17. Night

723 94 8
                                    

"Aku punya alasan kenapa aku melakukan ini." setelah cukup lama terdiam, Eunbi mulai bersuara. Sedangkan Eunwoo masih diam. Ya, lelaki ini yakin Eunbi punya alasan yang cukup kuat kenapa dia melakukan ini.

"Jadi?."

"Apa kau ingat dulu aku di kejar oleh para lelaki berjas hitam?."

"Eum...aku ingat."

"Itu sebabnya aku menyamar, aku tidak ingin mereka menemukanku-" Eunbi menunduk lesu, mereka sedang duduk di ayunan halaman depan sekarang.

"Tunggu."

Eunbi mengangkat kepalanya, menoleh ke arah samping.

"Apa kau terjerat hutang yang cukup banyak? Mereka semua adalah depkolektor?."

Eunbi awalnya kesal namun sedetik kemudian ia tertawa keras, membuat lelaki yang duduk di sampingnya bingung seketika.

"Bukan, ya." Eunwoo hanya terkekeh pelan, menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak terasa gatal.

Baru pertama kali ini Eunbi melihat Eunwoo bertingkah sedikit konyol, seingat-nya Eunwoo itu lelaki cool dan juga cerdas. Bahkan satu kampus juga tau itu.

"Tentu saja bukan."

"Jadi?."

"Mereka semua body guard kakek-ku. Kakek memaksaku kuliah di London dan menyuruhku berhenti jadi model, tapi aku tidak mau dua-duanya dan yah....beginilah, aku kabur dari rumah." Eunbi menatap ujung sepatunya, memikirkan hal itu membuat Eunbi rindu pada kakeknya. Sudah lama mereka tidak bertemu, mungkin setelah pulang dari sini Eunbi akan berkunjung ke rumah kakeknya di Busan.

"Kakek bilang kalau tidak mau dua-duanya, lebih baik menikah saja." Eunbi tiba-tiba kesal mengingat pilihan kedua yang di berikan sang kakek untuknya. Memangnya tidak ada pilihan lain? Ia masih muda dan belum siap menjalani kehidupan rumah tangga.

Eunwoo hanya terkekeh pelan.
"Kakekmu hanya memberi dua pilihan?."

"Ya. Pertama, berhenti jadi model dan kuliah di London dan yang kedua, tetap di korea namun dengan syarat aku harus segera menikah. Aku tidak suka dua-duanya, cukup sampai di sini kakek mengatur kehidupanku."

"Kakekmu hanya menginginkan yang terbaik untukmu."

"Ya, aku tau." Eunbi menggerakkan ayunannya perlahan.

"Dari tadi kau terus membicarakan kakekmu. Ayah dan ibumu?." tanya Eunwoo sedikit ragu, mungkin tidak seharusnya ia bertanya seperti itu. Lihat, karena pertanyaan-nya barusan Eunbi jadi terlihat sedih sekarang. "Lupakan saja apa yang aku tanyakan barusan, kau tidak perlu menjawabnya kalau tidak mau. Sebagai gantinya....aku minta maaf."

Eunbi tersenyum samar, senyuman di wajahnya semakin lebar setelah menatap Eunwoo.

"Tidak apa-apa, aku akan menjawabnya. Ayah dan ibuku ya....huh" Eunbi menghela nafas, tiba-tiba dadanya sesak memikirkan tentang orang tuanya. Sebenarnya Eunbi sedikit sensitif jika ada yang bertanya tentang masalah itu. "Ibuku meninggalkan setelah melahirkanku, lalu ay-"

"Ssstt....jangan di teruskan." Sela Eunwoo sambil menempelkan jari telunjuknya ke bibir Eunbi, Eunwoo menggeleng samar. "Kalau itu membuatmu sedih, kau tidak perlu mengatakannya."

"Baiklah. Tapi aku sama sekali tidak sedih, aku bangga punya ibu seperti mama, dia sudah berjuang keras melahirkanku. Dan juga ayahku, aku selalu berdoa semoga dia baik-baik saja. Ayahku, dia seorang fotografer dia sangat suka melukis dan melakukan perjalanan, bertemu orang-orang baru dan melupakan kesedihan tentang ibuku, dia hanya pulang setahun sekali atau bahkan tidak pulang sama sekali."

[3]Prologue You&Me [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang