꒰ 🧩 "11♡ᵎ status

13.3K 1.2K 20
                                    

gue ada cerita lain btw, Sai & Shilda. well, kita fokus ke juni-zav dulu, tapi add library dulu ajaaa okkk

HAPPY READING PRENZZ!! ramein yass

s e b e l a s. Status

Zav tidak akan menuruti solusi temannya kali ini.

Dia tidak akan menolak Juni seperti dia menolak cewek - cewek lain yang juga suka dia sebelumnya. Karena kali ini jelas berbeda. Juni berbeda dengan cewek - cewek yang suka dia. Juni punya sesuatu yang Zav mau dan Zav cari selama ini.

Zav mau Juni. Cewek itu punya Zav.

Jadi, ketika Zav sadar akan perasaannya pada Juni yang bukan sekadar rasa tertarik, maka Zav harus segera mengakuinya. Zav mau Juni yang pertama tahu tentang perasaannya kepada cewek itu.

Dan disinilah Zav sekarang. Pukul dua belas lewat lima menit, di tengah malam, menaiki balkon kamar Juni diam - diam persis seperti yang dia lakukan ketika mereka akan pergi jogging pagi - pagi buta saat itu.

Zav berpegangan pada dinding. Membiarkan kulitnya bersentuhan dengan benda dingin itu. Mengintip sedikit pada jendela yang ditutup tirai, bagaimana kondisi kamar itu gelap karena lampu kamarnya yang mati. Tetapi Zav melihat sedikit cahaya dan mendengar bunyi walau lirih.

Zav tersenyum kecil. Cewek itu belum tidur.

Tok. Tok. Tok.

Zav terkekeh mendengar suara benda yang jatuh, diikuti umpatan pelan dari Juni, efek kaget.

"Ini gue," Zav menempelkan keningnya di pintu balkon Juni yang dingin. "Zav."

"Hah?? Beneran Zav? Maling gue teriak, sumpah."

Zav terkekeh pelan mendengar suara bisik Juni yang ketakutan. "Beneran. Buka aja pintunya," suruh Zav.

Zav menempelkan keningnya di dinding kaca jendela Juni. Merasakan hawa dingin itu menyebar di sekitar keningnya. Menarik senyum kecil sembari menunggu pintu dibuka.

Tetapi bukannya suara pintu yang terdengar terbuka, tetapi handphone di saku hoodie Zav yang bergetar. Zav melirik, lalu tersenyum kecil melihat nama Juni yang muncul.

Juni is calling..

Zav menggeser tombol hijau, menempelkan benda itu di telinga. "Bener gue, buka pintu, Jun," kata Zav langsung mematikan panggilan.

Lagi, Juni mengumpat pelan membuat Zav terkekeh. Padahal Juni jelas bukan orang yang senang berkata kasar, mungkin hanya kepada Zav mengingat seberapa menjengkelkan dia di mata Juni.

Tepat ketika Juni muncul, rambutnya sudah ditarik oleh cewek itu.

"Lo gila, stres, nggak punya otak!" segala umpatan pun keluar. "Gue mau jantungan tau nggak kalau lo gini mulu! Chat dulu kek kalau mau mampir!" Juni menatap Zav kesal, memegang dadanya yang masih bergemuruh kencang.

Zav mengelus rambutnya yang serasa mau copot. Tetapi bukannya melempar tatapan tajam seperti biasa, dia malah menarik kecil senyumnya, kemudian merapikan anak rambutnya yang keluar karena ikat cepol cewek itu yang sudah berantakan.

"Kok belum tidur, Jun?" tanya Zav pelan.

Juni menelan salivanya. Tanpa sadar, mengumpat lagi.

Zav yang begini yang dia takutkan.

Dia kemudian melirik sekitarnya yang sudah sepi, Juni menarik Zav untuk masuk ke dalam kamar. Menutup pintu balkon, menyalakan lampu tidur dan membawanya di tengah - tengah mereka. Zav menurut saja ketika disuruh duduk di atas karpet. Zav menyandar pada pinggiran kasur Juni menatap cewek yang duduk bersila di depannya.

Juni Mega & The CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang