jiakhh jumpa lagi, ramein laa yakali tidakk :3
☔ d u a b e l a s. Jalan
Juni tersenyum kecil mendengar ketukan di pintu balkonnya. Melirik pintu kamarnya yang terkunci, Juni menggigit bibir untuk menahan senyum, kemudian bergerak membuka pintu balkon.
Juni mendelik kecil ketika melihat Zav yang berdiri dengan dua bungkus pop mie menutup wajahnya. Kemudian tertawa ketika Zav memeletkan lidahnya dengan ekspresi mengejek.
"Apasih?" Juni salah tingkah.
Zav langsung masuk ketika Juni menyingkir dari pintu. Jaketnya sudah basah karena di luar hujan. Juni langsung mematikan kipas, tetapi mendelik melihat Zav yang membuka jaket lalu mengangkat kaus bajunya.
"Heh," Juni menahan gerakan tangan Zav. "Gila, ya?" tanyanya dengan mata melotot, berusaha mencegah Zav dengan segala pikirannya.
Zav menarik senyum miring. "Apa? Bukannya udah pernah liat?"
Zav menarik kausnya begitu saja. "Baju gue basah, kalau dibiarin masuk angin ntar. Lo mau gue kedinginan? Mau angetin nanti?" Zav menaikkan alis nya jahil.
"Sumpah, ya?" Juni berkacak pinggang sambil melototi anak itu. Zav tertawa kecil ketika Juni mencubit pinggangnya.
Ketika Juni berhenti, Zav menunduk menggelengkan kepalanya melihat senyum malu itu. Zav duduk bersandar di pinggiran kasur dengan posisi bersila, merentangkan tangan ke arah Juni, menyuruh ceweknya itu untuk mendekat.
Juni mengulum bibir, kemudian berdecak dengan senyum yang tidak bisa dia tahan. "Sial," refleksnya.
Juni bersandar di dada Zav, kemudian mendongakkan kepalanya, langsung mendapat pukulan pelan Zav di bibirnya. Juni mengaduh mengusap bibirnya.
"Kasar banget sih cewek gue," kata Zav menarik bibir Juni pelan, Juni makin merengek. "Zav!"
"Ngumpat mulu lo," kata Zav mencium sekilas pipi Juni. Menggigit gemas rahangnya membuat Juni tertawa.
"Sstt, nanti orang rumah denger," ingat Zav.
Juni tersenyum kecil, menyentuh bawah dagu Zav dari bawah sana. "Abisnya nggak bisa sehari aja nggak ngumpatin elo, Zav. Bawaannya ngeselin tau?"
"Cewek siapa sih lo?"
Juni menggigit bibir, menarik dagu Zav agar cowok itu menunduk, hingga Juni bisa berbisik tepat di depan wajahnya.
"Cewek lo."
Zav mengecup ujung hidungnya, menggeleng beberapa kali hingga ujung hidung mereka bersentuhan. "Siapa?"
Juni berbisik kecil, kemudian tertawa lagi. "Zavvv."
"Ohhh, cewek dia." Zav mengangguk - angguk. "Pinter, yaa, milih pacarnya."
Juni terkekeh ketika Zav menarik hidungnya.
Dia cemberut ketika mata mereka bertemu. "Nggak bakal mancung tau hidung gue walau udah lo tarik - tarik terus tiap hari," keluh Juni, mengingat kebiasaan Zav setelah seminggu mereka pacaran.
Zav menggigit bibir, menahan senyum mendengar nada suara Juni yang berbisik kecil. "Gapapa," Zav ikut berbisik. "Lo gemes kalau pesek HAHAHAH."
"Idih!" Juni mendorong wajah Zav membuat cowok itu semakin tertawa. "Si paling mancung, ya!"
Lalu hening cukup lama. Zav mulai memejamkan mata ketika Juni mengendus di perutnya. Juni menatap mata Zav yang terpejam. Kemudian menoleh ke samping, hingga bertemu dengan perut Zav yang berbentuk. Juni mengulum bibir. Bergerak menelusuri bentuk perut Zav yang tidak rata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juni Mega & The Crush
Romancezav & juni | end | childhood bestfriend "I have loved you since we were children." Juni Mega & The Crush. Berkisah tentang Juni, pekerja 24 tahun yang sedang didesak menikah oleh ibu dan tentang hubungannya dengan Zav, tetangga brondong semasa kecil...