꒰ 🍓 "28♡ᵎ type

10.4K 909 24
                                    

>>> when you have no ideas to make her interested in you again, so you do the legend one. (like zav who always uses his bunda's name WAHAHAHAHA) <<<

sekali-kali lo vote ama komen ngga bakal ada yg rugi brow jajaja (to my lovely siders 😸)

d u a l a p a n. Type

"Lo tuh kenapa sih?" tanya Juni malam itu ketika menghampiri Zav yang sedang duduk di atas motor di depan rumahnya.

"Bunda buat mie ayam tuh, udah dimakan adek lo paling, keluar lama amat. Ngapain aja?"

"Nggak usah kepo pleaseee. Gue keluar sama siapa dan kemana aja juga nggak ada urusannya sama lo," ketus Juni melipat tangannya di depan dada.

Zav diam memerhatikannya lama. Kemudian berdecak pelan dan tidak sengaja melihat siku Juni yang agak lebam. Spontan dia meraih lengan Juni untuk melihat tanda biru keunguan itu.

"Kenapa bisa gini?" Zav mengelus pelan lebamnya membuat Juni tertegun. "Hm?" Zav bertanya lagi, sedikit menekan pelan sampai Juni meringis kecil.

"Shhh, cuma— cuma ketatap," kata Juni. "Pas kerja kemaren kayaknya, nggak sadar sampai biru gitu."

Zav menghela napasnya. "Lain kali hati-hati bisa?"

Juni tersentak sadar kemudian menjauhkan tangannya dari Zav. Dia menatap cowok itu tak kalah tajam, khas tidak suka. Apa-apaan cowok itu mau melarangnya?

"Lain kali nggak usah sok perhatian bisa?" balas Juni.

"Gue bener-bener perhatian, itu lebam, kalau dibiarin terus-terusan gimana?"

"Just stop ngedikte gue kayak anak kecil. Gue bisa jaga diri kali!" ketus Juni menatap Zav tak suka.

Zav menaikkan sudut bibirnya, kemudian memajukan wajahnya untuk melihat wajah gentar Juni.

"Gimana? Nggak enak kan rasanya diperlakuin kayak anak kecil?" Zav menunjuk hidung Juni dengan telunjuknya. Ada sedikit getaran takut di wajah Juni. "Itu yang gue rasain ketika lo nganggep perasaan gue main-main, seolah gue masih anak kecil dan lo orang dewasa, seolah-olah hubungan kita sesalah itu!"

Njrr. Kenapa bawa-bawa perasaan segala?? Juni berdecak heran dalam hati. Haruskah mereka mulai berdebat lagi? Di depan rumahnya? Persis menjelang tengah malam? Hey??

"Udah please nggak usah dibahas lagi. Masa lalu mulu yang lo ributin," gumam Juni melirih di akhirnya.

Zav terkekeh kesal melihat respon Juni.

"Inget yang buat kita putus siapa," Juni meliriknya dari samping dengan wajah sinis. "Siapa sih yang nggak dewasa di hubungan kita sekarang Zav? Gue apa elo?"

"Jadi ini salah gue?" tanya Zav.

"Lo yang bilang nggak bisa lanjut, tolong!" Juni tampak frustasi. "Lo yang ada cewek lain dan nggak ngertiin gue sama sekali!"

"Lo yang nggak mau nunggu, Jun!" sela Zav. "Lo yang selalu masalahin umur kita yang padahal semua orang juga nggak keberatan lo mau pacaran sama aki-aki sekalian!"

"Apa sih lo???" Juni tampak kesal. "Nggak usah playing victim ya! Jelas-jelas elo yang ngebonceng cewek lain di belakang gue, anj!"

Juni menyugar ke belakang rambutnya sementara Zav terus memandangnya dengan raut, entahlah, Juni tak paham bagaimana bisa cowok itu berujar begitu. Seolah dia yang salah dan Zav yang benar.

"Udahlah! Nggak ada gunanya gue debat sama orang yang nggak mau keliatan salah padahal jelas dia salah," sindir Juni.

Benar kan? Kalau diingatkan kembali bukannya Zav yang memutuskan hubungan mereka setelah cowok itu membonceng cewek lain sementara Juni harus menunggu berjam-jam lamanya di halte bis??

Juni Mega & The CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang