vote! vote! VOTE! VOTE!
☔ l i m a. Morning
Zav : bunda suruh ke rumah
delivered 10 hours agoZav mendengus, kemudian melempar HPnya ke samping. Menarik selimut, Zav memilih melanjutkan tidurnya kembali. Seperti biasa, Juni hanya akan membaca pesannya yang itu - itu saja. Dan seperti biasa Zav akan menggunakan nama bunda untuk membuat Juni mau ke rumahnya. Sekali, dua kali cewek itu masih mau. Tapi setelah itu Juni akhirnya tau kalau bunda Salwa tidak ada menyuruhnya main ke rumah. Semua hanya akal - akalan Zav saja. Dan lagi, Zav berhasil membuat Juni yakin untuk tidak sepenuhnya mempercayai Zav lain kali.
Baru juga pendekatan, sudah dijauhi saja.
Zav memejamkan mata, bersiap tidur daripada menunggu Juni yang sudah pasti tidak akan mengiyakan pesannya.
Ting!
Zav sampai bangun dari tidur hanya untuk melihat balasan dari Juni. Tetapi itu bukan Juni membuat Zav sedikit merasa kecewa.
Widya : gue udah siap nih, hehehe. gue tunggu d rumah y? awas aja g dateng huhu
Zav : kmn?
Widya : ihhh, katanya mau jalan? yahh lo lupa ya zav? gue udah siap lho ☹️☹️
Zav menyugar rambutnya. Ah, dia lupa dia sudah berjanji menemani mantannya itu untuk cari buku referensi tugas kuliah mereka. Mereka satu kelompok, padahal ada satu lagi teman mereka, tapi Widya hanya mau pergi dengan Zav. Sedangkan teman mereka itu mencari referensi dari website internet.
Zav : gjdi ke toko buku?
Widya : iyaaaa, ke toko buku. tapi sekalian jalan kan?? hahahah canda
Zav menghela pelan, kemudian mengangkat kepala, lalu bergerak mengambil jaket dan kunci motor di atas kursi. Dia mengeluarkan motornya, kemudian memakai helm di kepala. Gerakannya terhenti ketika melihat Juni yang mendorong pagar, membuat Zav melompat turun dari motor, berjalan cepat menuju gerbang rumah Juni.
"Juni," panggil Zav yang Zav tahu membuat Juni kaget, terlihat dari bahunya yang tersentak.
Juni berbalik badan kemudian mendelik kecil.
Zav mengulum bibir karena diacuhkan. Dia melihat Juni yang mengeluarkan motor, sepertinya dia akan pergi bekerja setelah pulang makan siang. Zav melirik jam tangannya, pukul satu lewat tujuh menit.
Zav melirik Juni lagi. Dia mencekal lengan Juni yang hendak memasang helm, membuat wajah jutek itu menatapnya kesal.
"Apa, sih? Gue mau pergi kerja, Zav. Bisa kan nanti aja?" Nada bicara Juni terdengar kesal sekali.
Zav menggeleng dengan menyebalkan di mata Juni.
"Gue mau ngomong," kata Zav.
"Yaudah ngomong ya tinggal ngomong sih," decak Juni.
Zav mengulum bibirnya lagi. "Pesan gue kenapa nggak dibales?"
Zav kemudian mendelik kecil mendengar kekehan Juni yang baru saja menertawakan omongannya. Zav bingung. Apanya yang lucu? Juni pikir lucu membiarkan Zav uring - uring karena cewek itu tidak membaca pesannya, ya?
Juni tertawa kecil. "Seriusan nih cuma gara - gara gue nggak baca pesan lo, lo sampai ngerecokin gue yang mau pergi kerja begini? Childish banget deh?"
"Childish?" ulang Zav. "Apanya yang childish?"
Juni menggeleng pelan, sadar ekspresi Zav yang terlihat menahan kesal. "Astaga, Zav. Gue sibuk, oke? Kerjaan gue bukan mantengin chat doi doang, sorry nih. Gue harus nyari uang kali," kekeh Juni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juni Mega & The Crush
Roman d'amourzav & juni | end | childhood bestfriend "I have loved you since we were children." Juni Mega & The Crush. Berkisah tentang Juni, pekerja 24 tahun yang sedang didesak menikah oleh ibu dan tentang hubungannya dengan Zav, tetangga brondong semasa kecil...