sorry banget sorry, kelupaan di luarrr wkwkwk. gatel mulu pengen updateee, heran. ramein gihh
VOTE dulu coba!
☔ t i g a b e l a s. Chat
Zav membuka pintu rumah tepat setelah mobil ayah dan bunda pergi.
Dia langsung masuk ke kamar. Menyalakan kipas, membiarkan kondisi kamar yang gelap padahal hari sudah sangat sore. Zav membuka baju kausnya, duduk di atas kasur, membiarkan kipas angin menembak tepat ke tubuh atasnya yang toples.
Setelah dirasa tubuhnya dingin, Zav mengambil handuk lalu masuk ke kamar mandi dan keluar beberapa saat kemudian. Mematikan kipas, Zav mengambil handphone dan kotak rokoknya di atas meja kemudian berjalan ke teras rumah.
Zav menyalakan pemantik api. Menyelipkan sebatang rokok di bibirnya, sambil sesekali melirik ke rumah di depannya.
Zav menarik senyum kecil, asap keluar dari mulutnya ketika menyengir.
Dia menggeleng beberapa kali. Tetapi bayangan Juni dengan mulut penuh oleh martabak yang mereka beli tempo hari lalu terus berputar - putar di kepalanya.
"Pelan - pelan bisa?" Dia ingat betul bagaimana kuncir Juni bergerak ke kanan dan kiri saat cewek itu menggeleng. "Belepotan gini makan lo."
Zav satu hari tanpa komentar? Juni akan diet kalau ada yang bisa membuktikan itu padanya.
"Bisa, bisa!" Juni mengangguk setelah tadi beberapa kali menggeleng. Dia menelan habis martabak di mulutnya. Kemudian cengengesan ke arah Zav. "Tapi kan tujuannya biar dilapin sama cowok gue, hehehe."
Zav menunduk, menggigit bibirnya. Bahkan itu sudah berhari - hari yang lalu, tetapi rasa gemasnya pada Juni masih sama seperti kemarin.
Ting!
Zav menunduk untuk merogoh handphone di saku. Kemudian memasukkan kembali setelah tahu itu hanya notifikasi grup anak sekelasnya.
Ting!
Zav mengambil handphone lagi, mendengus kesal ketika tidak sengaja menekan notifikasi yang baru muncul, padahal berniat mengabaikan karena tahu itu bukan pesan dari ceweknya.
Widya : anak kelas udah pada ngelist. lo engga? pada pengen banget lo ikut tuh
Widya : mamah ngebolehin gue ikut kalau lo iya. ikut yaa zav plss, demi gue deh huhu 🥺🥺
Zav meletakkan benda itu di paha, melirik jam yang menunjukkan pukul lima lewat dua puluh menit. Seharusnya Juni sudah pulang, tetapi Zav belum melihat tanda - tanda ceweknya itu sejak tadi.
Ting!
Zav berdecak pelan ketika notifikasi itu terus muncul. Ketika hendak menekan tombol silent, Zav langsung tidak bisa menahan senyum. Bibirnya berkedut, membentuk kurva ke atas.
Juni : haloo bang botaks ehehe
Juni : mau laporan nih bang kalau pacarnya nunggu di tempat biasa yaa bwang
Juni : ngebut dikit ya bang, keburu pacar lu dibawa orang, banyak brondong kwece nihh hahaks
Zav : gue karungin lu kalau kepincut tuh brondong
Juni : lah malah mintain nomor gue dia zav ahahaha
Juni : GIMANA WOE?? KASIH KAGAK?? mayan lah buat cadangann ㅋㅋㅋ
Zav : tanyain alamat rumahnya jun
Juni : loh? yg ini punya gue zav, knp lo mau pedekatean jugs? segala nanya alamat lo, cari brondong laen njr 😔
Zav : arah jam tiga buru
Belum sempat Juni mengangkat kepala, seseorang sudah memiting kepalanya, menjitak pelan beberapa kali membuat Juni tertawa. Tanpa melihat jelas dia sudah hapal bau tubuh cowoknya itu.
Aroma rokok bercampur parfum yang khas. Oh, satu lagi yang Juni baru sadar. Dan pomade.
"Zav!! Nggak bisa napas ih gue aaa! Lepas ih, lepass!" Juni memukul - mukul lengan Zav di atas kepalanya.
"Genit lo." Zav menjewer telinga cewek itu ketika sudah melepaskannya. "Mana tuh brondong? Hah?"
Juni terkekeh pelan. Tidak mendapat jawaban, Zav menggigit rahangnya membuat Juni melotot, memukul lengannya lagi.
"Sumpah, ya!" Juni balas menjewer telinga Zav. "Temen sekantor gue pada lewat sini, ish!"
Zav mengedikkan bahunya, malah mendengus kesal. "Mana orangnya?"
"Siapa sihhh? Astagaa." Juni menahan tawa.
Juni terkekeh kecil melihat Zav merengut.
"Brondong baru lo." Zav menggoyangkan kuncirnya. Wajahnya yang bawaannya sudah datar, ya, makin datar karena Juni. "Mana?"
Zav menggigit rahangnya sekali lagi.
"Aaaa, iya, iya, ish! Jangan digigit kali, Cil!" Juni menarik rambut panjang Zav. "Parah lo!"
Zav mendengus, lagi. Juni mendelik geli melihat wajahnya. Zav masih cemberut. Juni tersenyum melihat itu. Tangannya menangkup kedua pipi Zav hingga cowok itu balas menatapnya utuh.
Bukannya membujuk Zav yang sedang kesal, Juni malah menggoda cowok itu sambil menaik - turunkan alisnya.
"Cemburu, ya, lo?"
Juni menunjuk wajah Zav dengan senyum geli. Zav menurunkan jarinya, wajahnya sudah sangat ditekuk membuat Juni tertawa.
"Aaaa! Beneran cemburu, yaa?"
Malas meladeni Juni, Zav menaiki motornya, memasukkan kunci pada kontak, kemudian menyalakan mesin membuat Juni semakin tertawa.
"Ehh! Bercanda, bercanda!" Tetapi tawanya belum berhenti membuat Zav mendengus lagi. "Bercanda Zav, astaga. Ya kali gue nyari brondong yang lebih keren dari elo, mati gue." Juni terkekeh kecil.
Narsisnya, Zav menarik senyum miring. "Ya mati lah. Lo nyari juga nggak bakal ketemu. Orang emang nggak ada brondong yang lebih keren dari gue."
Senyum Juni yang sempat melengkung ke atas langsung pupus mendengar nada sombong itu.
Zav mencubit pelan hidungnya, masih tersenyum, merasa puas mungkin. "Naik."
.
to be continued
.
udahh yaa cukupp, udah ketiga kalinya nih hari iniii 😤
KAMU SEDANG MEMBACA
Juni Mega & The Crush
Romancezav & juni | end | childhood bestfriend "I have loved you since we were children." Juni Mega & The Crush. Berkisah tentang Juni, pekerja 24 tahun yang sedang didesak menikah oleh ibu dan tentang hubungannya dengan Zav, tetangga brondong semasa kecil...