Tidak ada yang spesial di acara makan malam keluarga ini, setidaknya begitu menurut Jeon Jungkook. Di lihat dari ekspresi wajahnya, sudah jelas lelaki ini tidak tertarik dengan makan malam ini. Ia baru saja selesai dengan jadwalnya dan dengan mudahnya sang ayah langsung menyuruh ia datang ke sini, dengan setelan rapi pula.
Sudah satu jam berlalu sejak Jungyeon meninggalkan meja makan ini. Katanya dia tidak tertarik sedikit pun dengan acara makan malam ini. Adik perempuannya memang cukup keras kepala, dia tidak peduli meskipun di cap tidak sopan oleh keluarga Jo, tindakannya memang cukup berani namun itu sesuatu yang tak pantas di tiru dan tentunya Jungkook tidak akan memuji perbuatan yang satu itu.
Kalau di pikir-pikir Jungkook jarang sekali memberi pujian pada adiknya, dia lebih sering mengungkit perbuatan menyebalkan adiknya dari pada memuji betapa hebatnya seorang Jeon Jungyeon. Pianis hebat yang mendapat beasiswa di MDW atau bisa di sebut University of music and performing arts Vienna. Namun sayangnya Jungyeon menolaknya, sepertinya dia lebih memilih kembali ke Seoul, tempat dimana dia di lahirkan, dari pada menerima beasiswa tersebut.
Lupakan tentang Jeon Jungyeon, kita kembali pada makan malam antar dua keluarga ini. Jungkook kembali menyesap wine begitu steek di mulutnya sudah tertelan sepenuhnya.
"Mama bagaimana dengan persiapan pesta pertunangan kami?" Tanya Yoorim pada ibunya.
"Sayang kau tau sendirikan ibu sedang sibuk akhir-akhir ini. Tapi jangan khawatir pokoknya satu hari sebelum acara, mama janji semuanya siap seratus persen." Nyonya Jo tersenyum senang.
"Lala bagaimana dengan cincin pertunangannya? Apa masih belum siap?." Kali ini yang bertanya adalah Tuan Jo-ayahnya Yoorim.
"Belum pa. Papa kan tau sendiri, cincinnya mama pesen khusus dari temen mama di Paris, pokoknya sangat spesial sesuai dengan permintaan Yoorim putri cantik mama."
Pembicara yang membosankan, dari tadi mereka tak pernah bosan membicarakan tentang hari pertunangan yang tinggal beberapa hari lagi. Sesekali para ayah akan menyela pembicaraan dan membuat topik baru tentang bisnis mereka.
Seandainya Jungkook bisa melarikan diri, ia sangat ingin meninggalkan acara makan malam ini. Namun apa daya, ia sama sekali tidak bisa melakukan itu. Bukankah Jungkook sendiri yang dengan rela melanjutkan pertunangan ini? Lalu kenapa tiba-tiba suasana hatinya jadi tak menentu, seperti gelisah dan juga ragu.
"Ah...maafkan kami nyonya Jo, anda jadi kerepotan mengurus semuanya sendirian." Sahut ayahnya Jungkook, merasa tidak enak hati karena membiarkan calon besannya mengurus semua sendirian.
"Tidak apa-apa, saya sama sekali tidak kerepotan. Anda jangan khawatir, saya sangat senang mengurus hal-hal yang menyangkut kebahagiaan putri kamj." Nyonya Jo menatap suaminya. "Lalu bagaimana dengan Jungkook? Apa kau juga bahagia dengan pertunangan ini?." Tanya nyonya Jo pada Jungkook.
Jungkook yang sedang melamun tiba-tiba bingung dan malah mengiyakan saja, padahal ia sama sekali tidak mendengar pertanyaan dari ibunya Yoorim tadi.
"Ah...senangnya, lihat Yoorimie!! Jungkook juga bahagia. Mulai sekarang jangan berpikir yang tidak-tidak."
Yoorim mengangguk dengan semangat, menurut ketiga orang lainnya tingkah Yoorim menggemaskan dan mengundang tawa bagi mereka. Namun itu tidak berlaku untuk Jungkook.l, dia tidak tertarik melirik Yoorim barang sedikit pun.
"Mungkin tentang cincin pertunangan.......putraku bisa membeli itu sendiri. Biarkan mereka yang memilih, ingin seperti apa cincin yang mereka pakai nanti."
"Ah...anda benar tuan, Jungkook dan Yoorim bisa pergi sama-sama dan memilih cincin yang mereka inginkan. Itu romantis sekali bukan?." Nyonya Jo melirik Jungkook dan Yoorim secara bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
[3]Prologue You&Me [End]
FanfictionJeon Jungkook-seorang pria yang berhasil debut sebagai penyanyi solo di usia muda, ketampanan dan suara merdunya berhasil memikat orang banyak. Namun tidak ada yang tahu bahwa dia hidup di halik bayang-bayang kecelakaan sahabat masa kecilnya, rasa b...