56. Cinta Itu Luka

767 114 22
                                    


"Woy, Jack!"

Kepala lelaki itu tertoleh begitu mendengar seseorang menyerukan namanya. Bibirnya melengkung, tersenyum membalas sapaan itu.

"Gue nebeng ya sampe kosan," cengir gadis berambut sebahu itu.

"Lo ada kerjaan di daerah sini?"

Gadis itu, Hyeri, mengangguk. Dengan santainya 'nangkring' di atas motor Jackson, padahal lelaki itu sendiri masih bersiap siap memakai jaketnya.

Jackson sudah bersiap akan pergi ketika merasa sepasang mata menatapnya dari jauh. Dan ketika ekor matanya melirik, ia mendapati Seola yang sedang memperhatikannya dari pintu keluar.

Lelaki itu menghela napas panjang, segera mengalihkan pandangan sebelum rasa bersalah kembali menyergapnya. Iya, Jackson menolak gadis baik itu tempo hari, ketika Seola menyatakan perasaannya.

"Yer, gue boleh minta tolong gak?" tanyanya pada Hyeri yang sedang asyik menunduk memainkan ponselnya.

"Hm? Apa?"

Jackson tak menjawab. Tangannya terulur mengambil sepasang tangan Hyeri, mengalungkannya pada pinggangnya sendiri.

Sedang Hyeri mengerjap, antara bingung dan terkejut. Tentu saja, karena tak biasanya seorang Jackson akan bertindak seperti ini. Ia melirik lelaki itu, melempar tatapan tanya.

"Sebentar aja, pura-pura peluk gue, Yer. Tolong ya," pinta Jackson.

Hyeri diam, menuruti permintaan Jackson. Ujung netranya kembali melirik lelaki berwajah maskulin itu yang diam diam sedang melirik ke arah lain. Gadis itu mengikuti arah pandang Jackson, dan mendapati dirinya beradu pandang dengan seorang gadis cantik berambut panjang yang sedang menatapnya dengan Jackson tanpa berkedip.

Menghela napas panjang, Hyeri lambat laun mengerti. Ia mendengus sesaat, tak mempertanyakan apapun lagi sampai motor Jackson menghilang dari pelataran bank besar itu.

***

"Cewek tadi siapa?"

Jackson yang hendak menyuapkan sendok berisi baksonya langsung berhenti dan menatap Hyeri kaku. Ia tersenyum kikuk dan melanjutkan acara makannya.

"Bukan siapa siapa," jawabnya tak acuh.

Hyeri tertawa kecil, memainkan sumpitnya dan menatap Jackson jenaka. "Pasti ada apa-apa diantara kalian, kan? Kalo enggak, lo gak perlu repot repot nyuruh gue meluk lo segala," tebak gadis itu.

"Lagian lo lagi gak kayak biasanya, makanya gue curiga. Akhir-akhir ini lo jadi pendiam, sadar gak?"

Jackson menyudahi suapan bakso terakhirnya, menyeruput es jeruknya sebelum menjawab pertanyaan Hyeri. "Namanya Seola, beberapa hari yang lalu dia nembak gue."

Mendengarnya, Hyeri membulatkan matanya. Meletakkan sumpitnya, ia mencondongkan tubuhnya maju, menanti cerita Jackson dengan antusias. "Terus? Lo terima?"

Gelengan kepala dari Jackson menjadi sebuah jawaban bulat, yang sejujurnya tak bisa Hyeri pahami. Yang menjadi pertanyaan Hyeri juga selama ini, bagaimana bisa lelaki sebaik Jackson, ia tak pernah melihatnya punya pacar?

"Kenapa?"

Jackson tersenyum samar. "Gue cuma gak mau nyakitin cewek sebaik dia."

Kenapa?

Lagi-lagi pertanyaan itu menghantui pikiran Hyeri. Bibirnya hendak kembali mengeluarkan tanya itu, namun Jackson sudah lebih dulu melanjutkan ceritanya.

"Gue ini cowok yang belom selesai dengan masa lalunya, belom bisa ngilangin luka lama sepenuhnya. Dan gue gak mau memulai hubungan yang baru kalau hati gue belom sembuh."

The Absurd Genks ; 94lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang