43. Buka Hati

1K 164 19
                                    


Hyeri mengendurkan bahunya. Menatap sekelilingnya dengan pandangan was was. Ia melirik Jisoo yang dipaksa untuk menemaninya keluar hari ini, padahal Jisoo sendiri sebenarnya malas karena tengah malam baru saja kembali dari Jogja dan masih ingin tidur sampai siang.

Jisoo sendiri duduk tak jauh dari meja Hyeri, sibuk bermain dengan gadget-nya. Tak mempedulikan Hyeri yang sedari tadi gugup tak menentu.

"Lama banget gue cancel juga nih," Hyeri menggerutu. Menyeruput Mochaccino-nya setengah kesal.

Hingga ketika lonceng pintu berbunyi, menandakan seorang pelanggan baru saja masuk, Hyeri mendongak. Lelaki jangkung itu tersenyum manis, begitu lebar, menatap Hyeri dengan sorot berbinar.

Hyungwon mendudukkan dirinya di hadapan Hyeri. Masih tersenyum lebar layaknnya orang bodoh, membuat Hyeri ingin sekali menendang lelaki itu.

"Apasih biasa aja liatinnya?!" ujar Hyeri sewot.

Gadis berambut pendek itu kembali menyeruput minuman favoritnya itu, mengalihkan pandangan dari lelaki yang ada di hadapannya. Tanpa basa basi langsung menyodorkan satu buah paper bag, membuat Hyungwon berkerut bingung.

"Apa nih?"

"Anggep aja oleh oleh buat lo," kata Hyeri.

Lagi, Hyungwon tersenyum lebar. Mengintip isi di dalamnya, dan tanpa pikir panjang langsung mengeluarkannya.

Hampir saja, baju batik pemberian Hyeri ia pakai langsung di sana jika saja Hyeri tak meneriakinya.

"Jangan ganti baju disini juga, bego!" kesal Hyeri, tak ayal membuat Hyungwon justru tertawa keras.

"Maap maap gue terlalu seneng soalnya," Hyungwon terkekeh manis. "Lagian lo kesambet apaan sih kok bisa bisanya beliin gue?"

Hyeri berdehem kecil. Sebisa mungkin menjaga ekspresinya agar tetap datar.

"Ya gak ada sih. Gue cuma gak mau utang budi aja sama lo. Lagian lo juga sering ngasih gue baju ataupun makanan kan."

Hyungwon mengangguk angguk, menyimak setiap detail kata dari sosok Hyerina. Terlebih mimik wajahnya yang lucu ketika gugup seperti sekarang, kendati sudah berusaha untuk tetap datar.

"Yaelah, gue kan ngasih lo karna emang gue pengen. Gue gak nuntut lo buat ngasih balas budi karna gue emang ikhlas. Gak usah jadiin alesan kalau emang lo juga pengen kasih sesuatu ke gue, Yer."

Hyungwon kembali tersenyum. "Apapun dari lo pasti gue terima dengan senang hati kok, makasih ya."

Hyeri terdiam melihat senyum itu. Senyum yang setahunan lebih menghiasi harinya tanpa lelah, walaupun entah sudah berapa kali pun Hyeri menolak dan tak menganggap keberadaannya.

Ada sebuncah perasaan bersalah di hatinya. Melihat perjuangan lelaki itu yang tanpa kenal lelah berusaha menggapai sudut hatinya yang selama ini tak terjamah oleh siapapun.

Hyeri ingin menyerah pada egonya.

Yang selalu beranggapan bahwa semua lelaki sama brengsek seperti ayahnya. Yang berkali kali mengkhianati sang ibu, dan tak pernah bertanggung jawab menafkahinya.

Nyatanya, ia tak melihat semua itu pada diri Hyungwon. Nyatanya, selama ini lelaki itu selalu bersikap manis pada dirinya.
Walaupun hal yang selalu Hyeri takutkan, akan kemungkinan bahwa semua itu hanyalah topeng semata, masih menghantuinya.

Jauh di dalam lubuk hatinya, Hyeri ingin mempercayai Hyungwon. Hanya saja, ia belum siap untuk membuka hatinya lebar lebar.

"Heh kok ngelamun?"

The Absurd Genks ; 94lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang