51. Pernyataan Cinta

937 147 37
                                    

"Nyebelin banget lo, Nyet! Katanya mau futsal, lah ngapain malah ke sini, sih?" sungut Ilhoon begitu Jackson justru mengajaknya ke sebuah kos kosan di daerah Jakarta Barat.

Sebelumnya, Jackson sudah lebih dulu mampir ke salah satu toko kue dan jajanan tradisional dan membawakan banyak macam kue basah entah untuk siapa. Dan sekarang, justru mengajaknya ke sebuah kos kosan yang sepertinya kosan khusus perempuan.

"Yaelah bentar doang, rewel banget lo kayak nenek gue," kata Jackson sambil melepas helmnya.

Ilhoon mencibir, mengikuti langkah Jackson masuk ke komplek kos kosan tersebut. Lumayan lah cuci mata ngeliat cewek cewek cantik yang sibuk lalu lalang.

Tak lupa juga, dengan sengaja Ilhoon menebar senyum manisnya, kali aja ada cewek nyantol yang bisa ia gebet. Padahal boro boro nyantol, yang ada ia justru dihadiahi tatapan mematikan oleh si empunya kosan.

"Genit banget lo, Junedi!" seru Jackson gemes, ngeliat Ilhoon yang sibuk tebar pesona.

Tanpa disangka, kepala belakang Jackson langsung kena timpuk dengan kejam oleh Ilhoon. "GAK USAH MANGGIL GUE JUNEDI! NGIKUT NGIKUT NENEK LAMPIR AJA LO!" kesalnya.

Jackson tertawa saja, tak menghiraukan gerutuan Ilhoon dan langsung mengetuk ketuk salah satu pintu kosan dengan nomor kamar 12A.

Tak perlu menunggu lama, sang pemilik kamar sudah membukakan pintu dan tersenyum menatap Jackson. Mempersilahkan Jackson masuk ke dalam kamarnya, disusul Ilhoon.

"Anjir! Gue cuma diajak jadi obat nyamuk orang pacaran, nih?"

Ilhoon kembali bersungut sungut. Tak berniat untuk masuk apalagi menemani sohibnya itu.

"Udah ah, gue pulang aja ye. Bye!"

Jackson tak sempat mencegah, Ilhoon sudah melenggang pergi dengan cepat. Meninggalkan ia sendiri dengan sosok gadis teman SMA-nya yang tampak pucat itu.

"Udah periksa ke dokter?" tanya Jackson sembari membuka bungkusan kue yang dibawanya.

Seola, gadis itu menggeleng. Wajahnya yang sudah putih jadi semakin pucat apalagi ditambah auranya yang sedang lesu.

"Gak papa, kok. Paling cuma kurang istirahat aja," katanya tersenyum kecil.

"Duh, kalo sakit itu jangan dibiarin aja, La. Kalo gak ada yang nganterin, lo kan bisa ngomong sama gue."

Jackson mendekat, menempelkan punggung tangannya pada dahi gadis itu, mengecek suhu badannya.

Seola agak berjengit kaget karena perlakuan lelaki bersuara berat itu. Terlebih ketika wajah Jackson tampak begitu jelas di hadapannya. Membuat suhu tubuhnya menjadi naik, merambat dan berkumpul membentuk rona merah di pipinya.

Gadis berponi rata itu berdehem kecil. Mengalihkan tatapan untuk menetralisir rasa canggungnya. Ia mendesah pendek begitu Jackson kembali menjauhkan tubuhnya.

"Panas banget gini, loh, La. Periksa aja yok!" ajak Jackson. Menatap temannya ini dengan sorot khawatir.

Namun Seola kembali menggeleng. Ia tak mau merepotkan siapapun termasuk Jackson. Ia tak suka menjadi beban orang lain.

"Gue ambil air dulu deh buat kompres lo, ya..."

Jackson beranjak tanpa menunggu persetujuan si empunya pemilik kamar. Menuju kamar mandi dan mengambil secawan air beserta handuk kecil.

Seola tersenyum kecil memperhatikan bagaimana sigapnya Jackson dalam menangani situasi. Tentu saja, Jackson yang ia kenal memang seorang soft boy. Walaupun dari luar terlihat bobrok dan selalu bercanda berlebihan.

The Absurd Genks ; 94lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang