66. Nasihat Ayah

311 62 13
                                    


Sehun menatap secarik kertas dihadapannya bimbang. Walaupun sempat ragu, akhirnya bermodalkan google maps ia melajukan mobil mewahnya mengikuti petunjuk arah.

Pada akhirnya sampai juga ia di tempat tujuan. Tak langsung turun, ia mengamati keadaan sekeliling yang tampak tenang, tak banyak orang beraktivitas.

Sehun menyilangkan kedua tangannya, menyandarkan kepala pada setir bundarnya. Merenung sejenak, apa harus ia menemui Suzy sekarang?

"Masa main ke rumah calon mertua gak bawa apa-apa?" Ia bermonolog.

Sultan muda ini bingung, akhirnya memutuskan membuka ponsel, berniat menelfon Kai untuk meminta saran, namun ternyata nomor lelaki itu tidak aktif. Kembali ia memindai kontaknya, bingung harus bertanya pada siapa.

"Naeun aja kali ya.."

Agak ragu sih, tapi akhirnya ia mencoba menelfon Naeun dan untungnya segera diangkat oleh gadis itu.

"Apaan? Ganggu aja lo!" sembur gadis itu galak.

"Biasa aja mak lampir! Gue mau nanya nih, kira-kira Ayahnya Suzy sukanya apa ya? Gue bingung mau bawain apaan."

"Ngapain lo nanya gue? Kagak tau lah, emang gue istrinya?" Di seberang sana, Naeun kembali nyolot.

"Elah percuma nanya sama lo. Dasar gak guna!"

Sehun emosi. Langsung mematikan telfon dan kembali berpikir sendiri. Dalam diamnya tiba-tiba bayangan Jinyoung lewat begitu saja di pikirannya.

Sebenernya ia benci mengakui, namun kali ini sepertinya ia butuh saran Jinyoung. Tentu saja ia tak lupa jika Jinyoung adalah teman lekat Suzy.

"Napa lo nelfon?"

Jinyoung ikutan nyolot begitu angkat telfonnya. Walaupun Sehun gak heran, soalnya emang Jinyoung agak sensi sama dia.

"Ayahnya Suzy sukanya apaan dah? Gue bingung mau bawain apa, soalnya ini gue dah di depan komplek rumah Suzy." Sehun langsung to the point, soalnya ia juga agak males lama-lama ngomong sama Jinyoung.

"Bawain aja kacang telor sama kwaci. Ayah suka banget ngemil."

"Cih, manggil Ayah." Sehun ngedumel lirih, namun ternyata Jinyoung masih bisa dengar.

"Gak usah sewot, beliau Ayah gue juga." Selanjutnya, Jinyoung langsung memutuskan sambungan, membuat Sehun agak dongkol. Tapi tak apa, dalam hati berterima kasih karena Jinyoung mau memberi saran.

Sehun terdiam beberapa menit. Ia mendesah beberapa kali dalam bingung. "Gue tau sih kacang telor, tapi kuaci tuh makanan apaan?"

Maklum ya, Sehun biasanya jajannya  wagyu jadi dia tak tahu bentukan kwaci. Jadilah mau tak mau ia harus bertanya, tentu saja pada kakek buyut Google.

Lagi-lagi Sehun mendesah panjang.

"Anjir lah! Yang kayak gini belinya dimana coba?!"









***





"Hun, ngapain kesini?"

Tentu saja Suzy kaget. Siang bolong tak ada angin tak ada hujan, adanya terik panas matahari Jakarta, tiba-tiba Sehun sudah berdiri di depan pintu rumahnya.

"Hai! Katanya Ayah kamu sakit, ya kali ayah mertua sakit gak aku tengokin." Sehun mencoba bercanda, walaupun sebenarnya hubungannya dengan Suzy agak canggung.

The Absurd Genks ; 94lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang