꒰ 🌙 "31♡ᵎ lip

10.7K 916 33
                                    

part ini bakal panjangg banget dan panass 🥵 prepare yourself karena gw excited pengen ngasih tau perasaan Zav kayak gimana sebenarnya di part ini mweheheh

plis bacanya jgn terburu-buru, gw pengin apa yg mau gw sampein emang nyampe sama lo pada. ya?? enjoyy guyss

dari judulnya udah ketebak lah ya nih part lumayan warning banged heheh! make sure you're legal for reading my favourite part kayyy. buat yg puasa bacanya subuh apa abis buka aja ya (atau tunda dulu dah biar aman wkwok) agak rawan soalnya, see uuu 💋⚠️

jangan lupa vote dan banyakin komen ya sengg!

t i g a s a t u. Lip

Juni meletakkan gelas kosongnya sedikit kasar. Membiarkan bagaimana air melewati kerongkongannya dengan begitu cepat dan memberikan sensasi dingin karena sejak tadi mati-matian menahan haus dan serak sejak insiden yang arg— bagaimana ya Juni bilangnya.

Intinya, Rohim benar-benar sangat, panas.

Juni menelan salivanya susah, menekan bibirnya yang agak terbuka dan membengkak. Bibir yang beberapa saat lalu mengabulkan keinginannya untuk merasakan sepanas apa Rohim ketika bertemu dengan bibirnya.

Bagaimana Rohim meraih rahangnya untuk mendekatkan wajah mereka. Sampai Juni bisa melihat ke satu titik yang sama, mata indah Rohim menembus pandangannya, tak ingin Juni beralih selain dirinya. Ketika hidungnya dan hidung Rohim saling bergesekan, Juni menahan napasnya. Tau tak ada penolakan dari gadis itu, Rohim mengecup puncak hidung Juni sebelum akhirnya Juni merasakan betapa panasnya bibir Rohim yang mengecup panas bibirnya. Juni berteriak heboh di dalam hati.

Rohim melepaskan ciuman mereka untuk sekadar melihat wajah Juni yang menikmati ciumannya juga sama sepertinya atau tidak.

Rohim menatapnya lama, mata Juni yang terpejam perlahan terbuka sampai degup jantungnya semakin kuat kala bertatapan dengan Rohim. Puas memandangi Juni, Rohim lalu tiba-tiba menarik tengkuknya membuat wajah mereka merapat dan bibir mereka saling bertemu. Perasaan yang luar biasa menegangkan, seperti ada sengatan yang menyetrum seluruh tubuh Juni. Ia bisa merasakan Rohim memajukan tubuhnya sampai merapat ke tubuh Juni, bibir mereka terpaut sedikit agresif entah siapa di antara mereka yang mengubah ritme.

Juni menahan napasnya ketika sudah tertarik pada kenyataan bahwasanya ciuman hebat itu benar-benar terjadi malam ini.

Bibirnya tertarik tanpa bisa dia sadar. Perasaan membuncah dan salah tingkah itu masih sangat terasa. Dia masih ingat bagaimana Rohim mengelus lehernya sementara bibirnya menggigit bibir Juni agar dia dapat memasukkan lidahnya. Atau bagaimana Juni meremas ujung kemeja Rohim ketika cowok itu semakin memperdalam ciumannya.

Ciuman yang sama panasnya dengan orangnya.

Sial. Dia harus benar-benar menjernihkan pikirannya. Kepalanya semakin panas kala mengingat kejadian di atas jembatan barusan. Dia, butuh air dingin untuk kepalanya.

.

Juni keluar dari kamar mandi dengan balutan piyama abu gelap yang sangat kontras dengan warna kulitnya, kuning langsat. Handuk masih terlilit di kepalanya untuk mengeringkan rambutnya yang basah.

Mandi tengah malam terus keramas lagi, gara-gara Rohim dan ciumannya di atas jembatan. Boleh Juni catat tanggalnya untuk kenang-kenangan mengingat betapa panasnya ciuman mereka yang— ok, stop! nanti pikirannya jadi kemana-mana lagi, sebaiknya dihentikan segera.

Juni mengoleskan serum ke wajahnya, persiapan sebelum tidur. Padahal sudah tepat dini hari tapi Juni masih belum mengantuk. Matanya terpejam ketika dia meratakan serum ke seluruh wajah, tapi sialnya, malah bayang-bayang Rohim yang menciumi seluruh wajahnya yang terlintas ketika gelap menutup mata.

Juni Mega & The CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang