Selamat membaca
•••
Mulut Aiby sedikit terbuka, matanya berulang kali mengerjap saat netranya menemukan rumah bertingkat dua dengan gaya jawa yang sangat kental. Halaman rumah yang luas menambah kesan sejuk jika berada di dalam rumah tersebut.
Aiby menatap Bintang dengan alis terangkat tinggi. Bintang sendiri terkadang heran bagaimana cara gadis itu melakukannya.
"Ini rumah siapa? Jangan bilang rumah--orang tua bapak?" tanya Aiby dengan nada terbata di ujung kalimatnya.
Bintang menganggukkan kepala, meraih tangan Aiby kemudian menggenggamnya erat.
"Yuk, mama dan papa saya sudah menunggu di dalam. Ada Salsa dan Gita juga" senyum yang terpatri di wajah tampan Bintang terasa mengerikan di mata Aiby. Gadis itu mundur satu langkah kemudian menatap Bintang dengan menggelengkan kepala.
"Pulang aja deh pak, masa belum di kasih kepastian udah di bawa kerumah aja. Ini namanya pemberian harapan tingkat palsu pak!" ucap Aiby dengan meringis gugup. Bintang yang mendengar itu langsung tertawa pelan. Menarik Aiby hingga membuat gadis itu masuk dalam dekapannya. Mencium puncak kepala Aiby dengan gemas hingga membuat empunya mendesis kesal.
"Ini masih di gantungin tapi udah main peluk--cium sana sini deh. Saya ini masih gadis loh kalau bapak Bintang yang terhormat lupa" Bintang yang mendengar itu kontan saja langsung tertawa. Tidak menyangka dengan kode keras yang masih saja Aiby ungkit perihal status keduanya.
"Kamu perlu status apa?" tanya Bintang membuat Aiby yang berada di pelukan lelaki itu melepaskan diri, mengetuk dahi berulang kali seolah sedang berfikir keras.
"Kalo pacar nanti bisa putus kalau nikah kecepatan. Bagusnya apa ya? Sebagai seorang gadis yang menjunjung tinggi emansipasi wanita saya sebenarnya butuh status tapi begini juga nyaman sih, yang penting jangan kelamaan keburu jamuran saya kalau di gantung mulu"
Bintang tertawa kecil, kemudian mengacak gemas surai coklat milik Aiby sebelum kembali menggenggam tangan gadis itu.
"Ya sudah ayo masuk, orang rumah sudah menunggu kamu"
"Tapi--"
"Jangan mencoba kabur Aiby, kamu sudah masuk dalam daftar calon keluarga saya!" bisik Bintang membuat Aiby meremang di tempat. Bintang ini semenjak berubah dan banyak bersikap manis kepada Aiby mempunyai aura mistis yang berbeda dan hal itu membuat Aiby takut sendiri. Bisa jadi Bintang kerasukan atau lain sebagainya.
"Baru calon pak belum beneran keluarga. Saya pulang ya, kapan-kapan aja ketemunya. Saya belum siap nih!" Aiby menatap Bintang dengan wajah memelas, berharap lelaki itu luluh dengan tatapannya. Bintang ini paling tidak bisa melihat wajah Aiby yang memelas dan dengan itu Aiby menggunakan kesempatan itu.
Bintang berdecak pelan kemudian menarik Aiby kembali masuk dalam dekapannya.
"Kalau kamu kabur bagaimana bisa saya memberi kamu kepastian. Orang tua saya mau bertemu kamu. Katanya ingin melihat siapa gadis cantik yang berhasil meluluhkan hati saya"
Aiby yang awalnya berdecak kesal pun tidak dapat menyembunyikan senyum lebarnya. Si pujangga ulung bernama Bintang ini bisa saja membuat Aiby terpaksa mengalah hanya karena kalimat manisnya.
"Gombalnya makin oke aja ya? Belajar dari mana sih, sayang?" Bintang mendelik saat mendengar kalimat sayang terlontar dari bibir mungil Aiby. Gadis ajaib di hadapannya ini benar-benar sangat langka. Dan Bintang sangat beruntung memilikinya.
Aiby yang mendapat tatapan tajam dari Bintang pun langsung tertawa keras. Tidak tau saja mereka jika orang rumah sudah mengintip bagaimana interaksi keduanya sejak tadi. Terlebih Gista, mama Bintang bahkan tidak menyangka dengan tingkah agresif anaknya yang tidak sungkan memeluk bahkan mencium gadis cantik yang saat ini sedang tertawa heboh.
Salsa dan Gita menggigit bibir bawahnya menahan teriakan baper. Bisa saja kakak mereka yang dingin itu bersikap romantis dengan gadis yang sebelas duabelas dengan mereka. Gate sendiri hanya tersenyum tipis--sudah menduga bahwa hal ini akan terjadi.
📍📍📍
"Saya Aiby tante. Bisa panggil Al juga" Aiby memperkenalkan diri. Merasa canggung karena bertemu langsung dengan keluarga Bintang yang tidak ia prediksi sejak awal. Apalagi dekan kampusnya ada disini--papa Bintang itu sejak tadi tersenyum menatapnya membuat Aiby jadi salah tingkah sendiri.
"Jadi namanya Aiby. Kalau Mama panggil Al aja gimana? Kan dulu pertemuan pertama namanya Al"
Aiby menyerit saat mama Aiby berkata seolah mereka pernah bertemu. Terlebih lagi si Bintang sudah melenggang pergi entah kemana membuat Aiby jadi kalang kabut sendiri menghadapi kedua orang tua lelaki itu.
"Pertemuan pertama? Sebelumnya Kita pernah bertemu tante?" tanya Aiby masih dengan dahi yang berkerut Bingung.
Gista tertawa pelan kemudian mengusap penuh sayang puncak kepala Aiby.
"Sudah. Di bandara lima belas tahun yang lalu" Jawab Gista--mama Bintang bertepatan dengan Bintang yang sudah kembali ke ruang tamu.
Aiby yang melihat Bintang tidak menghiraukan lelaki itu. Aiby masih berfikir keras akan jawaban yang mama Bintang berikan terkait pertemuan pertama mereka.
"Aiby kenapa ma? Kamu kenapa?" Bintang duduk di samping Aiby kemudian mengusap punggung tangan Aiby penuh sayang. Salsa dan Gita yang melihat itu hanya senyum-senyum sendiri--mewakili kebaperan Aiby.
"Al tanya kapan kita pernah bertemu sebelumnya" jawab Gista. Bintang yang mendengar itu langsung menoleh pada Aiby yang masih berfikir keras. Sesekali dahi gadis itu menyerit seperti membongkar ingatan lama yang sudah terkubur sangat dalam.
"Kalau tidak bisa ingat jangan di paksa. Itu sudah menjadi masa lalu" Aiby mengela nafas panjang kemudian mengangguk. Gadis itu menatap mama Aiby dengan tersenyum tidak enak.
"Maaf tante, Al lupa soalnya pernah kecelakaan dan di vonis dokter amnesia retrograde" ucap Aiby dengan tersenyum canggung. Mendengar itu Gista membelak tidak percaya. Salsa juga Gita sama saja. Hanya Gate yang menyimak dan tekun mendengarkan.
"Aduh--mama minta maaf. Mama gak bermaksud sayang. Kamu gak papa kan? Amnesianya bisa di sembuhin?" Gista menatap Aiby dengan tatapan bersalah. Pasalnya ia tidak tau perihal ini.
"Gak papa tante--kadang kala suka pusing aja kalau tiba-tiba ingat. Udah berobat juga tapi mungkin udah garis Tuhan supaya Al lupa aja" jawab Aiby. Tangan yang masih di genggam oleh Bintang memberi kekuatan untuk gadis itu menjawab pertanyaan.
Gista yang mendengar itu hanya menganggukkan kepala, kemudian melirik pada tangan Aiby yang di genggam oleh anaknya. Mendapat lirikan calon mertua Aiby langsung melepas genggaman tangan Bintang hingga membuat empunya menyerit bingung.
"Kamu Bintang, belum halal udah pegang pegang. Ini Al masih gadis loh kalau kamu lupa. Segera di halalkan biar segera juga jadi menantu mama" ucap Gista pada Bintang.
Aiby yang mendengar itu menundukkan kepala, menyembunyikan rona merah yang menjalar di kedua pipinya. Menantu? Memikirkannya saja sudah membuat Aiby terbang begitu jauh.
"Sabar ma, ini lagi aku bawa ke rumah kan masih perkenalan. Besok mama sama papa balik kerumah Aiby buat lamaran" jawab Bintang dengan melirik Aiby yang menunduk. Memilin jemarinya sendiri dengan gugup.
"Mama tunggu persiapan kamu. Sini Al, ikut mama. Salsa sama Gita juga. Ayo ke dapur kita siapkan untuk makan malam"
Aiby menganggukkan kepala kemudian melirik Papa Bintang--tersenyum sopan.
"Selamat datang nyonya Alyandra" bisik Bintang tepat di telinga Aiby hingga membuat gadis itu semakin salah tingkah. karena gemas Aiby tidak bisa menahan diri untuk tidak mencubit perut berotot milik Bintang.
Bintang yang mendapat serangan dadakan hanya tertawa pelan mengusap sayang kepala Aiby hingga membuat empunya semakin merona dan mendesis pelan.
Melihat intraksi keduanya Gate dan Gista hanya menggelengkan kepala. Salsa dan Gita sudah kabur sejak awal menggosip ria seputar Bintang dan calon kakak ipar baru mereka.
📍📍📍
Enjoy this part guyss💫❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Untuk Aiby (COMPLETED)✔️
Humor{Romance-Komedi}~Bahasa santai, Enjoy this story guys😉 Judul Awal Aiby's little life. #Dosenseries "Pulang kemana pak? Ke rumah kita?" "Memangnya saya mau hidup sama kamu?" "Harus mau dong saya ini tipe orang yang tidak menerima penolakan!" "Pemaks...