(6) Debat kusir 1

3.1K 352 9
                                    

Selamat membaca

•••

"Mau kemana bang?"

"Kafe"

"Sama?"

"Temen!"

Gadis kecil di hadapan Bintang langsung mrndengus kesal.

"Ajak dong bang, sendiri nih di rumah!"

Bintang menggeleng. Mengacak gemas rambut panjang adiknya.

"Gita di rumah aja, nanti abang bawain makanan. Mau apa?"

Gadis itu masih saja berdecak kesal. Penawaran sang kakak terlihat menggiurkan tapi tetap sama saja jika tidak berangkat sendiri.

"Apa aja deh, tapi janji bawain makanan ya?"
Bintang hanya mengangguk, tersenyum tipis.

"Abang berangkat!"

Setelah pamit dengan sang adik Bintang langsung melajukan motornya menembus kerlipan kota di malam hari. Tidak menghiraukan dinginnya malam lelaki itu tetap saja melajukan motornya, teror pesan dari salah satu teman masa kuliahnya membuat Bintang lagi-lagi harus ikut bergabung dengan jajaran para pembisnis sukses yang terlihat pengangguran itu.

Setelah meyakinkan diri dengan kafe tujuan bintang segera memakirkan motornya. Bukan ada masalah. Hanya saja kafe itu adalah kafe yang sama saat dua hari lalu ia bertemu dengan Aiby. Si gadis berisik yang sering mengusik hidupnya. Manik gelap kecoklatan itu meneliti sekitar. Kafe dengan gaya modern di design dengan ala-ala remaja, sekeliling kafe pun menyajikan keindahan kota dan beberapa pepohonan yang terlihat menyejukkan pandangan. Baru kali ini Bintang benar-benar mengamati kafe yang dua hari lalu ia kunjungi itu.

Bintang berjalan memasuki kafe tersebut. Entah baru saja berdiri atau tidak pernah baru mengenal kafe tersebut karena adiknya, Bintang merasa kafe itu mempunyai daya tarik tersendiri untuk pengunjung. Tidak hanya itu pengunjungnya pun ramai di dominasi oleh muda-mudi atau pasangan kekasih. Tempat dan tata letaknya tersusun rapi. Di ujung-pojok ruangan ada lemari berukuran sedang berisi banyak buku- yang di sediakan untuk pengunjung kala mengusir bosan. Ada pula beberapa bangku di kanan kafe, gazebo dan beberapa tempat lesehan untuk bersantai.

Setelah puas mengamati sekitar Bintang langsung mengedarkan pandangan mencari teman kuliahnya yang sejak siang tadi sudah menerornya dengan banyak pesan, katanya ingin meminta bantuan. Ada pula orang ingin meminta bantuan dengan kesan memaksa, mungkin hanya bintang satu dari seribu orang yang bersedia.

"Lo lama banget dah!"

Tidak tau diri memang julukan yang paling tepat untuk lelaki itu.

"Duduk dulu Bos, gue dari tadi nih tungguin lo!"

Walaupun kesal akhirnya bintang menurut. Duduk di hadapan lelaki bermata zamrud yang telihat jenaka itu. Setelahnya lelaki itu memanggil pelayan dan memesan apa yang di inginkannya.

"To The Point aja lah. Lo kebanyakan basa-basi nih!"

Lelaki di hadapan Bintang langsung tergelak, selalu suka dengan tipe Bintang yang merujuk pada inti.

"Gue mau ajak lo ke bandung nih. Lo sebagai teman seperjuangan pasti mau kan ya?"

Bintang menaikkan satu alisnya.

"Ada inverstor yang perlu gue takhlukin nih. Gue benar-benar butuh bantuan lo. Kan lo udah Pro!"

Bintang berdecak pelan. Mengamati sekitar kemudian mengangguk.

"Kapan?"

"Lusa gimana? Besok gue gak bisa!"

Bintang kembali mengangguk. Manik gelapnya masih mengamati sekitar.

Bintang Untuk Aiby (COMPLETED)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang