☔ d u a t u j u h. Jealous
Malam itu, Juni kepikiran sama Zav.
Bahkan pameran megah dan meriah milik Siana Jorg tampak tidak begitu menarik perhatiannya dibandingkan dengan segala pikiran gila yang sedang menanyakan apakah ucapannya kemaren terhadap Zav seketerlaluan itu sampai Juni bisa merasakan tatapan terluka di mata cowok itu.
"Serendah itu kah perasaan gue di mata lo, Jun?"
Demi apapun Juni sama sekali tidak bermaksud menyakiti Zav dan perasaannya. Bahkan Juni tidak menyangka Zav akan bilang bahwa cowok itu menyukainya. "Karena gue suka lo, bgst!"
Rasanya— tidak masuk akal!
Zav Margo, sosok bocil tetangga usil yang sudah tumbuh menjadi anak kuliahan yang berhasil memporak-porandakan perasaan Juni.
"Gue nggak bermaksud apa-apa, Jun. Gue nggak ada niatan buat mainin perasaan lo, bahkan dari awal pun enggak."
Benarkah begitu? Sejak awal cowok itu tidak berniat mempermainkan perasaannya sama sekali, benarkah?
Juni terlalu takut untuk mempercayai perasaan cowok itu, karena dia terlalu takut— takut untuk jatuh ke orang yang salah sekali lagi. Takut dia tidak lagi mempunyai waktu buat merasakan jatuh cinta karena terlalu takut untuk memulai hubungan kembali.
Sehingga Juni menyakiti perasaannya. Menyakiti perasaan Zav yang membuat cowok itu salah paham.
"Ada yang bilang dia udah pernah nikah sebenarnya, nikah muda sebelum sempat terkenal," bisik seseorang dari samping di tengah keramaian yang memekak.
Juni menoleh dan langsung berhadapan dengan Rohim yang sibuk melihat pameran. Ah, benar. Juni lupa bahwa dia sedang menghadiri pameran Siana Jorg, sang idolanya, saking fokusnya dengan segala pikiran anehnya.
Juni tersenyum kecil. "Kamu ngikutin gosip artis juga ya ternyata?"
Rohim menarik smirk sombong ke arah Juni. "Malah aku punya kaos desain dari dia."
Juni menutup mulutnya tak percaya. "Sumpah??"
Rohim mengangguk bangga, puas dengan respon Juni. Cowok itu justru menggulir ponselnya lalu menunjukkan foto dirinya dengan kaos yang Juni yakini benar-benar didesain langsung oleh Siana Jorg! Juni benar-benar hapal mana yang asli dan mana yang palsu saking khasnya desain sang artistik tersebut.
"Anjir! Beneran?!" Juni memekik kesenangan. "Kok bisa sih?? Sumpahlah, bikin iri aja ihh!"
Ya, Rohim bilang dia lebih suka gaya bicara yang aku-kamu dibandingkan kesan pertama mereka yang pakai saya-saya. Sangat kaku sekali katanya.
"Well, kok kamu bisa bilang dia udah pernah nikah? Aku nggak sempat dengar gosipnya," heran Juni.
"Nggak semua orang tau kayaknya."
Juni terdiam lantas memikirkan hal lain. Responnya tersebut ternyata ditangkap oleh Rohim yang sadar bahwa Juni tidak fokus dengannya. Juni baru mengerjap pelan ketika Rohim menyelipkan jari-jarinya dan menggenggam tangan Juni erat.
"Ayo, aku tau jajan enak yang ada di sini. Kamu kayaknya laper, nggak fokus gitu," kata Rohim sambil tersenyum lembut membuat Juni terenyuh.
Bisakah Rohim langsung menyatakan cinta saja tidak usah segala pendekatan kepada Juni? Atau justru Rohim tidak ada bermaksud demikian sejak awal? Sial. Jangan sampai dia dipermainkan lagi ya!
"Kamu prefer martabak telor apa siomay?"
Juni melihat ke arah dagangan itu lalu bergumam kecil seperti bingung mau memilih apa. "Siomay aja deh biar cepet, kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Juni Mega & The Crush
Romantizmzav & juni | end | childhood bestfriend "I have loved you since we were children." Juni Mega & The Crush. Berkisah tentang Juni, pekerja 24 tahun yang sedang didesak menikah oleh ibu dan tentang hubungannya dengan Zav, tetangga brondong semasa kecil...