꒰ 🕯 "37♡ᵎ cegil

9.9K 842 51
                                    

VOTE woyy! terimakasih~

t i g a t u j u h. Cegil

Kayaknya Juni kena karma deh.

Dulu kan Zav yang cogil abis ke dia. Mulai dari ngasih makanan tiap Senin, antar-jemput dia pergi kerja, rela nungguin Juni di lobi kantor, mau-mau aja manjat pagar rumah Juni demi wujudin agenda joging mereka. Sedangkan Juni terima enaknya saja. Dia seolah tak pernah memikirkan kemungkinan Zav akan lelah berjuang sendiri karena berpikir cinta cowok itu lebih besar padanya sehingga sejauh apapun Juni menyakiti perasaannya, cowok itu pasti akan kembali padanya.

Buktinya, dia sampai diblokir tuh. Sampai sekarang dia sama sekali gak punya akses menyelidiki cowok itu lewat jalur media sosial. Soalnya kalau nekat ketemu langsung nyalinya langsung menciut jadi— nyut.

Seharusnya Juni punya banyak pengalihan dari perasaannya kepada cowok itu. Dia bisa menyibukkan diri dengan pekerjaan atau segala urusan rumah.

Tapi ada masa-masa dimana semua seakan dejavu.

"Ngapain sih segala ngintip-ngintip gitu? Ketahuan, mampus. Kalau lo cewek tuh nekat, temuin sana. Masa berantem dikit aja gak berani gerak, kata anak pramuka."

"Anjir!" Juni langsung menatap Tio yang rese, sementara adeknya tertawa puas mendengar umpatan yang biasanya masih bisa Juni tahan. "Bocil tau apasihh?? Sana lo, mending ngantri bensin! Tiap abis lo pake motor gue udah gak pernah full bensin ya, nyet!"

"IBUUU! INI JUNI MONYET-MONYETIN AINGG!"

"Anak babi!"

"KATANYA TIO ANAK BABI BUUU!"

Ibu berdecak sambil membaca berita di WhatsApp. "Mulai dah berdua. Ambil pisau satu-satu sana di dapur! Abis ini ibu beliin boxing!" teriak ibu membuat dua saudara itu langsung kicep. "Kok diam??"

Juni mendelik kesal lalu mencubit lengan adiknya sampai Tio mengaduh. "Masuk kamar sana! Gaada minjem motor gue lagi abis ini!" bisiknya jengkel.

"Biarin, orang mau dibeliin motor baru wle!"

"Si babi! Pergi gak lo dari muka gue kambing???"

Sumpah ya Juni tuh sebenernya udah mencoba menjadi kakak yang baik hati, bertutur kata lemah lembut, tapi kalau adiknya modelan kayak Tio begini yakin kalian masih bisa bersikap anggunly kah? Kalau Juni sih langsung kibarin bendera putih.

Juni membuka tirai lalu tertegun melihat pemandangan Zav yang sedang mencuci mobil. Melihat ke arah layar HP dimana pesan sejak seminggu yang lalu masih centang satu sementara sang pelaku jelas baik-baik aja dengan kehidupan biasanya dan meninggalkan Juni yang jelas masih ingin tau kelanjutan hubungan mereka.

Kayak kemaren abis dianterin pulang bareng bunda Salwa, jujur dia berharap bisa bicara sebentar dengan cowok itu. Tapi seperti biasa, tidak ada yang terjadi. Zav sudah lebih dulu masuk rumah seolah tak ingin membiarkan Juni mengambil kesempatan.

Tiba-tiba dia teringat ucapan bunda Salwa. Kejar, Jun. Sekarang udah waktunya emansipasi wanita, gak usah gengsi. Gamau tau, kalian harus balikan! Awas loh~~

Juni memantapkan hatinya. Ya mungkin benar, sepertinya dia memang harus ambil aksi.

Jadi, ini udah saatnya gantian Juni yang jadi cegil ya?

.

Hubungan Zav dan orang tuanya ternilai dekat.
Mereka sering menghabiskan waktu di meja makan untuk sekadar berbagi cerita hari itu, memang, keluarganya tak menerapkan prinsip “makan harus diam” karena kalau tidak di meja makan sepertinya akan sulit untuk berkumpul dan menemukan waktu yang pas untuk cerita.

Seperti sekarang, layar televisi tengah menampilkan acara talkshow namun tak satupun dari bunda Salwa atau Zav yang ada di sofa menikmati acara tersebut. Bunda Salwa yang tengah asik melihat akun media sosialnya yang baru saja update foto dengan caption “lagi bersama nak lanang” sedangkan Zav yang beberapa kali menahan umpatan akibat bermain game online disana.

Ting.

Ting.

Ting.

Zav melengos sekilas tanpa melihat ke arah bundanya. Zav tau bundanya itu tengah tersenyum sekarang jadi dia langsung menyimpulkan pikirannya.

"Kayak masih remaja aja, bun. Dapet pesan dari suami masih salting begitu," celutuk Zav.

Bunda Salwa sibuk membalas pesan namun tak urung menyempatkan menggoda anaknya. "Iri aja nih jomblo!" ejeknya mencolek siku Zav.

Juni: bundaaaaa

Juni: tar kalo ada yg nekan bel berarti itu akuu, mau anterin zav makan heheh

Juni: jangan bunda yg bukain yaa, aku dah dandan nih~~

Salwa: aaa okayy sayangg, ntar bunda suruh dia yg bukain

Salwa: harus balikan loh ya!

Bunda Salwa menoleh ke arah Zav dengan senyum geli. Inilah anehnya, kok dia mau-mau aja ya terlibat kisah percintaan dua anak muda yang rumit ini. Dulu Guan mana pernah membiarkan Salwa yang effort lebih, dasar anaknya, bisa-bisanya tahan nyuekin anak gadis kayak tetangga mereka yang cantik itu. Tapi gak boong, Salwa akan jadi orang paling pertama yang menangis di pojokan kalau sampai dua orang ini gak balikan juga!

Tingtong.

Bunda Salwa terkekeh kecil. Gercep amat menantu gue.

"Bang, bukain sana!" suruh bunda Salwa yang mulai melancarkan rencana si “calon menantu”

"Tar bun, dikit lagi menang."

"Ish, bukain dulu ituu!" desak Salwa. "Abangg??"

Zav langsung berdiri karena Salwa menarik tangannya. "Iyaaa bun iyaaa, yaampunn." kata Zav masih dengan tangan sibuk mengotak-atik layar. "Bentar ya bundakuu cintakuu sayang. Aku ambil baju dulu," kata Zav.

Tapi bunda Salwa mengibaskan tangannya. "Ah, ga perlu pakai baju segala ah. Paling abang gofood, cepet sana!"

"Siapa juga yang mesen gofood kan bunda masak banyak."

"Buru ih!" Zav mendengus. Lantas berjalan ke arah pintu sambil mengacak-acak rambutnya. Seharian ini dia benar-benar malas gerak, tidak produktif sekali.

Ceklek.

Objek pertama yang Zav lihat ketika membuka pintu adalah kaki telanjang yang bersih. Style bunga-bunga andalannya menjadi penenang indra penglihatannya. Wajahnya kelihatan segar dengan rambut yang masih lembap, polesan make up lantas membuatnya tak terlihat seperti wanita-wanita 24 tahun. Bahkan dengan jarak segitu, sialnya, Zav kecanduan sama wanginya. Wangi ceweknya—sorry, mantan—yang sempat jadi favoritnya bahkan sampai sekarang, mungkin tidak tergantikan.

"Hai," kala itu lah tatapan mereka akhrinya bertemu. "Sorry for bothering your time. Aku cuma mau ngasih ini, dari ibu," kata Juni dengan senyum paling manis.

Zav tertegun tak lantas langsung menerima rantang itu. Dia menatap jauh ke dalam mata Juni berusaha untuk mencari tau maksudnya. "What day?"

"Heem?" Juni melirik arlojinya dengan senyum tak pernah luntur. Lalu menatap Zav dengan tatapan yang Zav tau itu adalah tatapan mendamba yang juga dulu dia tunjukkan, "mungkin, Senin? Tepat jam 6 sore, heheh."

Zav mengerjap lemah dan menunduk melihat tangannya yang memegang rantang nasi. Cowok itu tampak berusaha menahan diri hingga akhirnya mengangguk sekilas tanpa menoleh ke arah Juni yang jelas cukup tersinggung dengan responnya.

"Thanks," katanya tahu diri. Bergerak menutup pintu yang langsung ditahan oleh Juni, buat Zav mengumpat dalam hati dan sengaja tak melihat mata cewek itu. "Ada lagi?"

Kepalang sudah ditengah jalan, dengan sisa keberaniannya Juni berujar, "gue temenin makan, mau ya?"

Dan Zav seharusnya tak ada alasan selain berkata, yes.

.

to be continued

.

tolong bantu couple ini buat balikan, gue udah lelah~
btw, beberapa part menuju akhir nih (kayaknya)? kalo sanggup namatin, semoga gak digantung ya bre 😞🙏🏻

Juni Mega & The CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang