(27) Kemarahan Gaberiel

2.6K 271 3
                                    

Selamat membaca

•••

BUGH

BUGH

"LO ngerti bahasa manusia gak sih?"

BUGH

BUGH

"Awhhhsss...."

Gaberiel menatap Angga yang tersungkur tak berdaya di bawah tubuhnya dengan tatapan menghunus tajam. Siap membunuh barang kali hari ini sekalipun.

"Maaf bang, gue gak sengaja. Maaf," ucap Angga dengan wajah meringis kesakitan. Pukulan Gabe benar-benar membuat sekujur tubuhnya mati rasa.

Bugh

Gabe memukul lagi, namun kali ini tidak sebrutal sebelumnya.

"Lo tau kan Aiby belum sembuh sepenuhnya? Lo cari mati sama gue?"

Angga menggeleng lemah. Lelaki itu menatap Gabe dengan tatapan yang ikut menajam.

"Gue sayang Aiby, bang. Gak mungkin gue buat dia down begini. Satu lagi, kemaren temen gue ketemu Aiby di belakang gedung kampus sendirian. Dia ketakutan" Angga meringis lagi, ucapan panjangnya membuat ngilu di sudut bibir. Pukulan Gaberiel memang sangat tidak manusiawi.

"Aiby harus hadapin traumanya. Jangan dibawa lari lagi bang"

Bugh

"AWHH.."

"Sialan lo. Gue gak bawa lari bego! Kalau dia di sana dia semakin tersiksa"

Masih dalam mode tak berdaya, Angga berdecak pelan.

"Bawa dia ke Langit, bang. Biarin Aiby ketemu Langit. Biar Langit dapat maaf dari Aiby dan Aiby sendiri dapat kebebasannya!"

Angga menyeka sudut bibirnya yang berdarah kemudian meludah di samping tubuhnya. Gabe dengan tidak tau dirinya masih dalam pose menduduki Angga. Membuat lelaki itu semakin merasa kesakitan.

"Turun bang, ini gue udah mau mati!" gerutu Angga.

Gaberiel yang sedang menduduki Angga hanya berdecak pelan. Kemudian bangkit dari tubuh lelaki itu.

"Kenapa Aiby bisa down di kampus?"

Angga mencoba bangkit, namun pukulan Gabe di sekujur tubuhnya membuat lelaki itu hanya terlentang tidak berdaya.

"Karena Bintang mungkin"

Alis Gaberiel beradu.

"Bintang dosen lo itu?"

Angga mengangguk tak berdaya. Gabe dengan segala tingkah tidak manusuawinya masih terus bertanya perihal kejadian itu. Rasanya semakin lama Angga seperti berdiri di ambang pintu kematian. Rasa sakit di tubuhnya membuat dia perlahan kehilangan kesadaran.

"Lemah banget sih jadi cowok, ck"

Gabe berdecak kemudian memapah tubuh Angga memasuki rumahnya. Rasanya Gabe sendiri belum puas memukul lelaki itu, hanya saja pukulan Gabe yang tidak manusiawi itu hampir merengut kesadaran Angga.

"Dah, lo diem sini dulu. Gue panggilin dokter. Ngerepotin aja jadi manusia"

Angga yang mendengar itu mengumpati Gaberiel dalam hati. Jika saja tidak di pukul sebrutal tadi mana mungkin Angga akan menyusahkan lelaki itu. Lagian Angga tidak menyebutkan permintaan tolong pada lelaki itu.

Memang dasarnya sialan Gaberiel itu. Tunggu saja Angga sembuh akan ia buat perhitungan suatu saat nanti.

"Saya baru saja menyuntikkan obat penenang. Aiby harus di bawa ke psikolog yang sebelumnya sudah mengetahui trauma Aiby sejak awal agar kondisi psikisnya tidak kian memburuk"

Bintang Untuk Aiby (COMPLETED)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang