happy reading! mandi dulu baru baca 😁
☔ e n a m. Main
Juni tidak pernah menyangka sosok Zav Margo bisa memberi efek sampai segininya kepada Juni. Uring - uringan seharian, memeluk guling, menggigit bantal untuk menahan jeritannya, merasakan kupu - kupu berterbangan di sekitar perutnya, lalu senyum - senyum tidak jelas sambil memukul kasur beberapa kali.
Ini adalah hari keempat di rumah Zav.
Hubungan mereka?
Juni bisa bilang ini lebih baik dari kemarin yang saling menghindar bahkan lebih baik daripada saat pertemuan mereka pertama kalinya.
Tapi bisa dibilang hubungan mereka semenjak empat hari yang lalu sudah lebih dari sekedar tetangga. Mulai dari Juni yang setiap pagi membangunkan Zav untuk sarapan. Melihat pemandangan cowok tanpa atasan, hanya boxer selutut masih tertidur di bawah selimut padahal hari di luar sudah terang, Juni mulai membiasakan hal itu.
Kemudian Zav yang akan mengetuk pintunya beberapa kali di malam hari atau ketika mereka hanya berdua di rumah, menyenderkan kepalanya di pintu kamar Juni sembari menunggu jawaban cewek itu dari dalam. Bagaimana Zav memanggil namanya pelan di depan pintu, Juni mengingat itu semua.
Refleks Juni menunduk, tersenyum sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali. Salah tingkah.
Seperti sekarang, tepat dugaan Juni, pukul 6 sore setelah Juni selesai mandi, dan bunda Salwa yang biasanya sedang duduk di teras sambil mengobrol dengan tetangga, Zav akan mengetuk pintu kamarnya. Juni masih terus mengunci pintu kamar, seperti kebiasaannya.
Tok. Tok. Tok.
“Juni.”
Cewek itu menggigit pipi dalamnya, gemas. Membiarkan Zav menunggu beberapa detik, Juni melempar gulingnya ke samping, lalu melewati cermin sambil merapikan penampilannya.
Jujur dia gugup. Juni juga nggak tahu itu kenapa.
Ceklek.
Juni tersenyum kecil. "Hei," sapanya lalu berbalik karena Zav langsung masuk begitu saja.
Juni mendengus, namun tak urung menutup pintu dan refleks menguncinya. Zav ikut menoleh ke belakang ketika sudah duduk di kasur Juni. Matanya memandang Juni yang berjalan mendekatinya.
"Kenapa dikunci?" tanya Zav membuat Juni melirik ke arah pintu kamarnya. Juni meringis kecil, "lupa," katanya.
Tapi bukannya membuka kunci, Juni malah duduk dan membaringkan tubuhnya dengan posisi telentang di atas kasur, tepat di sebelah Zav dengan kaki yang menjuntai ke bawah.
"Trus, kenapa nggak dibuka?"
Juni tak langsung menjawab, diam beberapa saat. "Gue nggak bakal ngapa - ngapain elo juga kali." Juni berujar begitu santainya, matanya sudah memejam.
Zav menarik senyum miring. Dia menumpukan tangannya di kasur, menopang untuk menahan kepalanya yang sedang menatap Juni dengan posisi tubuh menyamping.
"Takutnya gue yang ngapa - ngapain," bisik Zav.
Juni membuka matanya. Iris cokelat terangnya langsung bertemu dengan mata gelap Zav. Melihat bagaimana cowok itu menatap lurus di kedua matanya.
Juni menarik senyum di satu ujung bibirnya. "Lo nggak bakal berani," bisiknya mengusap kepala Zav, tak sadar tersenyum karena merasakan geli akibat rambut kecil yang baru tumbuh itu.
"Lo jangan percaya sama hasrat cowok, Jun."
Mata Zav memejam sekarang, membiarkan Juni mengusap kepalanya hingga turun ke tengkuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juni Mega & The Crush
Romancezav & juni | end | childhood bestfriend "I have loved you since we were children." Juni Mega & The Crush. Berkisah tentang Juni, pekerja 24 tahun yang sedang didesak menikah oleh ibu dan tentang hubungannya dengan Zav, tetangga brondong semasa kecil...