Selamat membaca
•••
"Ada urusan apa ke kafe?" tanya Bintang saat mobilnya sudah berjalan membelah kerumunan kampus. Sedari tadi Aiby hanya diam sesekali menunduk karena terlalu banyak fans fanatik Bintang di sana. Aiby jadi takut sendiri besok atau lusa akan terkena kasus bullying.
"Mau ketemu bang gabe buat urus pernikahan kak Alyana" jawab Aiby masih membuang muka mengamati kiri jalan.
Melihat sikap Aiby yang hanya diam mau tidak mau Bintang menarik senyum tipis. Sadar jika gadis itu masih malu perihal kejadian di kampus tadi. Namun bukankah Aiby suka saat menjadi pusat perhatian, berarti Bintang tidak salah bukan mengajak gadis itu pulang bersama dan memberikan sedikit perhatian.
Terkadang semakin dekat dengan gadis itu Bintang semakin sulit untuk memahami. Sifatnya yang terlampau ceria sering kali membuat Bintang berfikir keras apa sebenarnya maksud dari ucapan sang papa dan ucapan gadis itu sendiri. Kemarin sore saat selesai mempertanyakan perihal figura itu Bintang langsung pulang, tidak lagi berniat bertanya hal lain apalagi saat melihat raut wajah Aiby yang berubah.
'Saya juga percaya kalau itu saya. Tapi saya benar-benar tidak memiliki ingatan apapun berkaitan dengan foto tersebut'
'Maksudnya?'
'Saya--Tapi bapak tidak berhak tau bukan? Jika bapak bagian dari masa lalu saya, maka bukankah itu hanya cukup sampai di sana saja?'
Bintang mengingat jelas seputar kalimat yang terasa memutar kembali kejadian kemarin sore. Aiby terlalu tertutup untuk menjawab perihal alasan ia lupa dengan masa lalunya. Apa gadis itu sedang bercanda atau memang benar-benar lupa kejadian dua puluh tahun silam itu?
Bagi Bintang semuanya terlalu semu apalagi saat melihat raut ragu itu semakin jelas. Bisa saja Aiby mempunyai kembaran atau sejenis candaan saat melontarkan kalimat itu. Ya, bisa saja. Entah mengapa otak Bintang bisa berfikir selicik itu. Ia bukan tidak mempercayai Aiby hanya saja ia ingin mengenal jauh sampai mana gadis itu bisa menutupi dirinya sendiri.
"Sudah sampai pak, yuk turun!"
Bintang menoleh, lelaki itu menatap datar. Segala kemungkinan baik dan buruk terus berputar di sepanjang otaknya. Ia bingung dan juga semakin ingin memiliki Aiby saat mereka sedekat ini.
"Umur kamu berapa?" tanya Bintang saat Aiby sedang melepas sealbetnya.
Aiby lantas menoleh, menatap Bintang dengan alis bertaut bingung.
"Kenapa tanya umur pak? Mau ngelamar ya?" tanya balik Aiby dengan tidak tau malunya.
"Nanti saya fikirkan lagi!"
"Eh?"
"Jadi, umur kamu berapa? 19 atau 20?" tanya Bintang lagi, tidak menghiraukan tatapan terkejut dan semburat merah yang menghiasi wajah gadis itu.
Katakan saja Bintang sialan. Sejak tadi Aiby sudah berusaha keras menahan diri agar tidak tersenyum atau menjerit tertahan. Pesona Bintang benar-benar segila ini. Sama seperti detak jantungnya yang kembali berdetak keras.
"Atau yang kedua jawabannya pak" ucap Aiby sambil menatap Bintang aneh.
Bintang sendiri hanya menganggukkan kepala kemudian tersenyum kecil setelah itu keluar mobil tanpa basa-basi mengajak Aiby bersama.
Melihat Bintang yang meninggalkannya setelah membuat terbang ke atas awan rasanya Aiby kembali terhempas ke dunia nyata. Sikap dingin dan manis yang berubah-ubah membuat Aiby gemas sendiri. Ini Bintang balas perasaannya atau hanya sekedar menggantung baju saja?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Untuk Aiby (COMPLETED)✔️
Humor{Romance-Komedi}~Bahasa santai, Enjoy this story guys😉 Judul Awal Aiby's little life. #Dosenseries "Pulang kemana pak? Ke rumah kita?" "Memangnya saya mau hidup sama kamu?" "Harus mau dong saya ini tipe orang yang tidak menerima penolakan!" "Pemaks...