☔ t u j u h. Harapan & Patah Hati
“Perasaan gue nggak semain - main itu, Zav..”
Zav mengubah posisi tidurnya. Menarik selimut untuk menutupi kepalanya serta mengusir bunyi - bunyi itu.
“..lo ngerti, kan, maksud gue?”
Zav mengerang kesal. Bangkit dari tidurnya, duduk sambil mengusap - usap kepalanya dengan kasar, sangat tidak beraturan.
Dua hari ini, kalimat - kalimat itu selalu berputar di kepala Zav. Terlintas wajah seorang gadis yang menatapnya sendu, berujar dengan suara yang terdengar sedikit bergetar.
Zav ngerti. Sangat mengerti perasaan Juni.
Juni didesak menikah.
Umurnya juga sudah 24 tahun, yang dalam artian keluarga— apalagi yang punya pemikiran seperti tante - tante julid dengan ponakannya— bukanlah umur untuk main - main lagi.
Juni sudah tidak bisa main - main. Tapi Zav juga tidak siap dengan hubungan serius, seperti yang Juni mau. Zav malas menjalin hubungan, bahkan hanya sekedar berpacaran dia terlalu malas.
Zav akui, dia tertarik dengan Juni.
Tapi sama sekali tidak terlintas untuk berpacaran dengan tetangganya itu. Dia lebih suka dengan hubungan mereka yang sekarang, tidak terikat tapi tetap dekat. Walaupun Zav tahu Juni tidak akan mau bertahan dengan hubungan yang seperti itu.
Omong - omong, cewek itu sudah pulang semalam. Ibu dan ayah Juni sudah pulang setelah menjenguk nenek mereka.
Zav berdiri di bawah pancuran air yang membasahi tubuhnya dari atas sampai ke bawah, berusaha mengalihkan pikirannya dari kalimat - kalimat Juni yang mengganggu fokusnya.
Zav pikir dia baik - baik saja. Tetapi ternyata, kehadiran Juni cukup mengusik Zav sampai saat ini.
.
Juni mendelik kecil melihat pemandangan pertama yang dia lihat ketika membuka pagar rumah ketika mau berangkat kerja adalah sosok Zav yang baru saja turun dari motor, berjalan menghampiri Juni.
Kalau yang datang seperti Mr. Money di acara TV yang selalu ditonton ibu, yang mau ngasih uang 12 juta pada Juni secara cuma - cuma dia pasti bakal jingkrak - jingkrak kayak fans yang kesampaian ketemu biasnya. Tapi ini malah berasa ngeliat mas - mas kurir paket COD yang datang di saat dompet lagi kering - keringnya! Itu lho yang Juni rasakan.
Zav paham nggak sih, kalau Juni muak sama sikapnya yang datang - pergi begini? Seenaknya berbuat sesuatu yang cewek - cewek juga tahu maksudnya apa.
Zav datang dengan helm di tangannya. Lagi, bau rokok bercampur parfum adalah yang pertama kali menyapa penciuman Juni. Dia sampai hafal baunya.
“Apa lagi?” tanya Juni tak menyembunyikan rasa kesalnya.
Wajah Zav tetap tenang. “Gue anter. Mau berangkat kerja, kan?”
Juni mendengus. Sekarang aja bisa banget basa - basinya. Kemarin - kemarin langsung digas, terus terang, to the point depan Juni.
“Lo kalau mau main - main bukan sama gue, beneran deh.” Dia menggeleng beberapa kali.
Juni mendorong pagarnya agar terbuka lebih besar. Kemudian kembali beberapa saat dengan helm yang sudah dipakai di kepalanya. Juni mengeluarkan motornya, memasukkan kunci pada kontak, kemudian menyalakan mesin motor tepat di depan Zav yang baru saja menawari berangkat bersama.
Juni melirik Zav sekilas. “Awas, ah!”
Zav menyingkir. Kemudian motor matic dengan kaca spion bulat itu menjauh, meninggalkan Zav yang menunduk menatap helmnya, lalu mengetuknya sekali. Memandang ke arah jalanan sekali lagi dengan pandangan yang sulit dibaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juni Mega & The Crush
Romancezav & juni | end | childhood bestfriend "I have loved you since we were children." Juni Mega & The Crush. Berkisah tentang Juni, pekerja 24 tahun yang sedang didesak menikah oleh ibu dan tentang hubungannya dengan Zav, tetangga brondong semasa kecil...