20. Nomor Hp

1.2K 174 41
                                    


Naeun udah terkantuk kantuk di mejanya. Jelas, ini udah jam tujuh malem. Lewat dua jam dari jam kerja seharusnya dan bosnya belum memperbolehkannya pulang.

Dia jadi nyesel se-nyesel nyeselnya. Kenapa tadi harus pulang paling akhir demi merampungkan desainnya? Jadi akhirnya dia yang jadi tumbal teman temannya nemenin bos buat lembur.

"Ya Tuhan ngantuk banget. Boring lagi.." keluh Naeun yang lagi lagi nyeruput kopinya.

Bosnya ini gak jelas banget lagi. Nyuruh lembur sementara dianya pergi. Cuma titip pesen kalo bentar lagi ada pelanggan yang pesen gaun pengantin dan Naeun mesti nemenin buat fitting. Di luar jam kerja!

Naeun sebel. Kalo bisa milih, dia bakal lebih milih pulang ke kosan abis itu nelfon oramg tuanya soalnya dia kangen banget.

Untungnya, gak berapa lama, pelanggan yang dimaksud bosnya dateng. Naeun cepet cepet nyamperin dan nyambut kedatangannya.

"Mbak Marcella, ya?"

Sang pelanggan, cewek. Cantik banget. Bener bener cantik sampai Naeun jadi minder berdiri sebelahan sama dia.

"Halo, nama aku Irene yang mau fitting gaun. Maaf ya datengnya malem soalnya nunggu ada yang nganterin." Kata sang pelanggan, Irene tersenyum dan Naeun hanya mengangguk memaklumi.

Di belakang Irene, ada seorang cowok tinggi yang mengikuti. Mungkin calon pengantin laki lakinya, pikir Naeun.

"Silahkan. Mau langsung fitting atau mau lihat gaunnya dulu siapa tau ada yang kurang?" tanya Naeun.

"Langsung fitting aja soalnya udah malem. Mbaknya juga mesti harus pulang kan. Lagian dua hari yang lalu aku udah cek dan cocok sama gaunnya, kok."

"Oke kalau gitu mari ikut saya."

Naeun bantu bawain gaunnya dan membimbing Irene ke tempat fitting baju. Setelah itu keluar dan akan masuk kembali jika memang Irene butuh bantuannya. Lagian gaunnya simple jadi mungkin gak akan terlalu ribet.

Cewek itu langsung ke pantry dan buatin minum buat cowok yang lagi ada di ruang tunggu. Bagaimana pun juga, pelanggan di sana memang harus di treat sebaik mungkin.

"Silahkan diminum dulu selagi menunggu nona Irene."

Naeun menyajikan jus instan yang memang disediakan untuk pelanggan. Tersenyum singkat dan berniat kembali ke ruang fitting sebelum cowok itu manggil dia.

"Kak, namanya siapa? Boleh minta nomor hpnya?"

"Hah?"

Naeun melongo. Menatap sesosok sowok tinggi itu yang nyengir kuda kepadanya.

Ganteng sih. Tinggi kayak tiang jemuran depan kosannya. Wangi lagi. Diliat liat mirip Rowoon SF9.

Naeun cepat cepat menyangkal pikirannya. Dih, udah mau nikah masih aja genit godain cewek lain.

"Eits.. itu kakak gue loh ya bukan calon istri. Bukan!" ralat cowok itu langsung padahal Naeun gak ngomong apa apa.

Naeun senyum aja gak pengen menanggapi. Memberi isyarat kalau dia harus kembali ke ruang fitting untuk membantu Irene.

"Dasar cowok aneh."








***





"Mbak Marcella pulang sendiri? Bareng sama kita aja gapapa, biar kita anter." tawar Irene.

"Eh gak usah mbak. Saya naik ojol aja, ini udah mau pesen kok." kata Naeun gak enak. Dia buru buru ngunci butik begitu pekerjaannya selesai.

"Gapapa kali kak, gue juga gak keberatan kok."

Adiknya Irene itu masih senyum senyum bikin Naeun gemes pengen nabok. Ketauan banget tipikal fakboi-nya.

"Iya, lumayan loh hemat ongkos terus udah malem juga lebih aman bareng kita." desak Irene.

Akhirnya mau gak mau Naeun mengangguk. Bener juga sih, tanggal tua tuh pengeluaran mesti dihemat hemat.






***








"Makasih Mbak Irene, makasih Mas--"

"Nama gue Rowoon." senyum cowok itu.

Naeun meringis dan mengangguk saja. Langsung turun dari mobil mereka.

Naeun udah mau masuk kosan sebelum Rowoon ikut turun dan nyamperin dia.

"Kak Marcella!"

"Panggil Naeun aja."

"Ohh nama panggilannya Naeun toh.." Rowoon masih cengar cengir gaje. Abis itu nyodorin hpnya.

Naeun cuma mengangkat alisnya, bingung. Apa nih maksudnya?

"Minta nomor hp kak Naeun, hehe.."

"Buat apa?"

"Mau kenal lebih jauh aja sih." katanya. "Gak boleh ya?"

Naeun diam. Jelas saja dia ragu, lagian juga baru ketemu sejam yang lalu. Nomor hp itu hal yang bagi dia privasi banget dan gak bisa dikasih ke sembarang orang.

"Kalo gak boleh besok gue kesini lagi deh, coba minta lagi. Kalo belom boleh juga besoknya lagi terus besoknya lagi." ucap cowok jangkung itu tanpa dosa.


"Lo gak tau nomor hp itu privasi? Gak bisa dikasih ke sembarang orang."

Gak kok, itu bukan Naeun yang jawab. Serius, deh! Jelas jelas itu suara cowok.

Begitu Naeun nengok, ternyata Jinyoung yang lagi buang sampah ke depan.

"Gue gak minta sama Abang. Gue minta sama kak Naeun." kata Rowoon lagi, bikin Naeun terkekeh geli.

Soalnya gara gara ucapan cowok yang lebib muda darinya itu, wajah Jinyoung langsung jadi merah. Mungkin malu. Dan itu lucu banget.

"Kenapa lo ketawa?" tanya Jinyoung sewot bikin Naeun langsung diem.

"Gak kok."

"Jadi mana nih nomor kak Naeun?" desak Rowoon lagi.

Naeun mendesah panjang. Melirik Rowoon sekali lagi. Lagian cowok itu keliatannya anak baik baik kok mungkin gak ada salahnya.

"Besok aja. Udah sana pulang, itu kakak lo nungguin."

Rowoon tersenyum senang. Dia mengangguk dan sebelum pergi menyempatkan diri mengusak surai Naeun lembut. Membuat si empunya, dan juga Jinyoung sedikit kaget.

"Gampang banget lo ngasih nomor ke sembarang orang, sih." nada suara Jinyoung mendadak dingin.

"Lah kenapa? Suka suka gue dong." kata Naeun acuh sambil masuk ke kosan diikuti Jinyoung mengekor di belakangnya.

"Ya kalo dia bukan orang baik baik gimana?"

"Ya urusannya sama lo apa coba?"

"Ya gue gak mau lo kenapa kenapa, Eun!"

Naeun diam. Dia mendadak membeku melihat ekspresi keras yang tergurat di wajah Jinyoung. Ekspresi yang lambat laun melembut.

"Gue cuma gak mau lo jatuh ke cowok yang salah lagi."




















tbc



Gue baru sadar pas baca ulang ternyata Kaistal malah jarang muncul wkwk maapkeun

The Absurd Genks ; 94lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang