(5) Jangan cemburu pak!

3.1K 363 5
                                    

Selamat membaca

•••

"Memang Siapa yang mencari kamu?"

Aiby mencurut kecewa.

"Jangan-jangan kita jodoh lagi pak? Soalnya jodoh itu di mulai dari benci jadi cinta. Makanya bapak jangan benci, cinta aja biar gak berat!" Kekeh Aiby mengerlingkan matanya jail.

Bintang sendiri berdecak pelan. Sepupu Gabe ini memang tidak jauh beda dengan lelaki itu sendiri. Namun yang ini satu tingkat lebih atas di bandingkan lelaki itu.

"Semesta memang romantis banget ya pak, selalu pertemukan kita dimana pun" Lanjut Aiby masih dengan wajah berbinarnya.

"Mungkin semesta yang salah. Saya tidak pernah berfikir berjodoh dengan kamu!" ucap Bintang. Senyum di wajah Aiby masih belum pudar bahkan semakin lebar.

"Dan satu lagi saya tidak pernah benci kamu, jadi jangan berharap saya cinta!" lanjut Bintang dengan wajah datar yang berbanding terbalik dengan binar bahagia Aiby. Walaupun ucapan Bintang terkesan menusuk dan sepedas boncabe.

"Gak papa. Bapak ganteng tapi saya belum bisa mencintai bapak. Gak tau kalau nanti sore, bapak tunggu aja!"

Bintang menggelengkan kepala saat mendengar gombalan lawas Aiby. Bintang bahkan sampai heran sebanyak apa gombalan kardus yang Aiby punya dari pertama bertemu sampai saat ini masih saja mengalir dengan lancar. Menghadapi Gabe versi cewek ternyata lebih menguras hati. Bintang hanya diam saja. Tidak berniat membalas gombalan ala Dilan lawas itu.

Setelah melihat wajah kesal Bintang Aiby tersenyum puas kemudian melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda. Memeriksa kembali berkas yang ada diatas meja.

Setelah memanggil pelayan dan memesan makanan untuk di bungkus, Bintang hanya diam menatap datar Aiby yang sedang serius memeriksa kertas di tangannya.

Beberapa detik setelahnya ponsel Aiby bergetar, panggilan masuk.

"Ya hallo?" gadis itu menempelkan ponsel diantara bahu dan telinganya dalam posisi miring. Manik matanya tetap mengarah pada selembaran kertas.

"Iya gue di kafe. Kenapa? Lo masih di singapore? Kapan balik? Jangan lupa utang lo masih banyak ya sama gue, jangan coba kabur. Gue bakal bakar kantor cabang lo yang ada di jakarta!"

Aiby mendengar kekehan di ujung sana. Gadis itu tetap saja masih sibuk dengan selembaran kertas. Walaupun suara di ujung telpon masih ia dengarkan.

Bintang yang melihat Aiby kalem dan serius pada selembaran kertas tersenyum tipis. Seperti bukan Aiby yang sering mengodanya. Jadi terkesan seperti beda?

"Eh? Sebentar. Maksudnya gimana tadi?"

Alis Aiby terlihat berkerut. Gadis itu meletakkan selembaran kertas diatas meja kemudian membenarkan pegangan pada ponsel. Menatap ke arah lain, terlihat gelisah. Bintang yang melihat itu hanya diam. Sok sibuk pada ponselnya.

"Kok bisa? Bukannya mama udah-"Aiby menjeda kalimatnya. Melirik Dosennya yang terlihat fokus pula dengan ponsel. Entah sedang berselancar di media mana.

"Bukannya itu yang mama mau selepas pisah sama Papa? Kok malah jadi gini? Gue bahkan udah relain semuanya!" kali ini Aiby sangat memelankan Suaranya nyaris berbisik.

Bodoh Aiby. Sepelan apa pun ia merendahkan suaranya tentu saja Bintang yang ada di hadapannya mendengar masih bisa mendengar jelas.

"Iya nanti kita ketemu aja gimana? Tapi gue gak bisa dalam waktu dekat. Tugas kuliah gue ngalahin gunung soalnya" di akhir kalimatnya Aiby sengaja mengeraskan suara, hendak menyindir Bintang.

Bintang Untuk Aiby (COMPLETED)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang