꒰ 🥀 "9♡ᵎ pain

16.1K 1.6K 153
                                    

like a tragedy, she loves him more than he'll ever know. and he loves her more than he'll ever show. it'd be a privilege to have their hearts broken by each other.”

udah mandi belom? belom? yauda.

s e m b i l a n. Pain

Juni kesal, ingin marah tapi tidak tahu kepada siapa dan bagaimana melampiaskan rasa marahnya.

Dia mengulang kesalahan yang sama. Tidak pernah dan tidak mau belajar dari yang sudah lalu. Membiarkan orang yang sama mengontrol perasaannya sesuka hati lalu mencampakkannya seperti yang kemarin - kemarin.

Juni tidak kapok, ya?

Dia membiarkan perasaannya diacak - acak seperti itu, dipermainkan, lalu disuruh mengobati sendiri sementara si pelaku akan selalu datang dan pergi sesukanya.

Memandang bagaimana punggung itu berlalu, berhenti di depan pagar Juni tanpa menoleh padanya, bagaimana gerakan tangannya mengacak rambut pendek itu berlalu pergi hingga hilang ketika pintu bercat cokelat pun tertutup. Juni melihat itu semua.

Zav pergi lagi setelah membuat Juni bingung dengan perasaannya.

Juni sudah bilang, kalau hubungan mereka akan terus begitu.

Siklusnya begini. Juni menaruh harapan, Zav akan datang memberi harapan. Ketika Juni sudah terbang - terbang, Zav akan datang lagi untuk menjatuhkan seolah tak mengizinkan Juni dengan harapannya semakin tinggi. Setelah Juni sadar bahwa berharap hanya sia - sia, Zav datang memberi harapan lagi.

Akan selalu begitu, untuk membuat Juni bimbang dengan perasaannya.

Ting!

Zav : udh makan? mau gue bawa apa, lg di luar

Mematikan HPnya, Juni memasukkan potongan pizza itu ke dalam mulut. Mengunyah hingga pipinya penuh. Makan dengan sesak, membiarkan air mengalir dari sudut mata.

Tidak tahu jatuh cinta akan sesakit ini. Tetapi baru tahu kalau makan sambil menangis justru jauh lebih sakit lagi.

"Air.."

Juni berlari menuju bawah mengambil air untuk menuntaskan hausnya.

.

"Zav, balikan, yuk?"

Zav mendorong bahu Widya pelan untuk menjauh. Dilihatnya Widya yang terengah sembari mengatur napas, tetapi tetap tersenyum di sela - sela itu. Zav mendelik kecil, mengusap bibir dengan jempol.

Tanpa sadar Zav melirik rumah di seberang, sebelum menoleh menatap tajam orang di sebelahnya dan berujar dengan tenang.

"Gue nggak mau ngulang sama orang yang sama."

Zav pikir setelah dia mengatakan itu, Widya akan berhenti merecoki Zav. Karena Zav serius ketika dia mengatakan dia tidak akan mengulang hal yang sama dengan orang yang sama.

Tetapi yang dia tidak pasti, mengapa gerakan refleksnya malah melihat ke rumah di seberang, seolah yang Zav lakukan hari itu di mobil dengan Widya adalah kesalahan yang dia buat pada seseorang.

Sehingga ketika Zav melihat Juni membeli bakso di depan rumahnya, dia bergerak begitu saja untuk menghampiri.

Bahkan ketika mulutnya dengan santai meminta wanita 24 tahun itu untuk menunggu dirinya, Zav masih tidak menangkap kinerja otaknya.

Seolah otaknya bekerja, tanpa arahan darinya, dan hanya mengikuti apa kata hatinya.

Dan karena itu juga, Zav tidak sadar bahwa kata hatinya baru saja melukai Juni untuk kesekian kalinya.

Juni Mega & The CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang