peluk-peluk. Eve, hati-hati adiknya Fia nanti kegencet". Tiba-tiba suara dari belakang mereka membuat acara pelukan itu terlepas.

"Papa Jimmy! Papa bilang apa tadi? Adik?. Jadi?'.

Shofia menatap Tante Evenya.

"Benar Tan?". Suara fia menjadi melemah

Sedangkan Jimmy dan Eve langsung  memberi pengertian kepada Shofia, bagaimana pun dari kecil Shofia sudah bersama mereka. Dari awal mereka pacaran hingga sekarang. Bahkan kehamilan ini sudah mereka tunggu dari beberapa tahun pernikahan.

"Sayang. Dengar papa Jimmy, kamu akan menjadi kakak bagi adik kamu. Dan kamu tetap jadi anak kesayangan papa Jimmy dan Tante Eve. Mengerti sayang. Kasih sayang kami tak akan pernah berubah baik itu untuk kamu dan Jehwan sendiri. Sekarang sudah akan bertambah lagi satu anggota baru di keluarga kita. Jadi Shofia harus jadi kakak yang baik ya.. papa Jimmy percaya Shofia pasti sayang sama Ade, ya". Ucap Jimmy sambil membelai lembut rambut fia.

Jujur saja ia sudah lama menanti anak dari rahim sang istri. Mengasuh Shofia dari bayi menumbuhkan jiwa ke ayahan membara di hati Jimmy, mangkanya melakukan ikhtiar untuk mendapatkan keturunan sudah ia usahakan. Walau terhalang akan ketidak inginan sang isteri yang takut Shofia cemburu. Membuat ia sedih. Tapi kali ini tidak, ia bisa membuktikan kepada sang istri kalau Shofia kecil sekarang sudah dewasa dan mengerti keadaan.

"Baik pa".

"Shofia dengar kan sayang. Tante Eve sama ayah akan selalu di hidup Fia. Jadi sekarang Fia kita panggil kakak oke.".

"Emang sudah berapa bulan Tan?". Tanya Shofia mengalihkan kesedihannya.

"Jalan dua. sekarang kakak Fia makan dulu ya nanti pulang dia antar papa".

"Nggak tan. Aku bawa motor kok".

"Kamu masih bawa motor Fi. Astaga Jehwan membiarkan kamu bawa motor sendiri. Kamu mau ujian nasional . Nanti papa bilang Jehwan untuk antar jemput kamu. Atau papa aja ya?". Tanya jimmy dengan nada khawatir nya.

"Nggak ah pa. Lagian aku juga sering bareng teman juga sih. Papa jangan khawatir oke. Sekarang kita mau makan apa?". Tanya Shofia

"Papa udah delivery. Nanti di antar kesini".

Sambil menunggu makanan Shofia yang bercerita dengan tantenya. Sambil mengusap perut Eve. Sedangkan Jimmy melihat interaksi itu pun tersenyum . Masalah yang satu selesai tinggal masalah sang kakak ipar yang masih dalam keadaan koma, di tambah ayah kandung Shofia sering datang mengunjungi kakak iparnya itu. Dan itu membuat Jimmy pusing. Takut kedua ponakan melihat semua.

Shofia akhirnya menuju parkiran rumah sakit sendiri, walau tadi sempat ada perdebatan dengan sang Tante. Akhirnya ia bisa meyakinkan untuk pulang sendiri.
Tiba-tiba matanya menatap seseorang yang membuat matanya melebar.

"Nggak mungkin!. Dia?". Ujarnya..

Tubuh Shofia melemah ingin mengejar tapi badannya tak bisa diajak bekerja sama.

"Dia masih hidup. Dia sudah sadar. Kenapa nggak temuin gue.. Sekarang dia". Ucapan Shofia berhenti. Melihat seseorang yang sudah sangat berarti bagi nya. Sosok kakak yang baik dan pengertian.

"Bang Sannif". Ucapnya lirih


Tbc












Akhirnya Daniel dan Shofia hadir lagi.
Terimakasih untuk semangat dari Kalian semua, sehingga aku bisa lanjutin nulis lagi

Selalu tunggu cerita mereka semua..

Jangan lupa 🌟 dan komentar nya dan
Satu bintang satu semangat dari Kalian untuk ku


Btw Wattpad teman semua udah versi baru kah?
Bagaimana perasaan kalian?
.

Pure Love The Arrogant Men (Kang Daniel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang